UNBK Sesungguhnya Adalah Ujian Nasional Berbasis Kejujuran

Karena kejujuran adalah mata uang yang diterima di seluruh dunia...

Saat ini khususnya mereka yang duduk di bangku kelas 12 (Kelas 3 SMU/sederajat) sedang menempuh Ujian Nasional (UN). Di beberapa wilayah yang dinilai sudah layak maka ujian nasional tersebut di selenggarakan dengan memakai komputer atau lebih dikenal dengan UNBK/CBT ( Computer Based Test).

Ujian apapun bentuknya adalah salah satu sarana untuk mengetahui kemampuan anak didik dalam menyerap pelajaran/materi yang telah diberikan dalam satu kurun waktu tertentu. Pada awal penyelenggaraan bahkan sampai sekarang UN banyak menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang pro akan mengatakan bahwa diperlukan suatu sistem untuk mengetahui sejauh mana pemerataan pendidikan di Indonesia. Bagaimana sebenarnya kualitas murid di Indonesia?.

Pihak yang kontra mengatakan bagaimana mungkin menyeragamkan kualitas pendidikan di Indonesia. Soal dibuat sama dari Sabang sampai Merauke, sedangkan fasilitas pendidikan? Tidak usah jauh-jauh di Ibukota kabupaten saja fasilitas sekolah satu dengan yang lain bisa sangat jauh berbeda. Belum lagi kualitas para gurunya. Apalagi kalau mau  dibandingkan dengan yang dikota besar misalnya di Jakarta dengan mereka yang berada di daerah perabatasan? Kalau boleh dibilang bagai bumi dan langit.

Suara penolakan semakin keras takkala nilau UN tersebut dipakai sebagai satu – satunya syarat kelulusan, walaupun pada saat itu persyaratan nilai hanya berkisar antara 5-6 , itu sudah sangat memberatkan terutama bagi siswa yang berada jauh dari kemajuan kota. Soal-soal UN dibuat sama rata dari pusat. Bayangkan betapa menakutkan saat ini bagi para siswa, pengajar, serta orang tua dalam menghadapi yang namanya UN.

Sampai dengan berjalannya waktu, keberadaan UN yang menakutkan itu mulai dikurangi porsinya. Sekarang untuk menentukan kelulusan seorang siswa nilai UN hanya mendapat porsi yang relatif sangat kecil. Nilai raport dari sekolah dan ujian akhir yang diselenggarakan oelh sekolahlah yang lebih banyak menentukan kelulusan seorang siswa.

dm-player

Beberapa tahun belakangan kementrian pendidikan mencoba “meng-upgrade” pelaksanaan UN ini menjadi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), yang pada intinya adalah ujian tersebut dilaksanakan para siswa dengan memakai komputer. Walaupun sampai saat ini banyak pihak yang menentang pelaksanaannya karena melihat lebih banyak sekolah yang belum siap sarana dan prasarana dalam mendukung sistem ini, terutama di daerah, tetapi keliatannya pemerintah pusat tetap maju terus. Alasan mereka mungkin kalo tidak dimulai-mulai kapan majunya, barangkali.

Terlepas dari teknis ujian, baik secara tulis biasa maupun berbasis komputer, sebenarnya ada hal yang jauh lebih penting dari sekedar mengerjakan soal, kemudian lulus dengan nilai yang tinggi. Yakni tentang nilai kejujuran. Hal ini mungkin yang perlu ditekankan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN, baik para siswa, orang tua,  para pendidik, pihak sekolah, sampai kepada mereka yang membuat kebijakan di pusat, bahwa tanpa adanya kejujuran, semua biaya, semua pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk mengadakan sistem ujian ini menjadi sia-sia, tidak ada manfaatnya sama sekali, kecuali buang-buang uang ( dan mungkin untuk  bagi-bagi proyek).

Ide awal diadakannya UN adalah untuk mengetahui sampai dimana kualitas anak didik di Indonesia. Dengan soal yang sama di buat dari pusat, diharapkan hasil ujian nasional tersebut bisa memetakan kondisi real kualitas anak didik di tiap-tiap daerah. Dengan data yang akurat tentunya pemerintah akan lebih mudah untuk menentukan arah kebijakan pendidikan jangka pendek maupun jangka panjang. Pemerintah bisa melihat kelebihan dan kekurangan suatu daerah, misalnya daerah A mungkin harus diperbanyak alat peraga, atau guru-gurunya harus banyak pelatihan, atau barangkali juga bahan ajar yang kurang, pemerintah bisa segera mengambil tindakan.

Bicara tingkat nasional dengan adanya nilau UN ini Pemerintah Indonesia bisa melihat sebenarnya “daya saing” sumber daya manusia dibandingkan dengan tetangga-tetangganya (mungkin) Singapore. Dengan soal yang realtif sama tingkat kesulitannya mengapa anak-anak di Singapore nilainya jauh lebih tinggi dari rata-rata anak Indonesia? Terus kalau sudah begini bagaimana kesiapan anak-anak Indonesia nanti pada saat dia dewasa menghadapi persaingan global. Didepan mata sudah ada MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean). Kalau sampai kita tidak tau kualitas/kekuatan kita sendiri ada dimana dibandingkan dengan negara tetangga, bagaimana kita bisa memenangkan pertarungan tersebut? Hal-hal inilah yang sebenarnya manfaat dari UN itu.

Tapi kembali lagi mengenai soal kejujuran, karena pada awalnya UN ini dipakai sebagai syarat mutlak untuk menentukan seorang siswa lulus atau tidak, maka siapun kan berusaha untuk melewatinya, minimal lulus. Maka tidak heran banyak terdengar berita kebocoran soal dan beredarnya kunci jawaban saat pelaksanaan di saat UN. Siapa pelakunya? Untuk mengetahuinya sebenarnya tidak susah, kalau ada niat mengungkapnya. Perupaannya gampang dan sederhana. ada kebutuhan, ada harga, ada uang maka semua dapat terlaksana. Bahkan dibeberapa sekolah terdengar bukan saja siswanya yang mempunyai kunci jawaban tetapi bahkan sampai gurunya sendiri yang ikut terlibat. Karena apa? Karena semua tidak ingin dicap gagal. Siswa dan tentunya orang tua ingin lulus. Sedangkan guru dan pihak sekolah tidak mau sekolahnya dicap jelek gara-gara ada anak didiknya yang tidak lulus.

Ketidakjujuran seharusnya sudah tidak terjadi lagi saat pelaksanaan UN sekarang, dikarenakan hasil UN sendiri saat ini sudah tidak menentukan kelulusan seorang siswa. Para pendidik langsung dalam hal ini guru dan pihak sekolah harus menanamkan nilai kejujuran ini kepada para siswanya sejak dini. Beri pengertian kepada para siswa bahwa apa tujuan sebenarnya UN diadakan. Selanjutnya yang terpenting adalah menanamkan sifat kejujuran kepada para siswanya. Nasehati mereka bahwa nilai kejujuran sangat penting untuk modal mereka meraih masa depan. Karena kejujuran adalah mata uang yang diterima diseluruh dunia, diseluruh masyarakat, dimanapun.

leonardi Photo Writer leonardi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya