Penting! Cegah Bully Sejak di Rumah, Ajari Anak 5 Hal Ini

Jangan sampai anak kita jadi pelakunya!

Berbicara tentang bully atau perundungan, sebenarnya yang paling utama bukan tentang mencegah anak-anak kita menjadi korban perundungan melainkan justru mencegah anak-anak kita menjadi pelaku perundungan. Di mana-mana, pelaku perundungan biasanya berkelompok. Jumlah mereka lebih banyak daripada korbannya.

Maka jika kita sebagai orangtua atau orang yang lebih dewasa di dalam rumah dapat mencegah anak-anak kita menjadi pelaku perundungan, angka kasus perundungan juga akan dapat ditekan bahkan bukan tidak mungkin ditiadakan. Berikut 5 hal mendasar yang perlu kita lakukan di rumah untuk mencegah anak-anak kita menjadi pelaku perundungan:

1. Ajari anak tentang benar dan salah, baik dan buruk, tidak hanya secara hitam putih melainkan lebih dengan melihat konteksnya

Penting! Cegah Bully Sejak di Rumah, Ajari Anak 5 Hal IniPixabay.com/Counselling-440107

Di dalam ajaran agama maupun pendidikan di sekolah pasti juga sudah ada tentang mana yang benar, mana yang salah, mana yang baik, dan mana yang buruk. Akan tetapi mengetahuinya secara hitam putih saja amatlah tidak cukup untuk menghadapi kehidupan nyata.

Maka di rumah, orangtua dan orang-orang yang lebih dewasa perlu membimbing anak-anak supaya mengerti konteksnya. Misalnya, mencuri uang teman itu perbuatan yang salah dan buruk. Jelas perlu ditegur, dinasihati, bahkan diberi sanksi. Namun jika anak mendapati temannya mencuri, anak juga harus belajar mengerti konteksnya. Mengapa temannya sampai mencuri? Apakah temannya sangat terdesak suatu kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi orangtuanya dan tidak mendapat bantuan dari luar?

Perbuatannya mencuri uang teman memang tetap tidak dapat dibenarkan. Akan tetapi dengan anak mengerti konteks dari perbuatan temannya, setidaknya sikapnya pada pelaku menjadi tidak berlebihan. Jangan sampai temannya ini sudah mengakui dan menyesali perbuatannya, juga sudah mendapat sanksi dari sekolah, tetapi anak kita masih terus menghukumnya dengan sikap memusuhi dan terjadilah perundungan.

2. Mengenalkan anak pada berbagai perbedaan individual

Penting! Cegah Bully Sejak di Rumah, Ajari Anak 5 Hal IniPixabay.com/Wokandapix-614097

Perbedaan yang perlu diperkenalkan pada anak bukan hanya tentang SARA atau suku, agama, ras, dan antargolongan melainkan sebanyak mungkin perbedaan yang dapat kita temukan antara satu orang dengan orang lainnya. Misalnya, bakat dan minat. Mungkin ada temannya yang kurang baik dalam nilai pelajaran-pelajaran di sekolah. Kita harus mengajarkan pada anak agar ia tidak menganggap temannya itu bodoh. Sebab sangat mungkin temannya memiliki kemampuan lebih di bidang lain yang tidak terwakili dalam pelajaran-pelajaran di sekolah.

Anak juga perlu kenal dengan perbedaan latar belakang setiap orang. Bahwa setiap keluarga berbeda-beda kondisi ekonomi, tingkat pendidikannya, dan aturan-aturan di dalamnya. Bahwa di dunia ini ada anak-anak yang harus tinggal di panti-panti asuhan bahkan tidak tahu siapa orangtua kandungnya. Bahwa kondisi fisik dan psikis orang tidaklah sama dan itu bukan berarti yang satu lebih baik daripada yang lain.

Bahwa setiap orang memiliki pengalaman hidup masing-masing yang memengaruhi cara pandang mereka pada berbagai hal. Lalu tekankan bahwa di atas seluruh perbedaan itu; kita semua tetap bisa hidup berdampingan, berteman, dan saling membantu dengan dasar sikap saling menghargai.

Baca Juga: Menjadi Korban Bullying? 5 Hal Ini Bisa Membuat Kamu Bangkit Kembali

3. Melatih empati anak dengan membicarakan secara terbuka tentang berbagai hal termasuk korban bencana alam dan kasus kriminal

Penting! Cegah Bully Sejak di Rumah, Ajari Anak 5 Hal IniPixabay.com/Anemone123-2637160
dm-player

Membicarakan tentang korban bencana alam dengan anak mungkin terasa lebih mudah bagi orangtua. Namun tak jarang orangtua terlalu khawatir saat hendak membicarakan kasus-kasus kriminal yang terjadi di sekitar mereka atau diliput media massa dengan anak. Orangtua khawatir anak menjadi ketakutan atau justru terinspirasi untuk meniru perbuatan pelaku dalam kasus-kasus kriminal tersebut.

Sebenarnya, kekhawatiran seperti ini kurang tepat. Justru agar anak siap menghadapi kenyataan di dunia, kita sebagai orang yang sudah jauh lebih berpengalaman dalam hidup tidak boleh hanya memberi tahu anak tentang kondisi-kondisi yang ideal atau hal-hal yang manis.

Kita harus membicarakan secara terbuka dengan anak kasus-kasus kriminal yang terjadi. Apa kesalahan pelaku, mengapa perbuatannya dikatakan salah, serta bagaimana dampaknya pada korban. Dengan informasi dan penjelasan yang runtut seperti ini dan bersumber dari kita sebagai orang terdekatnya, anak jadi memiliki pemahaman yang baik tentang perbuatan yang tidak boleh ditiru, mengapa tidak boleh ditiru, dan bisa membayangkan jika dirinya berada dalam posisi sebagai korbannya.

4. Mengajari anak seni berkomunikasi dan memperlakukan orang lain

Penting! Cegah Bully Sejak di Rumah, Ajari Anak 5 Hal IniPixabay.com/FotoRieth-837884

Bahkan sesuatu yang baik dan benar pun, jika disampaikan dengan cara yang kurang bijaksana bisa membuat orang lain salah paham bahkan merasa terluka. Oleh karena itu, kita harus mengajarkan pada anak seni berkomunikasi dan memperlakukan orang lain. Dalam hal ini, anak juga perlu melihat contoh langsung dari kita dalam kehidupan sehari-hari.

Jangan sampai niat anak menyampaikan kebaikan atau kebenaran, tetapi cara menyampaikannya justru membuat orang lain merasa amat disudutkan dan disalahkan. Dalam berkomunikasi, anak harus belajar menahan diri. Tidak semua yang ingin dikatakannya perlu benar-benar dikatakan hanya dengan mengatasnamakan kebebasan berpendapat.

Begitu pula dalam caranya memperlakukan orang lain. Seberapa pun tidak tepatnya perilaku seseorang, pada dasarnya ia tetap tidak suka dihakimi. Kontrol cara berkomunikasi dan memperlakukan orang lain ini berlaku baik di dunia nyata maupun saat anak berinteraksi di dunia maya. Bahwa anak tidak mengenal secara langsung sosok yang ada di media sosial, begitu pula sebaliknya, bukan berarti anak boleh berkomentar sesuka hatinya.

5. Dukung anak untuk berani menjadi teman korban perundungan dan melaporkan perundungan itu pada guru dan orangtua

Penting! Cegah Bully Sejak di Rumah, Ajari Anak 5 Hal IniPixabay.com/geralt-9301

Diamnya anak kita dapat menjadi dukungan pasif untuk terus terjadinya perundungan. Maka orangtua harus terus memberanikan anak agar tidak meninggalkan korban perundungan melainkan justru mendekatinya dan mau menjadi temannya. Dengan keberanian anak kita mendekati dan menjadi temannya, diharapkan anak-anak lain yang semula pasif juga akan ikut mengambil peran untuk menghentikan perundungan.

Tentu yang dikhawatirkan kemudian adalah bagaimana jika anak kita jadi ikut dirundung. Maka langkah pertama di atas harus segera diikuti dengan melaporkannya pada guru dan orangtua agar perundungan dapat secepatnya dihentikan.

Perundungan sudah selayaknya menjadi keprihatinan bersama sebab korban dapat menanggung trauma dalam waktu yang sangat lama. Bahkan tak sedikit perundungan berujung hilangnya nyawa korban.

Selagi para korban perundungan yang masih dapat diselamatkan mendapatkan penanganan yang tepat dari ahli, setiap orang dewasa apalagi orangtua memiliki tanggung jawab yang teramat besar untuk melihat kembali ke dalam rumah masing-masing dan terus memperbaiki cara kita mendidik anak-anak kita. Mencegah lahirnya generasi perundung jauh lebih efektif untuk menghentikan kasus perundungan ketimbang sekadar membekali anak-anak kita agar tidak menjadi korbannya.

Baca Juga: Yang Perlu Kita Bicarakan Saat Membincangkan Bullying

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya