5 Cara Bijak Menyikapi Jiwa Seni Anak, Arahkan dengan Baik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, kamu merasa senang atau justru cemas saat mendapati anak punya jiwa seni yang cukup tinggi? Ia memiliki ketertarikan besar dalam seni lukis, musik, peran, atau yang lain.
Jika kamu berpikiran tertutup atau sempit, ini pasti menjadi sumber tekanan psikis buat anak. Orangtua dengan anak berjiwa seni wajib mampu bersikap bijaksana. Maka dari itu, sudah semestinya orangtua dapat bersikap bijak saat melihat anaknya punya jiwa seni tinggi.
1. Tidak melarang atau membenturkan jiwa seninya dengan pelajaran di sekolah
Di sekolah memang ada pelajaran seni. Akan tetapi, biasanya porsinya sangat kecil dibandingkan pelajaran yang lain. Ini kerap membuat orangtua berpikir seni bukan hal penting untuk dipelajari lebih lanjut.
Ketika menunjukkan minat lebih di bidang seni, kamu jadi khawatir akan nilai anak dalam pelajaran-pelajaran lainnya. Seolah-olah ketertarikannya yang besar terhadap seni dapat mengacaukan fokusnya pada pelajaran yang lain.
Padahal, memberi anak kesempatan untuk mengembangkan minatnya justru bisa terasa sebagai refreshing baginya. Sebaliknya, apabila ia dilarang menekuni bidang seni, semangatnya buat mengikuti pelajaran yang lain malah anjlok.
2. Mencari tahu bersama anak apa yang kelak dapat dilakukannya dengan jiwa seni tersebut
Salah satu kecemasan orangtua terkait anak yang berjiwa seni ialah masa depannya. Kamu pasti bertanya-tanya akan jadi apa dia kelak? Kalaupun ia menjadi seniman, apakah penghasilannya bisa buat hidup?
Semua itu jangan dijadikan alasan untuk melarang anak menyalurkan jiwa seninya. Cari tahu apa saja yang bisa anak lakukan dengan jiwa seninya. Misalnya, kesukaan anak melukis tak cuma dapat menghasilkan lukisan kanvas untuk dipajang. Namun, anak bisa pula melukis sepatu atau tas dan menjualnya dengan harga cukup tinggi.
3. Mengembangkan keahlian seni anak melalui kursus
Editor’s picks
Sekalipun anak telah memiliki jiwa seni, agar ia dapat berkarya dengan lebih maksimal kadang dibutuhkan bimbingan dari orang yang ahli. Ini membuat anak bisa mempelajari berbagai teknik dalam seni yang disukainya.
Namun, mengikutkan anak les seni juga bukan kewajiban apabila orangtua terbentur biaya atau anak sendiri tidak menginginkannya. Anak tetap dapat belajar secara otodidak atau cukup melihat berbagai video di berbagai platform.
Baca Juga: Kembangkan Jiwa Seni Anak dengan 5 Cara Ini, Beri Support Maksimal!
4. Memberi anak ruang seninya sendiri
Anak dengan jiwa seni yang tinggi membutuhkan ruang khusus buat mengekspresikan dirinya. Meski secara umum ia bisa menciptakan karya seni di mana saja, adanya studio bakal lebih baik.
Orangtua tak perlu khawatir. Ruangannya tak harus besar, kok. Kamar anak dapat sekalian menjadi studio seninya. Kamu juga dapat memberi anak sudut khusus untuknya berkarya. Seperti salah satu titik di balkon atau halaman belakang.
5. Merasa lega karena seni bisa menjadi pelarian positif saat anak ada masalah
Tidaklah tepat apabila kamu sebagai orangtua justru merasa ketakutan dengan jiwa seni yang dimiliki anak. Sebab, sedikit banyak jiwa seni tersebut pasti diperolehnya dari kamu atau generasi yang lebih tua.
Kamu malah seharusnya bersyukur, karena ketertarikan anak akan seni cenderung membuat perasaannya lebih halus. Selain itu, ketika kelak anak menghadapi berbagai masalah hidup, ia dapat melarikan diri ke kegiatan seni.
Dia menyibukkan diri dengan melukis, menciptakan lagu, atau kegiatan kreatif lainnya sampai stresnya reda. Ini jauh lebih baik daripada ia melampiaskan stresnya ke hal-hal negatif.
Anak yang berjiwa seni selalu merasakan dorongan alami begitu kuat untuk melakukan kegiatan yang diminatinya. Larangan orangtua bakal terasa sangat menyakitkan bagi anak. Biarkan anak berekspresi melalui karya dengan pantauan yang normal.
Baca Juga: 5 Ajaran Hidup dalam Buku 'Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat'
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.