Begini Lho 5 Fakta Sejarah Konsep Pendidikan Dunia

#EdFunFact Konsep pendidikan yang kita rindukan bersama

Sekolah atau Universitas harusnya menjadi tempat pelepas dahaga para pencari ilmu, bukan hanya sebagai tempat pelarian bagi jiwa-jiwa yang menginginkan pekerjaan setelah lulus nanti. Bukan juga tempat mengadu gengsi para orang tua. Sekolah atau universitas menurut Toto Rahardjo selayaknya semacam oasis, seperti tempat teduh dan sumber air di tengah padang pasir untuk melepas lelah.

Mustinya sekolah atau universitas merupakan tempat dimana orang-orang dapat memuaskan dahaga keingintahuannya, mewujudkan impian-impian dan imajinasi untuk menghasilkan sebuah karya. Seperti yang pernah menjadi harapan tiga tokoh besar dalam dunia pendidikan di dunia, Tagore, Ki Hajar Dewantara dan Julius Nyerere.

Siapa sangka penyair terkenal Gurudev Rabindranath Tagore ternyata adalah seorang guru! Berikut inovasi beliau merintis Universitas Internasional Visva Bharati yang ternyata memengaruhi sistem pendidikan di Indonesia di masa lampau.

1. Mempertemukan kultur Timur dan Barat

Begini Lho 5 Fakta Sejarah Konsep Pendidikan Duniaunsplash.com/tryoung

Dalam buku Toto Rahardjo berjudul Sekolah Biasa Saja diceritakan bahwa pada tahun 1901 Gurudev Rabindranath Tagore mendirikan Ashram Santiniketan di kawasan Bengal Barat, India bersama lima murid, termasuk anak tertuanya, dan lima orang guru. 

Tagore mengembangkan lembaga pendidikan ini hingga melintasi waktu seabad lebih dan saat ini lembaga pendidikan yang dirintisnya itu bermertamorfosis menjadi Universitas Internasional Visva Bharati. 

Sebuah universitas yang memiliki cita-cita mempertemukan kultur timur dan barat demi membangun perdamaian dunia. Sejumlah alumninya yang ternama antara lain mantan Perdana Menteri India Indira Gandhi. 

Selain itu ada pula intelektual muda peraih Nobel, Amartya Sen yang mengungkap ekonomi kelaparan karena ketidakadilan dalam sistem distribusi pangan global, bukan karena kurangnya makanan.

2. Belajar dengan melatih kepekaan

Begini Lho 5 Fakta Sejarah Konsep Pendidikan Duniaunsplash.com/gabriellecepalla

Toto Rahardjo mengisahkan sebuah cerita seorang kepala sekolah yang mengunjungi sekolah Tagore (Shantinikentan) dan melihat seorang anak yang belajar mengenai anatomi pohon dengan cara yang berbeda. 

Mereka bebas bergelantungan di atas pohon dan diharapkan mereka belajar sesuatu darinya, dengan melatih kepekaannya. Murid-murid Shantinikentan secara naluriah telah memeroleh ilmu fisik (Physiognimy) pohon. 

Hanya dengan cara menyentuh pohon itu, mereka akan tahu di cabang mana mereka bisa menginjakkan kaki, atau mengukur seberapa lama cabang itu bisa bertahan, serta bagaimana mengatur berat badan agar tak terlalu membebani cabang pohon. 

Dengan cara itu pula murid-murid Tagore tahu bagaimana memanfaatkan pohon itu, mengambil buahnya, menjadikannya tempat beristirahat atau menghindari bahaya yang tak diinginkan yang ada di sekitarnya. Seru kan?

Begitu pun sistem pendidikan di Jepang untuk anak-anak. Menurut pakar pendidikan, Ahmad Sentosa dalam sebuah tulisannya berjudul Kurikulum dan Kompetensi Guru di Jepang, disebutkan bahwa untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) di sana sifat dan karakteristik kurikulumnya hampir sama dengan kurikulum SD di Indonesia saat ini.

Hanya saja terdapat hal yang membedakan yakni pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di kelas 1 dan 2. Hal ini bertujuan agar anak-anak lebih mengenal dan membiasakan diri untuk menerapkan pola hidup mandiri.

Daripada mengajarkan mata pelajaran IPA atau IPS, Jepang sendiri lebih memilih untuk memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari kepada anak-anak yang baru saja lulus dari tingkat TK dan lebih memfokuskan kegiatan bermain daripada belajar pada saat di dalam ruangan kelas.

Nah, benar juga ya?

Baca Juga: Pendidikannya Terbaik, Yuk Intip 5 Gaya Belajar di Berbagai Negara Ini

3. Seluruh hadiah Nobel yang diterima Tagore digunakan untuk Pengembangan Lembaga Pendidikan

dm-player
Begini Lho 5 Fakta Sejarah Konsep Pendidikan Duniaunsplash.com/kryptonitenicky

Visi Tagore dalam dunia pendidikan saat itu adalah mendirikan sekolah untuk menjadi pusat pengajaran yang dilakukan di ruang terbuka (menyatu dengan alam) dan lingkungan, sehingga suasana sekolah menjadi lebih bergairah dibandingkan jika dilakukan di dalam kelas.

Setelah Tagore menerima penghargaan Nobel dalam sastra, seluruh hadiah yang ia terima dipakai untuk mengembangkan sekolahnya (Shantinikentan) menjadi universitas. Kemudian banyak pengajar terkenal dari seluruh penjuru dunia datang dan mengajar disini.

Luar biasa ya! Bagaimana pun, menyelenggarakan sebuah pendidikan tentu butuh biaya yang tidak sedikit. Salut bagi mereka yang memberikan harta dan tenaganya untuk mengabdi dalam mengembangkan dunia pendidikan.

4. Konsep Shantinikentan diadopsi oleh Ki Hajar Dewantara

Begini Lho 5 Fakta Sejarah Konsep Pendidikan Duniaunsplash.com/nicetomeetyou

Merujuk dari tulisan Toto Rahardjo dalam bukunya, Sekolah Biasa Saja disebutkan bahwa konsep Shantinikentan diadaptasi oleh Ki Hajar Dewantara dan diterapkan untuk Perguruan Taman Siswa yang didirikannya pada 3 Juli 1992 di Yogyakarta dengan nama 'National Onderwijs Institut Taman Siswa'.

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional kita menggunakan kata 'taman' untuk menggambarkan proses penyelenggaraan pendidikan. Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, atau mungkin berarti keduanya. Siswa berarti murid. 

Dalam maknanya yang lebih luas, pendidikan yang digambarkan sebagai taman itu juga meliputi pendidikan formal maupun nonformal yang diharapkan akan memberikan anak pengetahuan dari sekeliling mereka serta memikirkan hakikatnya.

Konsep ini juga sudah banyak diterapkan di negara lain, contohnya di West Hawaii Explorations Academy, Hawaii, Amerika Serikat. Pada sebuah tayangan di televisi swasta pada Minggu (9/11/2014) tampak bahwa sekolah tersebut bukan hanya mendudukkan siswanya pada sebuah kursi dan menegakkan badan menghadap papan.

Namun juga dikelilingi tangki-tangki dan kolam biota laut. Salah satunya adalah tangki kecil yang terdapat satwa laut. Satwa laut itu dapat diambil oleh para siswa, siapa pun yang sedang berkunjung diperbolehkan untuk menyentuh langsung satwa itu.

Puluhan aquarium berisikan ikan karang warna-warni juga dipelihara di sana. Ada pula ikan nemo yang terkenal dikelompokkan sesuai usia untuk diteliti.

Serta masih banyak lagi hal-hal yang membuat sekolah menjadi seperti 'taman' sesuai harapan Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa untuk pendidikan di Indonesia.

5. Konsep Montessori

Begini Lho 5 Fakta Sejarah Konsep Pendidikan Duniaunsplash.com/jacobplump

Selain terilhami Tagore, Ki Hajar Dewantara juga menyerap konsep-konsep pendidikan yang dikembangkan oleh Maria Montessori dari Italia.

Tentu kawan-kawan sudah tau bagaimana konsep pendidikan Montessori yang terkenal itu ya!

Intinya dalam hal ini sekolah di Indonesia diharapkan akan menjadi tempat anak-anak belajar dari pengalaman nyata mereka. Lembaga sekolah formal, baik gagasan maupun wujud fisiknya diharapkan dapat berkaitan langsung dengan lingkungan dan sistem kehidupan secara menyeluruh dalam komunitasnya, sehingga anak akan menjadi agen perubahan dan pengembangan bagi lingkungan di sekitarnya sendiri. 

Dengan begitu, pembangunan akan lebih merata, menjangkau seluruh daerah-daerah hingga pada akhirnya tidak ada lagi kesenjangan pendidikan, ekonomi dan sosial.

Apakah sekolahmu sudah memiliki konsep pendidikan seperti harapan Ki Hajar Dewantara?

Baca Juga: 9 Fakta Unik Pendidikan di Rusia yang Harus Kamu Tahu sebelum Daftar

Jihan Mawaddah Photo Writer Jihan Mawaddah

Knowledge seeker

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya