7 Kepercayaan Kuno Masyarakat Nusantara yang Kini Masih Eksis

Sudah tahu belum? #LokalIDN

Indonesia yang hingga sekarang masih kerap di kenal dengan sebutan Nusantara adalah wilayah yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Mulai dari suku, budaya, bahasa hingga agama lokal yang menjadi keunikan lebih dari sebuah kebudayaan.

Salah satu bagian menarik dari semua tradisi yang berlaku di masyarakat Indonesia adalah kepercayaan tradisional yang di anut. Total ada 187 kepercayaan lokal yang ada di Indonesia, namun hanya tujuh yang tetap eksis dan lumayan banyak penganutnya. Apa saja itu? Ini dia daftarnya!

1. Kejawen

https://www.youtube.com/embed/pxgjj3yoYj0

Kejawen adalah sebuah aliran kepercayaan yang banyak bertumbuh dan berkembang di masyarakat Jawa. Sebagai penganut, ada misi penting yang dipegang, yakni menjadi rahmat bagi diri sendiri dan keluarga dan menjadi rahmat bagi manusia lain dan alam semesta.

Para penganut kepercayaan ini masih tetap menganut kepercayaan yang resmi diakui di Indonesia. Jadi mereka tetap menganut tradisi nenek moyang sembari menaati kepercayaan modern yang mereka anut.

2. Agama Parmalim

https://www.youtube.com/embed/_EonTpi7IrY

Parmalim atau masyarakat setempat menyebut Ugamo Malim adalah penganut atau penghayat sistem religius Batak asli yang masih eksis hingga kini. Penganutnya banyak tersebar di daerah Toba, Sumatera Utara.

Menurut kepercayaan tuhan adalah Ompu Mula Jadi Na Bolon yang awalnya di turunkan di Pusuk Buhit yang kemudian tersebar ke Desa Na Ualu. Pusat penyebaran kepercayaan Malim ada di Huta Tinggi, Lagu Boti, Samosir. Dalam kepercayaan ini, manusia harus memiliki relasi yang baik dengan alam dan juga manusia lainnya dan tetap menaati tradisi dan persatuan yang telat dinubuatkan.

3. Sunda Wiwitan

https://www.youtube.com/embed/m0fxBLOy1ik

Kepercayaan Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut sejak lama oleh orang Sunda sebelum masuknyaya ajaran Hindu hingga Islam. Kepercayaan yang di anut oleh masyarakat tradisional Sunda ini merupakan kepercayaan yang berupa animisme hingga dinamisme yaitu kepercayaan dengan kekuatan alam dan roh nenek moyang. Mereka banyak berdiam di Cirebon, Banten Kampung Naga, Kanekes, Cigugur dan Kuningan

Terdapat lima unsur utama yang termuat di dalam kepercayaan Sunda Wiwitan. Mulai dari Welas Asih atau cinta kasih, Undak Usuk yaitu tatanan dalam kekeluargaan, kemudian Tata Krama yaitu tatanan perilaku. Ada Budi Bahasa dan Budaya Wiwaha Yudha Naradha yang merupakan sifat dasar manusia yang selalu memerangi segala sesuatu sebelum melakukannya.

Untuk penyebutan tuhan sendiri, para penganut kepercayaan Sunda Wiwitan memanggilnya dengan Sang Hyang Kersa. 

Baca Juga: 10 Kosakata Bahasa Sunda Kasar Sehari-hari yang Wajib Kamu Hindari

4. Kaharingan

https://www.youtube.com/embed/Pky6soD22iI
dm-player

Kaharingan adalah kepercayaan lokal masyarakat yang banyak di anut oleh suku Dayak yang banyak bermukim di Kalimantan. Istilah Kaharingan diambil dari Danum Kaharingan yang berarti ‘air kehidupan’. Sebelum masuknya agama yang sekarang kita kenal, kepercayaaan ini telah hadir sejak ratusan tahun lalu yang bertumbuh bersama tradisi masyarakat Dayak.

Misi utama kepercayaan Kaharingan adalah mengajak umatnya menuju jalan yang benar dengan berbakti serta mengagungkan Ranying Hatalla dalam setiap sikap dan perbuatan yang menjauhi larangannya dan mengikuti aturannya.

Di tahun 1980, kepercayaan Kaharingan dilebur dengan ajaran agama Hindu karena dinilai sama. Walaupun demikian, ada beberapa yang menjadi pembeda misalnya penamaan tempat ibadah. Namanya Balai Basarah untuk kepercayaan Kaharingan, beda dengan Hindu yang beribadah di Pura.

5. Towani Tolotang

https://www.youtube.com/embed/ZlnJlxNzdSU

Istilah Towani Tolotang berasal dari dua suku kata, yaitu ‘Towani’ dan ‘Tolotang’. Jika digabungkan keseluruhan kata ‘Towani Tolotang’ berarti 'orang dari Desa Wani yang tinggal di sebelah selatan. Towani Tolotang ini kepercayaan yang banyak di anut oleh warga di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.

Aliran kepercayaan ini bertumpu terhadap lima keyakinan utama. Mulai dari percaya adanya Dewata Seuwae, yaitu keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Mereka juga percaya adanya hari kiamat.

Punya kepercayaan adanya hari esok , yakni dunia kedua setelah terjadinya kiamat. Percaya adanya penerima wahyu dari Tuhan. Serta yakin kepada Lontara sebagai kitab suci penyembahan kepada Dewata Seuwae yang bentuknya berupa penyembahan kepada batu-batuan, sumur dan kuburan nenek moyang.

6. Buhun

https://www.youtube.com/embed/Me90IRRLSK8

Berbeda dengan kebanyakan aliran kepercayaan lain yang sudah berbaur dengan agama yang sekarang yakni Hindu, Budha, maupun Islam, Buhun atau Jati Sunda merupakan kepercayaan yang masih murni. Kepercayaan ini biasa diturunkan antar generasi.

Arti kata Buhun berasal dari dua kata yaitu Bu dan Hun, Bu mungkin diambil dari kata Buyut atau yang merupakan tempat pemujaan roh nenek moyang orang Sunda pada zaman dulu. Sementara Hun yang mungkin diambil dari kata Karuhun atau nenek moyang orang sunda. Untuk penghayat kepercayaan ini masih banyak di anut oleh masyarakat yang tinggal di daerah Bekasi.

7. Kepercayaan Marapu

https://www.youtube.com/embed/wR8VNmZIFWE

Dalam bahasa Sumba, arwah-arwah leluhur disebut Marapu yang artinya adalah ‘yang dipertuan’ atau ‘yang dimuliakan’. Itulah sebabnya kepercayaan yang di anut ini disebut dengan Marapu. Itulah juga mengapa pengikut kepercayaan Marapu meyakini bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. Penghayatnya juga yakin jika setelah akhir zaman mereka akan hidup kekal di dunia roh yaitu Surga Marapu atau disebut juga Prai Marapu.

Umumnya, untuk kehidupan masyarakat Sumba diliputi oleh keyakinan Marapu sebagai sumber nilai-nilai dan pandangan hidup. Itulah mengapa jumlah penganutnya, terdapat lebih dari separuh masyarakat Sumba, Nusa Tenggara Timur mengikuti kepercayaan Marapu, yakni kepercayaan pemujaan kepada nenek moyang dan leluhur.

Nah, itulah tujuh kepercayaan lokal masyarakat Indonesia yang turut memperkaya khasanah pengetahuan bumi Indonesia. 

Baca Juga: 5 Tradisi Lokal Jawa Sambut Kelahiran Bayi, Sarat Makna Simbolik

Basri W Pakpahan Photo Verified Writer Basri W Pakpahan

Menulis untuk Memperbaiki Diri

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya