Tanjidor, Orkes Tradisional Betawi yang Dipengaruhi Budaya Eropa

Orkes khas Betawi ini didominasi oleh alat musik tiup

Pernahkah kamu mendengar tentang tanjidor? Tanjidor adalah kesenian tradisional khas Betawi yang berbentuk orkes yang dimainkan secara berkelompok. Konon, kesenian ini banyak dipengaruhi musik Eropa, khususnya dalam pemakaian alat musik tiup.

Umum disingkat tanji yang memiliki arti menabuh, lalu karena yang ditabuh adalah tambur yang berbunyi dor-dor-dor, maka digabunglah menjadi tanjidor. Bagi yang penasaran, berikut penjelasan lengkap tentang tanjidor yang legendaris.

1. Asal-usul Tanjidor

Tanjidor, Orkes Tradisional Betawi yang Dipengaruhi Budaya Eropailustrasi kesenian tanjidor asal Betawi (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Meski asal-usulnya belum jelas, tapi Paramita Rahayu Abdurachman dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara menyebut bahwa tanjidor mungkin berasal dari kebudayaan Islam. Terlebih, istilah tanjidor sendiri memiliki kemiripan dengan bahasa Portugis.

Dalam bahasa Portugis ada kata tanger yang berarti memainkan alat musik dan tangedor (diucapkan tanjedor) untuk orang yang memainkan alat musik berdawai di luar ruangan. Kemudian, tangedores memiliki arti brass band yang dimainkan di pawai militer atau keagamaan.

Tapi, walaupun sistem tangga nadanya sama-sama diatonik, kesenian di Portugis sangat berbeda dari tanjidor yang berkembang di masyarakat Betawi. Sebab, tanjidor malah lebih didominasi oleh alat musik tiup.

2. Berasal dari kebiasaan orang kaya zaman dulu

Tanjidor, Orkes Tradisional Betawi yang Dipengaruhi Budaya EropaGubernur DKI Anies Baswedan mengabadikan nama-nama tokoh seniman dan habib Betawi jadi nama jalan. (dok. Humas Pemprov DKI Jakarta)

Sejauh ini, asal tanjidor sering kali dikaitkan dengan kebiasaan pejabat dan orang-orang kaya di sekitar Batavia (Jakarta) yang memiliki ansambel di rumah serta dimainkan oleh budak-budak mereka. Salah satunya Augustijn Michiels.

Lebih dikenal sebagai Mayor Jantje, ia adalah seorang tuan tanah di Citrap atau Citeureup, Bogor. Bahkan, peran Mayor Jantje dan kemunculan tanjidor diulas Mona Lohanda dalam pengantar buku Mayor Jantje: Cerita Tuan Tanah Batavia Abad ke-19 oleh Johan Fabricius.

Mayor Jantje memiliki beberapa ansambel musik di rumahnya yaitu ansambel Eropa, marching band tentara, ansambel Cina, hingga gamelan. Selain itu, sebagai tuan tanah, dia memiliki ratusan budak yang di antaranya bisa memainkan alat musik.

Bahkan, 30 budak diketahui bergabung dalam Korps Musik Papang Het Muziek Corps der Papangers yang bertugas menghibur Mayor Jantje saat pesta dan jamuan makan. Mereka memainkan musik sambil berbaris memutari meja yang diisi oleh para tamu. 

dm-player

Pasca perbudakan dihapuskan, para budak merdeka bisa bermain musik dan membentuk perkumpulan musik, yang dikenal dengan nama tanjidor. Mereka memainkan lagu-lagu Eropa untuk mengiringi pesta dansa, hingga lagu-lagu Betawi dan Melayu.

3. Perkembangan tanjidor di berbagai daerah

Tanjidor, Orkes Tradisional Betawi yang Dipengaruhi Budaya Eropailustrasi kesenian tanjidor asal Betawi (dok. JabarProv)

Musik tanjidor kemudian dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di daerah Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor, serta Karawang. Bahkan, para pemainnya kebanyakan berasal dari daerah-daerah di luar Jakarta.

Pada zaman dulu, para pemusik tanjidor kebanyakan adalah petani. Saat musim bercocok tanam mereka meninggalkan alat-alat musik di rumah. Tapi setelah panen, mereka datang ke Jakarta untuk mengamen keliling atau memeriahkan pesta atau perayaan.

Kelompok musik tanjidor umumnya terdiri dari 7-10 orang yang memainkan repertoar lagu diatonik, lagu-lagu yang bertangga nada pelog, hingga slendro. Lagu-lagu yang dibawakan antara lain Batalion, Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, dan Cente Manis.

Dalam suatu pementasan, kelompok tanjidor biasanya mengikuti pola. Mereka memulai permainan dengan lagu-lagu mars, dan walz. Baru setelah itu memainkan jenis lagu lain, seperti lagu-lagu Betawi, lagu Sunda (jaipongan), lagu Melayu, hingga lagu dangdut.

4. Tanjidor melahirkan bentuk kesenian baru

Tanjidor, Orkes Tradisional Betawi yang Dipengaruhi Budaya Eropailustrasi kesenian tanjidor asal Betawi (dok. Dinas Kebudayaan DKI Jakarta)

Kesenian tanjidor beradaptasi dengan kesenian lain. Dalam buku Wajah Pariwisata Jawa Barat, adaptasi itu melahirkan bentuk kesenian baru seperti jikres (tanjidor-orkes), jinong (tanji-lenong), bajidoran (tanjidor dengan kliningan Sunda), hingga jipeng (tanji-topeng).

Namun, adaptasi juga membuat tanjidor harus melengkapi instrumen musiknya. Sebagai sebuah ansambel, tanjidor terdiri dari klarinet (tiup), piston (tiup), trombon (tiup), saksofon tenor (tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon), simbal (perkusi), dan tambur.

Tentunya, tanjidor masih menjadi salah satu tradisi Betawi yang masih lestari. Kini, musik tanjidor lebih sering dipertunjukkan untuk mengarak pengantin hingga menyambut tamu agung.

Nah, itulah sejarah dan awal mula munculnya tanjidor sebagai salah satu kesenian Betawi yang masih lestari. Semoga penjelasan di atas bisa menambah wawasanmu, ya!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Yunisda D

Berita Terkini Lainnya