6 Dasar Mengajarkan Kerapian ke Anak, Sabarnya Kudu Ekstra
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak dapat disangkal, mengajarkan apa pun pada anak memang membutuhkan kesabaran ekstra. Kadang juga perlu mencoba berbagai trik khusus yang menyesuaikan dengan karakter anak.
Begitu juga dalam upaya mengajarkan kerapian. Sekalipun tak mudah, bayangkan jika anak tumbuh dengan kebiasaan berantakan dalam segala hal.
Kita sebagai orang tua tentu akan gemas melihatnya dan mengubah kebiasaannya itu tidaklah mudah. Maka dari itu, sedini mungkin kita harus mengajarkan kerapian padanya.
Dari mana kita harus memulainya? Yuk, coba ikuti sederet panduan berikut ini.
1. Merapikan tempat tidur
Kalau belum apa-apa anak sudah diserahi tugas memasang seprai tentu ia akan kesulitan. Kita mulai dari yang gampang-gampang saja dulu, seperti menata bantal-bantal misalnya.
Anak mau melakukannya saja sudah harus kita apresiasi. Apalagi bila ia dapat menaruh setiap bantal dengan cukup rapi saja sudah bagus. Urusan memasang seprai biar kita yang melakukannya. Anak cukup melihat atau membantu menarik salah satu sisinya.
2. Menyimpan kembali mainan-mainannya
Mainan anak yang berantakan memang masalah sejuta keluarga, kok. Jadi, kita tidak perlu bersikap kasar pada anak agar ia selalu mau merapikannya. Nanti mood-nya berubah jelek dan justru sama sekali tidak mau melakukannya.
Tidak apa-apa kita masih membantu anak membereskan mainannya. Sebagai pendorong agar anak mau membereskan mainannya, kita bisa berkata tak akan mengganti mainannya jika ada yang hilang atau terselip.
Baca Juga: 5 Akibat Menerapkan Metode Strict Parenting pada Anak Remaja
3. Menata pakaian di lemari dan packing
Anak yang masih kecil tentu belum mampu untuk mencuci dan menyetrika pakaiannya sendiri. Akan tetapi, ini bukan berarti anak boleh bersikap tidak peduli.
Editor’s picks
Setelah kita atau asisten rumah tangga menyetrika pakaian-pakaiannya, minta anak untuk memasukkannya sendiri ke lemari atau rak. Ajari anak memisahkan baju dari celana dan yang lain agar mudah mencari setiapnya ketika hendak dikenakan.
Tentu, kita perlu menyediakan lemari atau rak pakaian yang terjangkau olehnya. Begitu pula saat kita hendak berlibur. Alih-alih kita yang menyiapkan seluruh pakaian anak, libatkan anak untuk menatanya sampai muat di dalam travel bag tanpa membuatnya kusut.
4. Membereskan peralatan belajarnya
Inilah pentingnya tidak memforsir tenaga anak ketika belajar. Sebab setelah kegiatan belajar usai, ia masih memiliki kewajiban membereskan peralatan belajarnya dan menyiapkan apa saja yang besok akan dibawanya ke sekolah.
Sama seperti mainan, kalau sampai ada yang terselip, nanti anak bingung sendiri. Maka sebaiknya ia tahu di mana harus meletakkan setiap peralatan belajarnya.
5. Menata alas kaki selepas bepergian
Setelah pulang dari bepergian atau bersekolah, biasanya anak paling tidak sabar untuk masuk ke rumah. Akibatnya, sepatu atau sandal seperti sengaja ditendang sampai terlepas.
Mulai sekarang, anak harus belajar kebiasaan baru yaitu melepasnya dengan hati-hati dan meletakkannya di tempat yang seharusnya. Bagus jika ada rak sepatu. Bila tidak, anak cukup menatanya di dekat pintu.
6. Mengembalikan buku ke rak
Anak yang memiliki hobi membaca tentu amat baik dan harus didukung. Akan tetapi, kesukaan anak pada beragam bacaan harus diimbangi pula dengan kemauan mengembalikannya ke rak setelah membacanya.
Bukan malah meninggalkannya dimana pun terakhir kali ia membacanya. Selain berantakan, itu dapat membuat buku cepat rusak.
Percayalah, setiap hal yang kita ajarkan pada anak secara konsisten pasti akan membekas dalam dirinya. Nanti setelah anak terbiasa rapi dan memahami manfaat kerapian bagi dirinya sendiri, dia gak perlu diminta lagi, kok. Semoga bermanfaat, ya!
Baca Juga: 5 Cara Menghentikan Rantai Toxic Parenting dalam Keluarga
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.