5 Pesan Moral dari Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi, Penuh Insight

Novelnya ringan, tapi banyak pelajaran yang bisa dipetik

Anak Rantau adalah salah satu novel karya Ahmad Fuadi yang pertama kali terbit tahun 2017 lalu. Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang anak kota yang ditinggal ayahnya di kampung halaman dengan tujuan tertentu.

Meski sang anak tidak terima dengan nasibnya tersebut, ia tetap menjalani kehidupan di kampung sebagaimana mestinya. Namun, naasnya dalam perjalanan kehidupan, tanpa disadari anak tersebut ternyata menyimpan banyak dendam kepada ayahnya yang dianggap meninggalkan dirinya semasa kecil.

Selain menyajikan kisah yang menginspirasi, novel Anak Rantau juga memiliki pelajaran hidup yang dapat dipetik di dalamnya. Berikut lima pelajaran hidup tersebut.

1. Selalu gantungkan semua harapan pada Tuhan

5 Pesan Moral dari Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi, Penuh Insightilustrasi berdoa kepada Tuhan (pexels.com/Monstera)

Aku ingin memberitahumu bagaimana terlalu berharap kepada manusia dan makhluk itu mengecewakan. Jadi, kalau merasa ditinggalkan jangan sedih. Kita tidak akan ditinggalkan Tuhan.

Dalam novelnya, Ahmad Fuadi sempat menulis kalimat di atas. Kalimat itu pun seakan menjadi pengingat bagi pembaca, agar tidak menaruh harapan pada manusia. Sebab, manusia adalah sumber kekecewaan.

Sebaliknya, menaruh harap pada Tuhan yang merupakan sang pencipta. Sebab, kamu bisa menggantungkan segala urusan kepada-Nya. Ia Maha Segalanya, jadi kamu tak akan pernah kecewa dengan apa yang Tuhan tuliskan dan berikan untukmu.

2. Senantiasa saling menghargai antar sesama

5 Pesan Moral dari Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi, Penuh Insightilustrasi pertemanan (pexels.com/fauxels)

Di dalam novel ini, Hepi, sang tokoh utama diceritakan memiliki beragam dinamika dalam beradaptasi dengan orang-orang di kampungnya. Ia berteman dengan siapa saja tanpa pandang usia.

Ia juga pernah bekerja sama dengan seorang preman tobat bernama Lenon, bersahabat dengan dua orang yang berbeda satu sama lain, meminta saran serta pendapat seorang kakek yang dijauhi oleh masyarakat, dan lain sebagainya. Tak terkecuali, Hepi juga sangat menghormati dan mematuhi kakek dan nenek yang merawatnya, meski satu dua kali tidak sependapat dengannya.

Dari proses yang berdinamika itu, Anak Rantau seakan mengajak para pembaca membuka pikiran, agar senantiasa menghargai satu sama lain, meski terdapat perbedaan. Pembaca diajak untuk senantiasa husnuzan, berpikir positif, berbakti kepada yang lebih tua, serta mengambil hikmah dari setiap kejadian tidak menyenangkan yang menimpa diri.

Baca Juga: 5 Novel Inspiratif dari Penulis Korea Selatan, Heartwarming!

3. Menjadi pemaaf itu indah

dm-player
5 Pesan Moral dari Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi, Penuh Insightilustrasi memaafkan (unsplash.com/Erika Giraud)

Ada seorang kakek bernama Pandeka Luko di kampung tersebut yang dijauhi oleh masyarakat, karena dianggap sebagai ahli ilmu hitam yang berbahaya. Namun, di balik anggapan masyarakat itu, ia ternyata merupakan seorang pahlawan yang dibuang negara, karena dianggap sebagai pemberontak. Bisa dibayangkan bagaimana sakit hatinya sang kakek, ketika keringat dan kerja kerasnya tidak dihargai oleh bangsa ini.

Ia pun memiliki "mantra", yakni untuk memaafkan dan melupakan. Mantra itulah yang digunakan untuk mengobati luka dalam hati yang sudah lama bersemayam.

Ia menyadari, bahwa amarah dan dendam dalam hati memang perlu dibakar tuntas, dimaafkan, dan kalau bisa dilupakan. Jalan itulah sebenarnya jalan mulia untuk keluar dari belenggu amarah yang membuat diri tidak tenang.

Sebab, kalau mau dirawat terus menerus, hanya kegelisahan dan kelelahan yang akan didapat. Meski prosesnya memang tidak mudah, tapi berusaha untuk menerapkannya juga bukan hal yang tidak mungkin untuk bisa dilakukan.

4. Semua kejadian yang dialami bergantung pada persepsi masing-masing

5 Pesan Moral dari Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi, Penuh Insightilustrasi orang berpikir (pexels.com/Vanessa Garcia)

Kita tidak dibuang, kitalah yang merasa dibuang. Kita tidak ditinggalkan, kita hanya merasa ditinggalkan. Ini hanya soal bagaimana kita memberikan makna pada nasib sendiri.

Begitulah bunyi salah satu kutipan dalam novel Anak Rantay. Dari kutipan ini, pembaca seolah diingatkan, bahwa segala kejadian yang menimpa akan terlihat baik atau buruk, tergantung bagaimana kita memandangnya.

Kalau kita memandang sesuatu secara positif, maka itu juga akan menjadi hal yang positif, begitu juga sebaliknya. Jadi, kalau ada apa-apa usahakan berpikir positif dulu, ya.

5. Tidak melupakan kampung sendiri

5 Pesan Moral dari Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi, Penuh Insightilustrasi kampung halaman (pexels.com/Tom Fisk)

Novel Anak Rantau ini sebagian besar mengambil latar tempat berupa tanah Minang yang jauh dari hiruk pikuk Kota Jakarta. Banyak budaya dan adat Minang yang ikut diceritakan di dalamnya, seakan mengingatkan pembaca, bahwa kampung halaman adalah tempat indah yang tidak boleh dilupakan.

Budaya di dalamnya pun hendaknya bisa dilestarikan, agar tidak punah dan lenyap seiring waktu. Sebab, dari kampung halamanlah lahir tokoh-tokoh hebat yang memiliki ide cemerlang nan rupawan di zaman sebelumnya. Dari kampung halaman juga, orang-orang terdahulu dapat tumbuh dan berkembang hingga terlahir generasi sekarang ini. 

Lima pesan moral di atas akan kamu dapatkan dalam novel Anak Rantau karya Ahmad Fuadi. Novel ini sangat menyenangkan untuk dibaca di waktu luang. Tak perlu berpikir keras, kamu bisa dengan mudah memahami isinya. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, segera dibaca!

Baca Juga: 6 Rekomendasi Buku Klasik Karya George Orwell dari Novel hingga Memoar

Nur Tazkiyah Sejati Photo Verified Writer Nur Tazkiyah Sejati

rarely found someone who wants to listen carefully, so i write to release what is inside my mind

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya