Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh Besar

Sifat angkuh telah membawa kebinasaan bagi mereka

Al-Gaffar. Itulah salah satu sifat mulia yang dimiliki Allah SWT. Dia adalah Zat yang Maha Pengampun. Sekalipun sebanyak buih di lautan dosa yang telah diperbuat oleh seorang hamba, selagi orang tersebut sungguh-sungguh dalam tobatnya, Allah tak enggan mengampuni dan menghapus dosa-dosanya.

Sementara ampunan Allah luas, banyak dari kita yang lupa bahwa azab-Nya juga amatlah pedih. Salah satu kaum yang pernah merasakan kerasnya azab Allah adalah kaum 'Ad. Mereka adalah kabilah yang berasal dari Al-Ahqaf yang telah dianugerahi segudang kelebihan oleh Allah.

Sayangnya, kelebihan tersebut malah mereka salah gunakan untuk berbuat zalim dan syirik terhadap Allah. Untuk itu, diutuslah Nabi Hud supaya mereka kembali ke jalan kebenaran. Selengkapnya, berikut IDN Times sajikan kisah Nabi Hud dan kaum 'Ad untukmu.

1. Hud AS, keturunan anak Nabi Nuh yang diangkat menjadi rasul

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh Besarilustrasi Al-Qur'an (pixabay.com/cahiwak)

Bencana banjir besar yang melanda bumi menjadi jawaban atas doa Nabi Nuh untuk kaumnya yang membangkang. Dalam Surah Nuh ayat 26, ia berdoa agar semua kaumnya yang kafir lenyap tanpa tersisa di muka bumi—dan Allah SWT memperkenankan doanya itu.

Setelah peristiwa tersebut, tidak ada satu pun manusia yang tersisa, kecuali Nabi Nuh, keturunannya, beserta orang-orang mukmin yang ikut bersamanya. Dari manusia yang ada tersebut, hanya ketiga putra Nabi Nuh—Sam, Ham, dan Yafet—yang beranak-pinak sehingga manusia-manusia saat ini sebenarnya adalah keturunan Nabi Nuh AS.

Nah, Nabi Hud sendiri merupakan keturunan dari Sam, putranya Nabi Nuh. Dalam Kisah para Nabi oleh Ibnu Katsir, catatan sejarah berbeda-beda dalam meriwayatkan nama Nabi Hud AS. Namun, salah satu riwayat menyebutkan bahwa namanya adalah

Hud bin Abdullah bin Rabah bin Jarud bin Ad' bin Aus bin Iram bin Sam bin Nuh.

Nabi Hud AS hadir sebagai nabi dan rasul setelah Nabi Nuh wafat. Ia diutus untuk memberi peringatan sekaligus membawa ajaran tauhid kepada kaumnya, yang tidak lain adalah kaum 'Ad.

2. Diutus untuk kaum 'Ad yang berasal dari Al-Ahqaf, Jazirah Arab

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh BesarWadi Hadhramaut, Yaman (commons.wikimedia.org/Ljuba brank)

Ketika Nabi Nuh AS masih hidup, seluruh penduduk bumi masih menjalankan ibadah dengan baik dan bertauhid kepada Allah SWT. Akan tetapi, sepeninggalnya, manusia perlahan-lahan mulai meninggalkan ajaran Allah. Lebih parahnya lagi, mereka beralih menyembah berhala seperti yang dilakukan oleh kaum 'Ad.

Perlu kamu ketahui, kaum 'Ad masih keturunannya Sam bin Nuh. Lebih tepatnya, mereka adalah keturunan dari Iram bin Sam bin Nuh. Kaum 'Ad terbagi lagi menjadi dua: ada 'Ad Awal dan 'Ad Akhir. Nah, yang didakwahi Nabi Hud AS adalah 'Ad Awal.

Dikisahkan bahwa 'Ad Awal merupakan bangsa yang tinggal di sebuah daerah bernama Al-Ahqaf. Daerah tersebut berada di sebelah utara Hadramaut antara Oman dan Yaman. Al-Ahqaf digambarkan sebagai hamparan gurun pasir yang diliputi oleh gunung-gunung pasir.

Menempati ibu kota yang bernama Iram, kebanyakan dari kabilah 'Ad tinggal di perkemahan. Namun, bukan sembarang perkemahan. Berdasarkan Murdodiningrat (2012) dalam Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul dalam Alquran, tenda-tenda yang ada berukuran besar serta disokong tiang-tiang yang kuat nan tinggi.

Kemah yang berukuran besar tersebut sebanding dengan ukuran tubuh mereka yang tak kalah besar juga. Menurut Wahab bin Munabbih, seorang laki-laki kaum 'Ad tingginya bisa mencapai 100 siku (45 meter), sedangkan yang paling pendek berukuran 60 siku (27 meter).

Karena Nabi Hud berasal dari kabilah 'Ad, apakah tubuhnya juga sebesar mereka? Penulis tidak menemukan sumber yang secara gamblang menyebutkan ukuran tubuh Nabi Hud. Akan tetapi, dalam Surah Hud ayat 50, disebutkan bahwa Hud adalah saudara dari kaum 'Ad. Wallahu a'lam bishawab.

"Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.'" (QS. Hud, [11]:50).

Baca Juga: 5 Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Ibrahim di Momen Idul Adha

3. Dikaruniai lebih banyak kelebihan dibanding kaum-kaum lainnya

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh BesarFoto hanya ilustrasi. Ad Deir "The Monastery", Petra, Yordania (commons.wikimedia.org/Azurfrog)

Seperti yang disinggung di bagian sebelumnya, Allah telah menganugerahi kaum Nabi Hud dengan fisik yang luar biasa. Mereka memiliki tubuh yang tinggi, besar, lagi kuat. Dengan tubuh tersebut, tentu sangat mudah bagi mereka dalam melakukan pekerjaan yang berat.

Bukan hanya unggul dalam hal jasmani saja, kaum 'Ad juga dikaruniai berbagai macam keterampilan. Hal tersebut lantas membuat peradaban mereka lebih maju daripada bangsa lainnya. Merujuk Kisah dan Materi Dakwah Nabi Hud oleh Sutrisno (2017) dalam Al-Mishbah, kaum Nabi Hud AS piawai dalam berbagai bidang.

Pertama, di bidang pertanian, kaum 'Ad mampu mengubah tanah tandus menjadi lahan subur yang menunjang kegiatan bercocok tanam. Kedua, mereka mampu memelihara hewan ternak dengan baik sehingga mendatangkan hasil peternakan yang memuaskan.

Ketiga, kaum 'Ad termasuk arsitek yang andal. Dengan fisik yang dimiliki, mereka mampu mendirikan bangunan-bangunan tinggi nan kokoh yang belum pernah sama sekali dibuat oleh orang lain. Hal ini seperti yang tertuang dalam Surah Al-Fajr ayat 6–8. Allah Ta'ala berfirman,

"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain," (QS. Al-Fajr, [89]:6–8).

Bangunan tersebut bukanlah sebatas gedung-gedung yang kokoh semata. Bangsa 'Ad juga menjadikannya sebagai benteng untuk mengintai dan menahan serangan musuh. Bahkan, diriwayatkan juga bahwa mereka juga memiliki kebiasaan mengukir di batu dan tebing gunung, lho!

Selain ketiga bidang tadi, kabilah Nabi Hud ini juga jagonya dalam hal siasat perang. Mereka dapat membuat musuh bertekuk lutut bahkan sebelum perang dimulai.

Pastinya, kehidupan yang penuh kenikmatan tersebut semuanya terjadi atas izin Allah SWT. Tempat tinggal mereka yang dipenuhi kekayaan alam berupa air mengalir dan tanam-tanaman pun sejatinya merupakan pemberian dari-Nya. Akan tetapi, itu semua malah membuat mereka menjadi gelap mata.

4. Sudah diberi kenikmatan, tapi malah zalim dan berbuat syirik

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh Besarilustrasi patung (pxhere.com)

Dengan semua kenikmatan yang telah dilimpahkan, kaum 'Ad malah bersikap congkak. Dalam Surah Fussilat ayat 15, dengan sombongnya mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?"

Kesombongan tersebut menuntun mereka berbuat zalim kepada manusia lainnya. Disebutkan dalam Sutrisno (2017), kaum 'Ad kerap menyiksa dan memperlakukan musuh yang tak berdaya secara tidak manusiawi.

Lebih parahnya lagi, kaum Nabi Hud ini juga berbuat syirik. Mereka menciptakan tiga berhala yang diberi nama Shada, Tsamud, dan Hara—ada pula yang menyebutkan Shamad, Shamud, dan Huran. Kepada patung-patung tersebut, mereka melakukan penyembahan sehingga menjadikan mereka sebagai penyembah berhala pertama dari suku Arab yang datang setelah musnahnya kaum Nabi Nuh.

dm-player

Meskipun telah diduakan, Allah SWT tak langsung menimpakan azab kepada kaum 'Ad. Allah masih memberikan kesempatan kepada kabilah ini untuk bertobat dengan mengirimkan seorang utusan yang berasal dari golongan mereka sendiri, yakni Nabi Hud AS. Menurut catatan Wahab bin Munabbih, ia diutus ketika berusia 40 tahun.

Tugas utama Nabi Hud adalah mengajak kaumnya kembali untuk menyembah Allah SWT dan tidak lagi berbuat zalim kepada sesama. Bukan hanya itu, ia juga mengingatkan agar kaumnya menyadari bahwa semua kenikmatan dunia yang telah mereka rasakan merupakan anugerah dari Allah SWT.

Pesan tersebut seperti yang terkandung dalam Surah Asy-Syu'ara ayat 128–135. Nabi Hud AS menyeru kepada kaumnya,

"Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar." (QS. Asy-Syu'ara, [26]:128–135).

Akan tetapi, sifat sombong seolah telah menutup pintu hati kaum 'Ad dari menerima cahaya kebenaran. Meskipun begitu, Nabi Hud tidak pantang menyerah dan terus berusaha untuk menyelamatkan kaumnya dari pembangkangan.

Baca Juga: Kisah Nabi Zakaria serta Mukjizatnya, Dikaruniai Anak di Usia Senja

5. Nabi Hud AS diolok-olok sampai dikatai orang gila

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh Besarilustrasi Al-Qur'an (pixabay.com/freebiespic)

Perjuangan dakwah Nabi Hud AS untuk kaumnya tidak terbilang mudah. Dirinya seolah menghadapi manusia-manusia berhati batu yang enggan untuk meninggalkan perbuatan menyimpang mereka.

Mulanya, dakwah Nabi Hud mendapat respons berupa penolakan biasa. Akan tetapi, lama-kelamaan, kaum 'Ad mulai menunjukkan sikap keras yang dibarengi argumen penolakan. Mereka berdalih jika praktik menyembah berhala yang dilakukan merupakan adat turun-temurun dari nenek moyang sehingga harus dilestarikan.

"Mereka (kaum 'Ad) menjawab, 'Adalah sama saja bagi kami apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat. (Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu dan kami sekali-kali tidak akan diazab.'" (QS. Asy-Syu'ara, [26]:136–138).

Tak jarang pula mereka memperolok Nabi Hud AS. Para pemuka agama kaum 'Ad mengejek Nabi yang hanyalah manusia biasa seperti mereka. Pemuka-pemuka kafir tersebut menyebut kaum 'Ad yang ingin menaati Nabi Hud sebagai orang-orang merugi. Mereka juga mengatakan bahwa Nabi adalah seorang pembohong dan perihal hari kebangkitan yang ia sampaikan hanyalah dusta belaka.

"(Orang) ini (Hud) tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu. Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. Ia (Hud) tidak lain hanyalah seorang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman kepadanya." (QS. Al-Mu'minun, [23]:33–38).

Sungguh disayangkan perlakuan kaum 'Ad kepada Nabi Hud. Padahal, ia berdakwah bukan untuk meminta imbalan sepeser pun dari kaumnya, melainkan semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT guna mengajak mereka menuju kebenaran. Dalam penatnya, Nabi Hud AS hanya bisa berdoa kepada Allah Ta'ala,

"Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakanku." (QS. Al-Mu'minun, [23]:39).

Namun, seolah sebutan pendusta belum cukup bagi Nabi Hud, dirinya malah dikatai sebagai orang sakit jiwa. Kaum 'Ad berdalih jika dakwah yang dikerjakan Nabi Hud telah menyulut murka ketiga berhala yang mereka sembah. Akibatnya, menurut mereka, patung-patung tersebut telah menimpakan "penyakit gila" pada Nabi Hud AS.

"Kaum 'Ad berkata, 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan memercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.'" (QS. Hud, [11]:53–54).

Mendengar itu, Nabi Hud lantas memberi jawaban seperti yang tercantum dalam Surah Hud ayat 54–57:

"Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya, Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu." (QS. Hud, [11]:54–57).

6. Azab berupa awan hitam selama 7 malam yang melenyapkan kaum 'Ad

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad, Kaum Sombong yang Bertubuh Besarilustrasi awan hitam (unsplash.com/Jari Hytönen)

Ucapan saudaranya sama sekali tak dihiraukan. Lebih parahnya lagi, kaum 'Ad menantang Nabi Hud untuk menyegerakan azab yang selama ini telah ia peringatkan kepada mereka. Dalam Surah Al-A'raf ayat 70, mereka berkata,

"Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka, datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar." (QS. Al-A’raf, [7]:70).

Bahkan setelah semua perilaku durhaka yang telah ditunjukkan kaum Nabi Hud, Allah masih menahan azabnya yang pedih. Dia hanya menarik sebagian nikmat yang telah diberikan kepada mereka, yakni air.

Diriwayatkan bahwa terjadi kekeringan selama kurang lebih 7 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, hujan sama sekali tidak pernah turun. Alhasil, lahan yang awalnya subur menjadi kering-kerontang.

Hewan-hewan ternak yang mereka pelihara semuanya mati lantaran kehausan. Bahkan, tak sedikit pula anak-anak dan orang-orang tua dari kabilah ini yang tidak mampu bertahan hingga akhirnya meninggal dunia.

Lantas, kaum 'Ad pun bertanya-tanya mengapa bisa terjadi kekeringan. Nabi Hud memberitahu bahwa itu terjadi karena mereka telah membuat Allah murka. Ia kembali mengajak kaumnya untuk bertobat selagi masih ada kesempatan. Lagi-lagi, mereka menolak dan semakin menentang Nabi. Maka, habislah masa penangguhan bagi kaum 'Ad.

Hingga suatu hari, gumpalan awan hitam tampak di langit. Tentu itu membuat kaum 'Ad gembira karena setelah kemarau yang panjang, akhirnya turunlah hujan yang akan membawa kembali kehidupan di tanah mereka. Namun, sedikit mereka ketahui bahwa awan-awan hitam tersebut sebenarnya azab yang telah mereka minta.

"Maka, tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami'. (Bukan!) Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya," (QS. Al-Ahqaf, [46]:24–25).

Bersamaan dengan awan hitam itu, berhembus angin yang dingin. Semakin lama, tiupannya semakin kencang. Begitu kencang hingga mampu meluluhlantakkan perkemahan mereka.

Mereka mencoba bersembunyi di dalam tenda dan bangunan-bangunan kokoh yang mereka buat. Namun sayang, itu tiada gunanya. Tubuh mereka yang raksasa sama sekali tiada tandingan dengan kekuatan-Nya. Bahkan, berhala-berhala yang mereka kira akan menjadi penolong malah hancur akibat angin tersebut.

Tanpa ampun, Allah menimpakan azab tersebut kepada mereka selama 7 malam 8 hari. Alhasil, semuanya binasa. Tidak ada yang tersisa, selain rumah-rumah yang dulu telah mereka bangun.

Bagaimana dengan keadaan Nabi Hud AS? Tentu saja, ia dan orang-orang mukmin yang bersamanya mendapat mukjizat dari Allah dengan diselamatkan dari bencana yang begitu menghancurkan tersebut.

"Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka, kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka." (QS. Al-Haqqah, [69]:6–8).

Dari kisah Nabi Hud AS tadi, bisa kita lihat betapa kerasnya azab Allah bagi orang-orang yang membangkang. Jangan sampai kita berakhir seperti kaum 'Ad dan semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong, ya! Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.

Baca Juga: Kisah Nabi Ismail serta Sejarah Idul Adha dan Kemunculan Air Zamzam

Topik:

  • Bella Manoban
  • Langgeng Irma Salugiasih

Berita Terkini Lainnya