5 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologi Anak, Hati-hati!

Salah satunya sering mengingkari janji yang dibuat

Bagi para orangtua, memberikan perhatian yang baik pada anak pasti menjadi salah satu hal utama. Bukan hanya berkaitan tentang aktivitas sehari-hari, tetapi juga memahami psikologis mereka. Seperti mengetahui kesukaan mereka, apa saja yang membuat mereka menangis, tertawa, dan juga mengetahui apa yang membuat mereka bersabar serta kehilangan kesabaran. Tentunya, memahami psikologis anak ini penting agar orangtua bisa memberikan pendidikan yang baik.

Masalahnya, menafsirkan kemampuan dan memahami psikologis anak secara lebih mendalam juga bukan perkara yang mudah. Bukan tanpa alasan, hal ini sering terjadi karena karakter anak yang berbeda-beda, atau emosi mereka yang sering naik turun. Di samping itu, kalimat destruktif dan  sikap dari orang-orang sekitar, nyatanya juga sangat berpengaruh besar bagi psikologis mereka. Berikut lima kalimat destruktif yang mempengaruhi psikologis anak. Simak daftarnya sampai akhir, ya!

1. Mengucapkan kalimat yang menekan anak dengan ekspektasi yang dibuat 

5 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologi Anak, Hati-hati!ilustrasi anak belajar (pexels.com/elina fairytale)

Ekspektasi atau harapan merupakan sesuatu yang pasti pernah direnungkan sebagian orang, tidak terkecuali orangtua pada anaknya. Misalnya, orangtua yang mengajarkan kebaikan, dengan harapan anaknya kelak menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Tetapi harapan tersebut akan menjadi egois apabila  mereka dibebankan ekspektasi yang terlalu tinggi.

Semisal mengucapkan  kalimat destruktif mengenai ekspetasi yang  berkaitan dengan prestasi, kebutuhan orangtua, karir, dsb. Meskipun setiap orangtua memang berharap yang terbaik untuk anaknya, tetapi ekspektasi terlalu tinggi akan membebani anak. Padahal, minat atau bakat setiap anak berbeda-beda  dan tidak selalu sama dengan keinginan orangtua. Kalau terus dikekang, bisa jadi membuat mereka kehilangan kesabaran.

Maka dari itu memberikan pilihan pada anak, bisa jadi solusi yang lebih bijak. Mungkin, dengan mengarahkan ke hal-hal yang baik, tetapi bukan mendikte. Sebab hal-hal seperti kebahagiaan, cara bertumbuh, atau proses menemukan jati diri, itu semua tanggung jawab dan pilihan anak itu sendiri.

2. Merebut kesempatan meskipun anak belum terampil 

5 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologi Anak, Hati-hati!ilustrasi anak menangis (pexels.com/jep gambardella)

Pada dasarnya anak-anak masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan keinginan bereksplorasi. Ini bagus untuk melatih ketrampilan mereka. Namun sayang, ketika mereka belum terampil akan hal tertentu, terkadang orangtua juga enggan memberikan kesempatan.   Contohnya mencegah anak memberikan bumbu tertentu pada masakan karena takut rasanya tidak lezat.

Padahal ketika keinginan anak tidak direspons dengan baik, justru bisa menurunkan kepercayaan diri atau bahkan menunjukkan perilaku yang menantang. Memang menunjukkan kewaspadaan itu baik sebagai tanda kepedulian, tetapi memberikan kesempatan anak untuk  mencoba hal baru ini juga  penting untuk di support.

Jika khawatir, cobalah berikan pengertian yang lebih bijak dibanding melarang atau memberikan penolakan. Seperti dengan menjelaskan tentang sebab akibat, sikap hati-hati, dsb. Dengan respons tersebut, mereka juga akan merasa tenang dan dihargai.

3. Tidak memberikan kepercayaan dan melakukan apa saja demi anak 

5 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologi Anak, Hati-hati!ilustrasi orangtua emosi (pexels.com/monstera)

Wajar rasanya jika orangtua ingin memberikan perhatian dan kasih sayang yang baik pada anaknya. Tetapi jika perhatian tersebut sudah sampai ke tahap melakukan apa saja demi anak karena merasa mereka tidak mampu, ini yang perlu dikendalikan. Sebab terlalu memanjakan anak bisa memengaruhi tumbuh kembang dan sifat mereka kelak. Salah satunya menjadikan mereka sulit mematuhi aturan dan kehilangan kesabaran karena terbiasa dipenuhi kebutuhan dan keinginannya.

dm-player

Padahal dalam perkembanganya, anak-anak perlu belajar menyelesaikan masalahnya sendiri, mencoba hal-hal baru, DAN bertumbuh dari pengalaman. Dilansir Healthline, ketika kita terburu-buru melakukan hal-hal sederhana untuk anak-anak, maka kita menghilangkan kesempatan untuk membangun rasa percaya diri. Membiarkan anak-anak menghadapi tantangan diperlukan untuk mengembangkan kemandirian.

Maka dari  membimbing dan memberikan bantuan anak itu penting, tetapi tetap tekankan pada tanggung jawab, ya. Di sisi lain, anak-anak juga perlu dikenalkan mengenai konsep hak, skala prioritas, dan hal-hal terkait lainnya. Dengan hal ini, setidaknya akan membantu mereka membedakan antara keinginan dan kebutuhan.

Baca Juga: 5 Cara Memenuhi Kebutuhan Psikologi Anak Tengah

4. Mengekspresikan ketidakpastian saat membuat anak menunggu 

5 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologi Anak, Hati-hati!ilustrasi wanita merenung (unsplash.com/katie gerrard)

Seperti  halnya  orangtua, anak-anak pasti juga pernah  memiliki rasa tidak sabar atau kecewa. Salah satunya ketika mereka diminta menunggu tanpa kepastian. Alasannya bukan bermaksud membuat orangtua emosi, namun ini terjadi karena mereka belum bisa mengontrol diri dengan baik.

Misalnya orangtua mengucapkan kalimat, "sekarang Ayah sedang sibuk, kamu main sendiri dulu." Meskipun kelihatanya sepele, kalimat tersebut bisa jadi bagi anak kurang konkret dan membuat mereka makin tidak sabar. Maka dari itu cobalah ganti kalimat yang lebih menenangkan, seperti "sekarang Ayah masih sibuk, kita main sama-sama setelah pekerjaan rumahnya sudah selesai, ya."

Meskipun tidak selalu maksimal,  memberikan penjelasan yang konkrit pada anak akan membantu mereka lebih paham situasi. Di sisi lain, mereka juga merasa lebih tenang dan diperhatikan. Memang tidak mudah, tapi hal itu bisa dipelajari perlahan.

5. Mengingkari janji yang kamu buat dengan anak sekecil apapun itu

5 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologi Anak, Hati-hati!ilustrasi dua anak kecewa (unsplash.com/izzy park)

Beberapa orangtua mungkin juga pernah menjanjikan sesuatu pada anak dengan tujuan agar mereka nurut dan tidak rewel. Solusi ini memang efektif dalam kondisi tertentu, asalkan orangtua benar-benar menepati janji tersebut. Kalau sebaliknya, hal ini justru memengaruhi tumbuh kembang mereka. Seperti bikin anak jadi mudah emosi dan sulit percaya kepada orang lain.

Solusinya, berusaha untuk tidak memberikan janji palsu kepada anak penting dilakukan. Dilansir Doctor NDTV, untuk menghindari ingkar janji, sebaiknya jangan menggunakan kata 'janji'. Orang tua harus memperhatikan ucapan, karena anak-anak banyak belajar dari mereka. Ketika tumbuh dewasa,  mereka mungkin berpikir bahwa tidak apa-apa untuk mengingkari janji.

Padahal, janji itu ibaratnya hutang yang harus ditepati, kan. Maka dari itu, belajar mematuhi setiap janji itu penting. Seperti kalau sudah memberikan janji, berarti kita perlu memberikan usaha dan waktu untuk menepatinya.

Pada dasarnya setiap orangtua pasti memiliki tantangan tersendiri saat mendidik anak, tidak terkecuali saat memahami tentang psikologis mereka. Apalagi ada banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, entah dari sisi internal maupun eksternal. Seperti lingkungan pergaulan, kondisi keluarga, atau bahkan kalimat destruktif yang tanpa sengaja sering terucap. Maka dari itu, semua orang di sekitar perlu lebih aware akan hal baik atau tidak baik bagi psikologis anak.

Baca Juga: 5 Tahap Perkembangan Menurut Freud, Teori Populer di Dunia Psikologi

Aprilia Nurul Aini Photo Verified Writer Aprilia Nurul Aini

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya