L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020: Sains Tidak Berhenti

#IDNTimesLife Dunia butuh science & science butuh perempuan

Mengusung tema "Sains Tidak Berhenti", L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020 mengumumkan profesor awardee pada Rabu (25/11/2020). Acara ini dibuka oleh Melanie Masriel selaku Direktur Komunikasi, Hubungan Publik dan Keberlanjutan L'Oreal dan Prof. Dr. Arief Rachman M.Pd, Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO dari Indonesia.

Berkomitmen dalam memberdayakan perempuan dalam bidang sains, L'Oreal-UNESCO for Women in Science juga memberikan lima pendanaan proposal mahasiswa Indonesia. Apa saja tantangan dua profesor awardee serta hasil penelitian yang dihasilkan?

1. Sudah lebih dari 15 riset terkait COVID-19 dilakukan oleh penerima beasiswa

L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020: Sains Tidak BerhentiSains Tidak Berhenti, L'Oreal-UNISCE for Women in Science 2020. 25 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Ada berbagai hal yang terjadi selama 8 bulan lebih kita menghadapi pandemik. Mungkin beberapa dari kita harus menunda studi lanjutan, menunda peluang bisnis, atau rencana penting lain. Namun ada hal esensial yang tak bisa ditunda karena memegang peranan yang krusial. Salah satunya adalah riset dan penelitian.

"Kita alhamdulillah telah menghasilkan alumni yang luar biasa. Lebih dari 15 sudah melakukan riset bermanfaat, juga terkait pandemik COVID-19. Hal lain yang ingin saya value adalah beliau dianugerahi, dua fellowship yang telah sukses mengemban gelar profesor," terang Melanie.

2. Orang merasa lebih aman jika memakai produk kosmetik yang didasarkan pada ilmu pengetahuan

L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020: Sains Tidak BerhentiSains Tidak Berhenti, L'Oreal-UNISCE for Women in Science 2020. 25 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Prof. Dr. Arief Rachman M.Pd menandai kerja sama Komisi Nasional Indonesia bersama L'Oreal selama 17 tahun.

"Saya dengan senang hati menyambut badan riset dan nasional yang akan bekerja sama. Kami mendukung dan merayakan ilmuwan perempuan yang berkontribusi tiada henti. Secara spesifik, ilmu pengetahuan telah memberikan banyak kontribusi pada bangsa. Ilmu itu sangat penting sekali. L'Oreal adalah produk kosmetik pusat di Prancis yang terdiri dari peneliti rambut dari penduduk asli Afrika, Tiongkok, Melayu Indonesia, dan India. Lalu, ada juga yang meneliti kulit. Saya anggap ini sangat bertanggung jawab. Saya selalu merasa aman, kalau kita memakai apa pun yang berdasarkan ilmu pengetahuan," terangnya. 

Program ini tak hanya merayakan dua perempuan hebat,  tapi juga sains yang tak pernah berhenti dalam membuat penelitian karena capaian ini yang dapat menginspirasi kita. Perempuan peneliti Indonesia tak berhenti berkarya karena sudah mendapatkan kedudukan dan penghargaan dari L'Oreal, UNESCO, dan Kemendikbud. 

3. Lantas, apa saja tantangan yang harus dihadapi peneliti dalam mengembangkan proposal penelitian?

L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020: Sains Tidak BerhentiSains Tidak Berhenti, L'Oreal-UNISCE for Women in Science 2020. 25 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Berawal dari pengalaman pribadi saat alami kecelakaan, Latifah Nurahmi, MSC, PHD. mengatakan bahwa dokter kala itu membuka tulangnya. Dari situ, ia tahu bahwa ada berbagai risiko yang mungkin akan dialami oleh orang yang mengalami kecelakaan.

Belum lagi ketika di tengah pandemik, ada berbagai kontak fisik antara dokter dan pasien. Beberapa peneliti berusaha menawarkan solusi.

dm-player

Sebuah mekanisme ditawarkan, namun hanya bisa dipakai sekali. Berangkat dari kasus ini, ia mengambil tema 'Robot Operasi Reduksi Fraktur sebagai Teknik Bedah Invasif Minimal'.  

Saat ditanya apa saja tantangan sebagai ilmuwan perempuan yang berada di bidang Teknik Mesin, ia bercerita tentang satu kejadian yang dialami ketika mengadakan pertemuan peraih beasiswa. 

"Ketika saya sekolah S2 di Perancis, saya dapat beasiswa total. Kala itu ada undangan awardee mahasiswa. Acaranya semi formal santai. Kita ketemu salah satu direktur, lalu ditanya, bagaimana kehidupanmu di kalangan mahasiswa laki-laki?' 'So far so good', tapi sebenarnya saya malu.' Dia bilang 'No, jangan merasa begitu. Kamu secara sadar mendaftar ke Teknik Mesin.' Walaupun pengalaman terpintas saja, saya selalu bicara kepada diri saya, pada apa pun, maka kita harus siap," terang peneliti di Departemen Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh November tersebut.  

Baca Juga: Hari Ibu Nasional 2020: Perempuan Bekerja Tidak Perlu Dilematis

4. Dari kacamata Latifah Nurahmi, ada potensi penelitian di arah robotika di bidang medis

L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020: Sains Tidak BerhentiSains Tidak Berhenti, L'Oreal-UNISCE for Women in Science 2020. 25 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Selanjutnya, Latifah juga membagi pengalaman bahwa dari konferensi yang pernah ia ikuti. Banyak juga yang meneliti robotika dan aplikasi dunia medis.

"Tidak hanya dari segi keilmuan, kalau dari kacamata saya, banyak potensi penelitian di arah robotika bidang medis. Ada penelitian lain dengan beberapa kolega yang terlibat. Awalnya seperti saya bilang tadi, saya mulai dari fundamental. Tahun 2015 ke belakang, saya berarah ke fundamental science berhubungan dengan matriks, rumus, dan teori," lanjutnya.

Kemudian, saat kembali di lingkungan tempat tinggal, ia melihat ada yang berbeda dari pemanfaatan teknologi potensi besar. Karena pengalaman pribadinya yang pernah terkilir, ia berkunjung ke kolega dan melihat di situ ada penelitian tentang peran teknologi dalam rehabilitasi tumit. 

5. Sementara Anggia Prasetyoputri mengaku bahwa tantangan lain peneliti selama COVID-19 lebih kepada teknis penelitian

L'Oreal-UNESCO for Women in Science 2020: Sains Tidak BerhentiSains Tidak Berhenti, L'Oreal-UNISCE for Women in Science 2020. 25 November 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Dr. Anggia Prasetyoputri, M.SC dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengaku mengalami sedikit perbedaan saat meneliti di masa pandemik.

"Saya sudah lama tertarik. Penelitian saya S3 juga tentang ini. Tantangan penelitian adalah terkait jumlah orang yang bisa masuk dalam lab karena dibatasi biar gak lebih banyak orang. Jadi, harus lebih banyak mengatur jadwal penelitian," tambah Peneliti Deteksi Koinfeksi Bakteri pada Pasien COVID-19 melalui Metode Sekuensing dari Sampel Swab tersebut.

Anggia mengatakan bahwa dirinya mengaku merasa beruntung karena bisa menjadi bagian dari keluarga dana penelitian yang diberikan, yang juga merupakan insentif luar biasa baginya. 

Baca Juga: Hari Anak 2020, Negara Abai Penuhi Hak Pendidikan di Tengah Pandemik

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Hidayat Taufik

Berita Terkini Lainnya