6 Peribahasa Banjar Ini Bersarat Sindiran, Tahu Muha Badak?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dilansir KBBI Edisi V, peribahasa adalah ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
Istilah yang dipergunakan pun sangat mudah dipahami masyarakat karena merupakan cikal bakal budayanya. Meskipun asing bagi masyarakat awam, namun jika dipelajari dan dipahami pasti bisa kok.
Berikut ada perumpaan atau sindiran dalam bahasa Banjar yang harus kamu hindari. Sebab, akan mendatangkan malapetaka bagi yang melakukannya.
1. Muha badak (Wajah badak)
Sindiran yang dipergunakan kepada seorang yang tidak malu-malu melakukan berbagai perbuatan tercela. Ada berjuta manusia di muka bumi dengan karakter yang bermacam-macam.
Mungkin, kamu pernah berjumpai atau bahkan berteman dengan si muka badak. Peribahasa ini sama dengan si muka tebal dalam bahasa Indonesia yang berarti tidak tahu malu juga, lho!
2. Bahutang nangkaya dapat, membayar nangkaya kehilangan (Berutang seperti dapat, membayar seperti kehilangan)
Sindiran untuk orang yang mau berutang, tetapi tidak mau membayar. Sering punya teman atau kerabat yang punya hutang ketika udah tegat waktunya ditagih ternyata , malah lupa atau pura-pura amnesia. Padahal uang udah ada tapi, masih aja ditunda-tunda bayarnya.
Sebenarnya, menunda-nunda pembayaran itu gak baik lho. Mengapa? Dalam hadis riwayat Bukhari menyebutkan, "Menunda-nunda membayar utang bagi orang yang mampu (membayar) adalah sebuah kezaliman".
Baca Juga: Serupa tapi Tak Sama, 7 Kata Bahasa Banjar Ini Mirip Bahasa Tagalog
3. Panjang balikat (Panjang belikat)
Editor’s picks
Ungkapan berupa sindiran kepada orang pemalas yang tidak ringan tangan dan malas melakukan hal yang bermanfaat. Peribahasa memiliki makna sama dengan berat tangan.
Malas sering datang kepada kita semua untuk tidak melakukan hal yang produktif. Maka, untuk menghilangkan rasa malas bangunlah sebuah kebiasaan baru dari hal-hal yang kecil dulu secara konsisten setiap harinya.
4. Apik-apik undang, tahi di kepala (Rapi-rapi udang, tinja di kepala)
Sindiran yang ditunjukan kepada perempuan yang pandai bercolek sedang keadaan rumah berantakan. Perlu diingat, menjadi seorang wanita yang cantik tak hanya pandai bersolek, tapi harus pandai menjaga kebersihan yang juga merupakan sebagian dari iman kita.
5. Nangkaya tampakul bahupang di batang (Seperti tempakul bertompang di batang)
Sindiran ini ditujukan kepada seseorang yang selalu bergantung pada orang lain. Bergantung kepada orang lain adalah hal yang tidak bagus. Namun, kalau kita bisa melakukan perihal tersebut, mengapa harus dibantu orang lain? Coba selesaikan sendiri dulu. Kecuali mendesak dan perihal tersebut belum kita tahu, boleh bertanya dan belajar agar tak bergantung kepada orang tersebut.
6. Akal nangkaya Sarawin (Akal seperti Serawin)
Sindiran ditunjukan kepada seseorang yang banyak akal untuk menyiasati orang lain. Sedangkan, Serawin adalah tokoh legenda dalam cerita rakyat suku Banjar. Tokoh ini selalu menciptakan muslihat aneh yang membuat orang banya tertawa.
Sebenarnya, sikap ini patut dijauh karena hanya menimbulkan malapetaka bagi kehidupan dan orang yang berperilaku begini. Pasti hidup tidak akan tenang, deh.
Bagaimana paribahasa Banjar di atas yang bermakna sindiran? Apakah sudah berhasil ‘menepik’ kamu?
Baca Juga: 5 Peribahasa Banjar, Nasihat Buat Kamu Anak Perantau
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.