#MahakaryaAyahIbu : Kupesembahkan Rumah yang Layak untuk Mereka Nikmati di Usia Senja

Sebelum mereka menutup mata, akan kupersembahkan rumah yang kokoh tak tertandingi.

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Pernah aku marah besar kepada ayah dan ibuku. Rumah kami yang reot dan hanya bedinding bambu. Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga lulusan Sekolah Dasar, sedangkan ayahku lulusan Sekolah Menengah Atas. Namun aku kadang bangga pada mereka karena bisa mendirikan bangunan kokoh sebuah pesantren dan sekolah untuk warga, kadang juga marah kenapa ayah dan ibu hanya memikirkan pesantren dan sekolah itu? Katanya pendidikan untuk orang lain lebih penting dan lebih mendesak dari pada rumah kita.

Ayahku punya cita-cita besar.

#MahakaryaAyahIbu : Kupesembahkan Rumah yang Layak untuk Mereka Nikmati di Usia Senjapondokibu.com

Ayahku punya cita-cita besar agar anak-anaknya tidak bernasib sama dengannya, ayahku ingin aku lebih baik darinya. Ibuku juga punya cita-cita agar aku bisa menjadi anak yang membanggakan. Aku pun ingin membuktikannya dengan kuliah gratis di salah satu PTN di Jakarta jurusan Hubungan Internasional. Namun aku belum bisa memberikan apapun untuknya di usianya yang semakin senja.

Setiap kali melihat keriput di wajahnya

#MahakaryaAyahIbu : Kupesembahkan Rumah yang Layak untuk Mereka Nikmati di Usia Senjaflickriver.com

Setiap kali melihat keriput di wajahnya membuatku semangat belajar untuk meraih cita-cita. Ayahku tidak pernah memintaku membelikan ini-itu, ibuku juga. Namun aku ingin mendirikan rumah kokoh bagi mereka sebagai salah satu tanda maafku karena seringkali memarahi keadaan. Sudah berpuluh-puluh tahun kami hidup dengan rumah berdinding bambu, kalau malam aku tahu ayahku kedingingan, sedangkan kalau siang ibuku kepanansan.

dm-player

Rumah kami kebocoran.

#MahakaryaAyahIbu : Kupesembahkan Rumah yang Layak untuk Mereka Nikmati di Usia SenjaInternet

Ayah dan ibuku tidak pernah kudengar mereka mengeluh. Suatu malam aku marah besar karena rumah kami kebocoran. Aku pun memilih berangkat ke Jakarta malam itu juga lantas tidur di kosanku yang lebih layak. Namun aku baru tahu makna dari pepatah tidak ada tempat yang indah dari rumah. Aku jadi semakin rindu rumah meskipun rumah kami reot. Kehangatan dan keceriaan keluarga di rumahnya yang membuat semua menjadi indah.

Kemudian aku membaca sebuah novel tentang perjuangan seorang ibu dan ayah. Ada sebuah kalimat yang menyihirku yang berbunyi,

“Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ayah dan ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.”

Kupersembahkan rumah yang kokoh tak tertandingi untuk mereka.

#MahakaryaAyahIbu : Kupesembahkan Rumah yang Layak untuk Mereka Nikmati di Usia Senjaquicko.com

Aku mulai berkaca ternyata ibu dan ayah selalu menyembunyikan derita mereka dalam membiayai sekolahku selama ini, rela tidak makan demi kami, rela tidak membeli baju baru, rela kedinginan demi anaknya bisa dapat kosan yang bagus.

Kemudian aku membuka website ada lomba mahakarya untuk ayah dan ibu, inilah kesempatanku meski hadiahnya bukan rumah untuk mereka tapi aku yakin suatu saat nanti sebelum mereka menutup mata akan kupersembahkan rumah yang kokoh tak tertandingi untuk mereka nikmati di usia senja meski mahakarya tersebut belum ada apa-apanya dengan perjuangan mereka selama ini demi aku.

Musa Hasyim Photo Writer Musa Hasyim

I am Introvert, but Fighter and Dreamer and always love any social volunteer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya