8 Kiat Menjaga Semangat Anak dalam Belajar, Ciptakan Suasana Gembira
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Siapa yang sering kewalahan saat mendampingi anak belajar? Tenang, Ayah dan Bunda, hal ini memang tugas yang gak mudah kok.
Makin muda usia anak, makin gak gampang untuk mengajaknya belajar. Salah-salah dia malah kesal dan mengambek. Nah, delapan kiat di bawah ini bisa coba diterapkan untuk menjaga semangat belajar anak.
1. Apa pun yang terjadi, jangan membandingkan pencapaian anak dengan temannya
Meski orangtua bermaksud memotivasi anak untuk menjadi lebih baik lagi, anak malah bisa menjadi sedih dan minder bila ia merasa kalah dari teman-temannya. Lebih buruk lagi bila ia menjadi yakin dirinya bodoh. Nanti dia bisa gak mau lagi belajar, lho.
Sebaliknya, kalaupun pencapaian anak lebih tinggi daripada teman-temannya, orangtua juga gak perlu terlalu menyanjungnya. Nanti dia malah menjadi sombong dan enggan belajar karena merasa sudah sangat pintar.
2. Lebih baik sebentar-sebentar tetapi fokus ketimbang lama dan bosan parah
Ketahanan anak untuk duduk manis dan belajar tentu gak sama dengan orang dewasa. Anak lebih mudah merasa capek dan bosan sehingga memaksanya belajar langsung dalam waktu panjang tidaklah tepat.
Nanti dia pasti akan rewel. Kasihan, kan? Untuk anak usia TK atau di bawahnya, 15 sampai 30 menit sekali belajar juga sudah sangat cukup. Nanti jika anak sudah beristirahat dan puas bermain, bisa dicoba lagi mengajaknya belajar. Asal bisa rutin sudah bagus sekali.
3. Buku bergambar dan warna-warni akan sangat membantu
Memang butuh usaha ekstra agar anak tertarik belajar. Sebab jangankan anak, orang dewasa saja banyak yang gampang bosan dan mengantuk saat berhadapan dengan buku, kan?
Maka sediakan buku-buku bergambar dan berwarna. Gambar lebih mudah dipahami anak ketimbang tulisan. Sehingga sambil belajar membaca, anak bisa membayangkan dengan tepat maksud kata atau kalimat.
4. Alat peraga juga kadang diperlukan
Mengajari anak membaca dan menulis misalnya, sangat membutuhkan kesabaran dan berbagai strategi. Jika anak kesulitan mengingat bentuk-bentuk huruf hanya dari tulisan, balok-balok huruf bisa membantunya.
Demikian pula nama-nama benda. Akan makin jelas bagi anak bila orangtua menunjukkan wujudnya secara langsung. Bukan hanya gambarnya apalagi cuma deskripsi bentuk dan warna.
Contohnya, buah apel. Bila hanya disebutkan apel adalah buah yang berbentuk bulat dan merah, nanti malah dikira sama seperti bola.
Baca Juga: Millennials, Catat 5 Cara Sederhana Mengajari Anakmu Rasa Bersyukur
5. Ingat, untuk balita, konsepnya bermain sambil belajar
Editor’s picks
Jadi, gak perlu ngegas kalau anak terkesan gak bisa serius, ya! Di masa-masa ini, anak memang masih suka sekali bermain. Yang penting, sambil bermain, ada pengetahuan yang bisa ditanamkan.
Jika anak bisa enjoy, sedikit demi sedikit pengetahuan yang ditanamkan justru akan melekat lebih kuat dalam ingatannya. Kalau anak dipaksa agar serius sekali selama belajar, dia pasti akan stres dan bersikap gak kooperatif.
6. Tidak semua anak berani bertanya, jadi sesekali orangtua atau guru perlu mendekatinya
Mendorong anak agar lebih berani dengan memberi kesempatan untuknya bertanya tentu bagus sekali. Namun ingat, banyak anak belum berani melakukannya. Butuh dibiasakan perlahan-lahan.
Nah, selama belum terbiasa itulah, anak tetap sangat mungkin memendam banyak sekali pertanyaan. Jangan sampai hanya karena ingin anak berani bertanya, orangtua atau pendamping belajarnya malah diam saja.
Dekatilah anak terlebih dahulu dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan. Jika ia tampak enggan mengatakan kesulitannya, cobalah menebak letak kesulitannya atau memeriksa pekerjaannya.
7. Kecepatan belajar anak berbeda-beda, pastikan bisa bersabar
Ada anak yang cepat sekali mengingat pelajaran, ada pula yang lebih lambat. Jangankan dengan teman sekelas, dengan saudaranya pun gak sama. Jadi, jangan lekas kecewa bila anak gak bisa belajar secepat kakaknya dahulu, ya!
Orangtua perlu bersabar menghadapi karakter anak yang berbeda-beda dalam belajar. Bila mengundang guru untuk mendampinginya belajar, pastikan cara mengajarnya sesuai untuk anak.
Jika anak merasa tidak nyaman, tanyakan apa yang membuatnya merasa begitu. Apakah penjelasan orangtua atau guru terlalu cepat baginya, kurang memberikan contoh, memberi terlalu banyak tugas, atau yang lain?
8. Beri anak hadiah saat berprestasi
Meski gak boleh jadi motivasi utama, memberi hadiah saat anak berprestasi bisa dilakukan sebagai bentuk apresiasi. Memberikan hadiah pada anak memang ada plus dan minusnya.
Sisi baiknya tentu anak akan lebih bersemangat dalam belajar. Sisi buruknya, anak bisa menjadi ketergantungan pada hadiah. Dia jadi enggan belajar bila tidak diiming-imingi sesuatu.
Gak kunjung menyadari pentingnya belajar untuk diri sendiri. Maka orangtua perlu tahu saat yang tepat untuk memberikan hadiah. Sebaiknya, hadiah berupa barang hanya diberikan saat prestasi anak melebihi biasanya. Misalnya, saat menjuarai lomba di tingkat tertentu.
Bila sudah kerap seperti nilai ulangan yang bagus, berikan saja hadiah psikis seperti kalimat, "Wah, hebat! Selamat, ya! Jangan lupa, belajarnya harus lebih semangat lagi," serta pelukan.
Menanamkan rasa suka belajar sedini mungkin memang penting agar seiring pertambahan usia, anak memiliki kesadaran untuk belajar sendiri. Gak perlu lagi disuruh-suruh.
Namun dalam usaha menanamkannya tetap harus mempertimbangkan usia dan kemampuan anak, ya! Jangan terlalu memaksanya. Nanti dia malah kapok dan benar-benar menolak belajar.
Baca Juga: Sering Malas Belajar? Coba 5 Cara Ini Agar Kamu Semangat
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.