5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!

Mending dididik daripada mereka cari tahu sendiri

Masihkah kita ketakutan saat anak akan mendapatkan pendidikan seks? Kita khawatir hal tersebut justru membuat anak terlalu cepat dewasa. Padahal, penyampaian materi pendidikan seks untuk anak tentu akan dilakukan sesuai dengan umurnya.

Pun pendidikan seks sedini mungkin penting karena anak sekarang lebih cepat mengalami pubertas. Terlambat apabila pendidikan seks baru diberikan setelah anak duduk di bangku sekolah menengah.

Jangan anggap tabu. Lebih baik anak memperoleh pendidikan seks dari sumber yang terpercaya sedini mungkin, daripada terjadi lima hal berikut ini!

1. Anak mencari tahu sendiri dan terjebak dalam informasi yang salah

5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!ilustrasi mencari informasi (pexels.com/August de Richelieu)

Saat ini hampir semua anak usia sekolah sudah bersentuhan dengan gawai atau gadget. Bahkan anak mempunyai smartphone dan laptopnya sendiri untuk keperluan sekolah. Tanpa pendidikan seks, anak yang sebenarnya sudah penasaran pasti akan diam-diam mencari tahu segala informasi tentang seks.

Padahal seperti yang kita tahu, banyak informasi menyesatkan yang beredar. Tak terkecuali berkaitan dengan seksualitas. Jangan sampai pula begitu anak mengetikkan kata kunci, yang keluar justru konten-konten porno. 

2. Anak tidak tahu akibat dari perbuatannya terhadap lawan jenis

5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!ilustrasi dua anak (pexels.com/Daniel Jurin)

Contoh, anak laki-laki penasaran dengan dada teman perempuannya yang makin menonjol. Lalu ia menyentuhnya begitu saja tanpa maksud melecehkannya. Tentu temannya akan marah, syok, menangis, dan mengadu pada guru serta orangtuanya.

Anak laki-laki tersebut menjadi berhadapan dengan masalah yang berat di sekolah. Dia tidak tahu letak kesalahannya, tapi mendapatkan hukuman dari sekolah maupun terkena sanksi sosial dari teman-temannya.

Kalau anak laki-laki tersebut mendapatkan pendidikan seks minimal dari orangtua, ia menjadi mengerti perbedaan bagian tubuhnya dengan temannya yang perempuan. Anak juga jadi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya pada kawan perempuan.

Baca Juga: 5 Peran Pendidikan Seks dari Balita Sampai Dewasa

3. Anak rentan menjadi korban kekerasan seksual

5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!ilustrasi tiga anak (pexels.com/Norma Mortenson)
dm-player

Predator seksual bisa ada di mana saja. Korban yang paling mudah adalah anak-anak. Anak nyaris tidak mampu melawan orang dewasa. Jangankan melawan, anak saja tak tahu apa-apa tentang perintah si predator seksual.

Misalnya, anak disuruh menunjukkan bagian tertentu tubuhnya. Ia menurut saja lantaran tidak pernah ada yang memberi tahu bahwa bagian itu hanya boleh dilihat oleh dirinya sendiri. Atau, anak diminta seseorang untuk memegang dan memainkan alat vitalnya dengan bujukan, "Gak apa-apa, ini gak beda dari tangan dan kaki, kok."

Padahal dari situlah pelaku mendapatkan kepuasan seksualnya. Sangat mengerikan bukan?

Oleh sebab itulah, pendidikan seks untuk anak tak bisa ditunda-tunda. Jangan sampai kita kalah cepat dari orang yang bermaksud jahat.

4. Anak tidak tahu apa-apa tentang tubuh sendiri

5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!ilustrasi anak perempuan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Seperti disinggung di awal, anak sekarang lebih cepat mengalami masa puber. Anak perempuan misalnya, cenderung mendapatkan menstruasi pertamanya lebih awal daripada generasi sebelumnya. Ini tentu membutuhkan kesiapan psikis dari anak.

Anak akan sangat ketakutan apabila tahu-tahu mendapati pakaian dalamnya bernoda darah. Ia mungkin menangis, tidak mau makan, dan menahan buang air kecil saking takutnya.

Bakal lebih mudah untuk anak menghadapi hal baru ini jika ia sudah dibekali dengan pendidikan seks. Bahwa sebagai perempuan, anak akan mengalami menstruasi.

5. Anak juga menjadi tertutup pada orangtua mengenai topik seksual

5 Bahaya Meremehkan Pendidikan Seks untuk Anak, Jangan Anggap Tabu!ilustrasi ibu dan putrinya (pexels.com/Kampus Production)

Jika orangtua tidak menjadi yang pertama membuka diskusi seputar pendidikan seks, anak pun ragu buat bertanya. Padahal, perubahan tubuhnya sendiri begitu nyata. Bahkan, topik seks mulai dibicarakan di antara teman-temannya.

Anak pun telah beberapa kali melihat adegan berbau seks dalam berbagai tayangan. Bahkan boleh jadi ia mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan terkait tubuhnya. Mulai dari adanya seseorang yang merabanya ketika di kendaraan umum, sampai ia diejek teman karena payudaranya tumbuh lebih cepat dari kawan sebaya.



Tiadanya pendidikan seks dalam keluarga dan sekolah akan menempatkan anak dalam kebingungan atas kondisi fisiknya sendiri dan teman-teman lawan jenisnya. Cegah anak mendapatkan informasi yang salah apalagi menjadi korban kekerasan seksual.  Kita sebagai orangtua wajib bersinergi dengan sekolah guna memberikan pendidikan seks yang tepat.

Baca Juga: 5 Tips Mendorong Pendidikan yang Berkualitas pada Anak sejak Kecil

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Albin Sayyid Agnar

Berita Terkini Lainnya