#MahakaryaAyahIbu: Pelajaran Hidup dari Seorang Malaikat Dunia yang Menderita Kanker

Ibu bagaikan lilin, walaupun lilin itu meleleh, ia akan berusaha untuk menyinari keluarga sampai sumbu terakhir.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Senyum indah itu memberikan kehangatan yang nyaman, wajahnya masih penuh semangat walaupun nampak kerut dikeningnya, dan semangatnya masih terasa sampai detik ini. Tapi.... semua itu hanya kenangan yang tak terlupakan, dari seorang anak yang merindukan ibunya dan dari seorang suami yang merindukan istrinya..

Kanker..

Penyakit mematikan itu membuat seorang suami kehilangan istrinya, dua orang anak kehilangan ibunya, dan seorang ibu (nenek saya) kehilangan anaknya.

22 tahun ibu saya menyembunyikan penyakitnya, karena demi kami, anak-anaknya yang masih kecil-kecil (ketika itu saya berusia 2, 6 tahun dan adik saya berusia 6 bulan), dan demi suaminya yang sakit, yang masih membutuhkan istri yang mampu merawatnya.

Setiap hari, semua pekerjaan rumah beliau lakukan, bekerja sebagai guru dengan perjalanan selama 1 jam menggunakan bus, setelah pulang beliau membersihkan rumah, dan malam hari mengajari kami, anak-anaknya untuk belajar, kemudian kesokkan harinya, beliau bangun pagi untuk membuat makanan untuk kami,.setiap hari itulah rutinitasnya, tanpa memperhatikan benjolan yang ada pada tubuhnya.

Seiring berjalannya waktu, tahun 2015, bulan Februari saya menyelesaikan pendidikan sarjana saya. Pada bulan Juli, ibu saya mulai mengungkapkan pertama kali kepada saya, mengenai apa yang beliau rasakan, dan saya meminta ibu saya agar memeriksakan penyakitnya kepada dokter. Setelah melakukan pemeriksaan, ibu saya divonis terserang kanker.

Seakan runtuh,

Ibu saya yang selama ini menguatkan kami, tiba-tiba dinyatakan sakit parah... yang biasanya ibu saya selalu sehat, semangat, tiba-tiba tumbang. Senyum ibu tidak lagi nampak, karena ibu kesakitan ketika tertawa. Ibu tidak bisa menoleh kanan dan kiri, karena lehernya terasa sakit, yang diakibatkan sel kankernya sudah menjalar ke kelenjar getah bening. jalannya pun pelan-pelan sekali.

dm-player

Ketika masih sakit, beliau masih semangat agar berumur panjang. Demi siapa? demi kami, anak dan suaminya.

Semangatnya untuk sembuh masih tinggi, setiap hari selalu mengucapkan “mama semangattt!!!” setiap hari, beliau menyemangati dirinya sendiri.

Setelah ibu operasi, ibu saya mulai tumbang, mulutnya mulai terasa sakit untuk makan, kakinya tidak bisa menopang tubuhnya, dan badannya menjadi semakin kurus, sehingga kemoterapi tidak bisa dilakukan, karena dari segi fisik ibu tidak akan kuat.

Akhirnya pada tanggal 24 november 2015, ibu saya meninggal dunia, kami sekeluarga bagaikan kehilangan kompas, dan seakan memulai segalanya dari awal. Bapak saya menangis, dan adik saya juga menangis sambil berkata “Mbak aku bagaimana nanti?”, karena itu sekuat tenaga saya tidak akan menangis di depan bapak dan adik saya.

Orangtua yang saya miliki sekarang adalah bapak, seorang paruh baya berusia 56 tahun, yang harus saya bahagiakan. Ketika saya kehilangan ibu, saya belum bisa membahagiakan almarhumah, dan saya akan sekuat tenaga membahagiakan bapak,.

Teruntuk bapak, semoga Dian selalu bisa membuat bapak tersenyum, semoga dian bisa menjaga bapak, membahagiakan bapak. Teruntuk almarhumah ibu, Dian akan berusaha meraih cita-cita dian, yang dian dan ibu rencanakan dulu.

Dian akan berusaha dan meminta doa kepada Allah agar dian bisa menjadi anak sholehah, agar doa dian bisa menjadi pahala yang tidak akan terputus untuk ibu dan bapak.

Dian selalu menyayangi bapak dan ibu. Dian akan selalu bersyukur kepada Allah, atas segala hal yang telah terjadi. Karena takdir yang telah menimpa hidup dian, dian jadi belajar banyak hal tentang hidup, dan Dian, banyak belajar dari malaikat duniaku (ibu), yang cintanya kokoh tak tertandingi, kepada kami, sekuat tenaga ibu membahagiakan anak dan suami, sekuat tenaga menahan rasa sakit demi keluarga, dan belajar dari ibu yang menerima bapak dalam kondisi sehat maupun sakit.

Terimakasih untuk segalanya Bapak, Ibu..

Dian bangga menjadi anak kalian. Kalian adalah mahakarya agung dari Allah, yang tidak akan pernah Dian lupakan. Dian selalu mencintai kalian, dan Dian merindukanmu Bu...

Herdian Ekapuspahati Photo Writer Herdian Ekapuspahati

pengalaman adalah guru terbaik, be good person, be my self

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya