Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi Tinggi

Wali murid membantu sampai lembur di sekolah!

Beberapa waktu lalu (30/7), tim IDN Times dan Tanoto Foundation berkesempatan menilik SDN 2 Kalilumpang, Patean, Kendal. Perlu waktu sekitar 1-1,5 jam untuk mencapainya dari pusat kota Kendal, Jawa Tengah. Kami melewati jalan berbukit yang meskipun sudah baik, tetap menantang berkat naik turunnya. Belum lagi, di sekeliling perjalanan kebanyakan dipenuhi kebun karet bak hutan.

Perjalanan sudah dekat, kami harus menunggu sebentar sebab jalanan menuju SD hanya selebar sebuah mobil saja. Sementara itu, akan ada mobil yang keluar dari arah berlawanan. Akan tetapi, perjalanan kami tidak sia-sia. Mengapa? Ketahui jawabannya dari potret SDN 2 Kalilumpang, sekolah pelosok bukit dengan literasi tinggi berikut!

1. Begitu kami tiba, suasana mengajar yang lebih segar tampak dari siswa kelas 6 SD yang belajar matematika di teras dengan alat peraga

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

Dengan alas tikar, rupanya anak-anak tersebut tengah mempelajari topik bilangan bulat. Bukan dengan media papan tulis, melainkan alat peraga Wayang Bilangan Bulat. Wayang ini terbuat dari potongan triplek memanjang dan didesain bak penggaris bertuliskan angka minus, 0, hingga angka positif. Sang guru terlihat menghampiri satu per satu murid untuk menjelaskan dan menanyai kesulitan masing-masing anak.

2. Meski begitu, tak berarti ruang kelasnya membosankan lho! Justru, setiap kelas terlihat menyenangkan dengan mural warna-warni

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

Dengan adanya kegiatan belajar mengajar tadi, barangkali ada yang menduga ruang kelasnya membuat jenuh? Ternyata, tidak! Begitu memasuki satu per satu ruang kelas, nuansa ceria mendominasi dengan adanya mural-mural cantik.

Tema mural per kelasnya pun beragam. Ada yang bernuansa kebun, taman, hingga kodok. Semua sesuai dengan minat masing-masing anak yang belajar di kelas itu.

3. Untuk meningkatkan literasi, setiap kelas diwajibkan memiliki sudut baca. Yang paling epik adalah Pojok Literasi ala day care di kelas satu ini!

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

Tidak kalah menarik dengan mural ruang kelasnya, Pojok Baca atau Pojok Literasi di setiap kelas juga unik. Kebetulan, Ibu Robingah (Kepala Sekolah SDN 2 Kalilumpang) mengadakan gerakan Hari Literasi setiap hari Selasa. "Siapa pun yang datang pada Hari Literasi, wajib baca. Tamu, penjaga warung," tutur Robingah.

4. Tak perlu muluk-muluk, beberapa fasilitas belajar di sini dibuat dari barang bekas yang diperbaiki & diperindah lagi. Meja ini, misalnya

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

Yang unik, untuk mewujudkan suasana kelas dan nuansa belajar seindah itu, tidak melulu berbiaya mahal. Beberapa meja dan kursi pun, ternyata ada yang dibuat dari barang bekas yang telah disimpan di gudang.

Barang-barang tersebut diperbaiki lagi atau direproduksi menjadi barang baru agar bisa bertambah nilai gunanya. Tentunya, dengan tidak mengesampingkan faktor keamanan. 

5. Bekerjasama dengan Tanoto Foundation dalam program PINTAR, mereka menerapkan pola belajar MIKIR dengan alat peraga yang menarik

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

SDN 2 Kalilumpang ini telah bekerjasama dengan Program PINTAR Tanoto Foundation sejak 2018. Sejak saat itu, sekolah ini telah menjalani sejumlah pelatihan untuk kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Salah satu yang sangat mengena dari pelatihan tersebut adalah pola pembelajaran MIKIR.

Program PINTAR adalah program yang dirancang untuk memperbaiki kemampuan murid dalam bidang literasi, numerasi, dan ilmu pengetahuan. Caranya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah.

Dalam praktiknya, Tanoto Foundation bermitra dengan pemerintah pusat dan daerah serta LPTK membangun sistem yang berkelanjutan untuk meningkatkan pendidikan di SD, MI, SMP, dan MTs. Untuk mencapainya, Tanoto Foundation juga mendukung peningkatan kapasitas kepala sekolah, guru, orangtua, masyarakat, dan dosen LPTK.

"Pembelajaran dulu belum pakai media. Sekarang ada pajangan dan alat peraga," lanjut Robingah. Untuk alat peraga, misalnya. Karena sekolah ini dikelilingi bukit dengan kebun karet, maka diciptakanlah alat peraga untuk berhitung bernama Bika. "Orang tahunya bika itu kue enak. Kalau di sini, kepanjangan dari biji karet," tutur Robingah.

Baca Juga: Berkomitmen Penuh Pada Pendidikan, Ini Tiga Program Tanoto Foundation

6. Lewat MIKIR, siswa juga dimungkinkan belajar dengan susunan meja O atau berkelompok supaya aktif dan tidak cuma mendengar ceramah guru saja

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari
dm-player

Apa yang kamu rasakan jika harus menerima pelajaran dengan tatanan meja kursi menghadap ke depan semua dan guru terus menerus berceramah? Pasti ngantuk, apalagi yang duduknya di belakang!

Tapi, tidak begitu dengan SDN 2 Kalilumpang. Setidaknya, ada dua jenis tatanan meja kursi yang terlihat yaitu membentuk huruf O dan berkelompok. Dengan seperti ini, setiap murid mendapat perhatian karena guru akan berkeliling, murid mudah fokus, berani berbicara, dan bekerjasama dengan teman sekelompok.

Telah disebut pada poin sebelumnya, pola pembelajaran MIKIR adalah salah satu unsur pembelajaran aktif yang tertulis dalam modul PINTAR bertema "Praktik yang Baik dalam Manajemen Berbasis Sekolah". MIKIR merupakan akronim dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi.

Mengalami adalah melakukan kegiatan dan/atau mengamati saat proses pembelajaran berlangsung. Interaksi ialah proses pertukaran gagasan antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain.

Terakhir, Refleksi adalah kegiatan melihat kembali pengalaman belajar dan mengambil hikmahnya. Menarik dan sangat jauh dengan pembelajaran tradisional yang hanya mendengarkan ceramah, bukan?

7. Sekolah ini juga punya program Saku Sanak. Tiap anak wajib membawa buku dan bakal bertukar bacaan dengan teman lain, lalu ditulis dalam jurnal

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

"Satu Buku Satu Anak," papar Robingah menjelaskan kepanjangan dari Saku Sanak. Wujud gerakan ini adalah setiap anak membawa satu buku dari rumah. Kemudian di sekolah, buku ini ditukarkan dengan buku yang dibawa anak lain untuk saling dibaca. Selepas dibaca, mereka pun dianjurkan menuliskan apa yang sudah dibaca dalam jurnal.

"Tanpa sengaja, murid mengadakan lomba siapa yang paling banyak membaca buku. Karena nantinya, pasti kegiatan membaca itu akan ditulis di jurnal," ungkap Kitri, salah satu komite sekolah SDN 2 Kalilumpang.

8. Gazebo yang ada di halaman SD bukan sekedar tempat nongkrong, lho! Bangunan bikinan wali murid ini juga difungsikan untuk membaca buku!

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

"Pembuatan gazebo agar anak-anak lebih senang membaca buku. Dananya inisiatif dari wali murid. Tidak ada BOS," Robingah menambahkan sekaligus mengapresiasi peranan orangtua murid yang mendukung pembelajaran di sekolah.

Bangunan gazebo ini sendiri, terletak tak jauh dari Pojok Baca yang ditempatkan di luar kelas (lihat gambar sebelumnya). Suasana asri serta teduh karena terlindung pepohonan rimbun, siapa yang tidak nyaman membaca di sini.

9. Kalau sudah selesai membaca buku, anak-anak juga diajak menceritakannya ke teman di atas Panggung Mini Literasi pada tangga ini

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

Jika kamu datang ke sini pada Hari Literasi, kamu akan melihat anak-anak tampil di Panggung Mini Literasi. Bukan panggung bak penyanyi terkenal, cukup dari tangga kecil di depan kelas. "Setelah baca, murid tampil di Panggung Mini Literasi dengan tangga menuju kelas," papar Robingah.

Sampai di sini, program literasi di SD pelosok ini benar-benar terasa manfaatnya. Bukan hanya menambah wawasan di luar pelajaran di sekolah, anak-anak akan dibiasakan berbagi ilmu dan jadi sosok pemberani nan percaya diri.

"Ada klinik baca untuk mendampingin anak-anak yang sulit membaca. Media pijak kata untuk membantu sampai bisa baca sambil memperagakan," tutur Robingah menjelaskan program literasi yang berjalan lainnya.

10. Salut! Terwujudnya program PINTAR ini tak lepas dari inisiatif wali murid yang rela membantu dana & tenaga hingga lembur sampai subuh di SD

Potret SDN 2 Kalilumpang, Sekolah Pelosok Bukit dengan Literasi TinggiIDN Times/Febriyanti Revitasari

Selain segenap pola pembelajaran menarik dan program literasi tadi, Robingah masih memiliki program yang terkait dengan kebersihan lingkungan sekolah. Program yang ia maksud adalah ALISA BERKREASI (Aku Lihat Sampah, Bersihkan dan Kreasikan). Menurutnya, masalah satu ini bukan hanya perkara penjaga dan tenaga kebersihan sekolah saja. Harus ada teladan dari kakak kelas agar bisa membimbing adik-adiknya.

Robingah pun tak luput berterimakasih kepada wali murid. Dari Whatsapp Group wali murid yang ia ciptakan, semuanya berpartisipasi menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Bahkan, mereka tak pikir dua kali harus merelakan waktu tidur dan uangnya.

"Karena ingin menggerakkan siswa menjadi semakin cerdas. Bikin siswa kerasan dan senang menuntut ilmu," tutur Witanto, Ketua Paguyuban Wali Murid Kelas Empat kala itu dan sehari-hari bekerja sebagai supir pengangkut hasil panen jagung tersebut.

Itu dia potret SDN 2 Kalilumpang, sekolah pelosok bukit dengan literasi tinggi. Semoga cerita tadi, mampu menjadi gambaran bagi sekolah lainnya dalam menciptakan iklim belajar yang efektif, menyenangkan, dan berdampak lebih.

Baca Juga: Sekolah Mitra PINTAR Tanoto Foundation Unjuk Karya Kreatif

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya