Mengenal Childfree, Pasangan yang Memutuskan Gak Memiliki Anak

Ketahui juga beberapa faktor penyebabnya

Istilah childfree tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial sejak Gita Savitri, seorang penulis dan influencer, menyebutkan keputusannya untuk childfree. Akhirnya, istilah ini menjadi semakin populer dan menjadi topik diskusi di beberapa platform.

Melihat budaya di masyarakat Indonesia, sebenarnya keputusan childfree ini masih dianggap kontroversial. Lalu, apa sebenarnya childfree dan mengapa ada beberapa pasangan yang memutuskan untuk childfree? Ketahui penjelasan lengkapnya di bawah ini!

1. Mengenal istilah childfree

Mengenal Childfree, Pasangan yang Memutuskan Gak Memiliki AnakIlustrasi pasangan suami istri (pexels.com/Gustavo Fring)

Pembahasan childfree memang tengah ramai dan viral. Namun, ada beberapa kalangan yang belum mengetahui secara jelas terkait apa itu childfree. Melansir Oxford Dictionary, childfree adalah kondisi ketika pasangan suami istri memilih untuk gak memiliki anak.

Sejalan pula dengan yang dituliskan di Cambridge Dictionary, childfree adalah keputusan seseorang atau pasangan untuk gak memiliki anak. Walau begitu, keputusan childfree ini masih sering dianggap tabu, khususnya di Indonesia, karena hal tersebut dianggap bertentangan dengan norma dan budaya masyarakat Indonesia.

Istilah childfree ini ditambahkan juga oleh Hoshael Waluyo Erlan, Mental Health Counselor di IDN Media. Menurut Hoshael, kita harus membedakan istilah childfree dan childless.

"Childfree adalah suatu pilihan yang dibuat secara sadar oleh seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki anak. Ini penting untuk dibedakan dengan kondisi childless yang mungkin lebih terkait dengan kondisi atau keadaan di mana seseorang atau pasangan tidak memiliki anak bukan karena pilihan sadar yang mereka buat, tetapi lebih karena keadaan atau situasi tertentu," jelasnya.

Intinya, childfree merupakan sebuah keputusan dari seseorang atau pasangan untuk gak memiliki anak. Keputusan tersebut dibuat secara sadar, karena urusan atau alasan yang bersifat personal. Jadi, untuk pasangan yang 'gak bisa' memiliki anak, lebih tepat untuk disebut childless.

2. Alasan dan faktor penyebab orang-orang memilih untuk childfree

Mengenal Childfree, Pasangan yang Memutuskan Gak Memiliki AnakIlustrasi pasangan suami istri (pexels.com/Sandro Crepulja)

Saat ada pasangan yang memutuskan untuk childfree, tentunya bukan hanya sekadar ikut-ikutan tren. Ketika seseorang atau pasangan memilih childfree, bukan berarti mereka egois. Namun, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor dan alasan. Hoshael juga menyebutkan, childfree ini bisa disebabkan oleh ekonomi, alasan pribadi, atau bahkan trauma. 

"Ada individu-individu yang masih berjuang dengan trauma yang berakar pada pengalaman pengasuhannya. Banyak hal dapat terjadi dalam proses tumbuh kembang individu dan hal-hal tersebut dapat berdampak sangat negatif secara jangka panjang pada kesehatan mental individu. Hal ini dapat membuatnya khawatir akan kemampuannya berkomitmen terhadap tugas membesarkan anak, ataupun membuat dirinya memutuskan untuk tidak mempunyai anak sama sekali," tuturnya.

Selain itu, alasan dan faktor yang lebih krusial adalah terkait ekonomi atau finansial. Gak bisa dipungkiri, punya anak sangat costly dan akan membebani secara finansial dalam jangka waktu panjang. Banyak individu atau pasangan yang mungkin belum siap untuk hal tersebut.

"Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang penting dan krusial, biaya membesarkan anak secara layak luar biasa besar. Jadi sepertinya adalah keputusan yang masuk akal untuk tidak perlu mempunyai anak. Kemudian terjadinya banyak dinamika global yang tidak selalu positif, membuat munculnya kekhawatiran apakah dunia menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk membesarkan seorang anak. Kondisi pandemi, problem dan instabilitas geopolitik, kurangnya perhatian dan jaminan pemerintah terhadap kemaslahatan hidup penduduknya, dan banyak faktor lain dapat menjadi pertimbangan yang kritikal sebelum seseorang atau pasangan dapat memutuskan untuk memiliki anak," ujar Hoshael.

Sehingga, keputusan childfree memang memiliki akar penyebabnya. Selain itu, mungkin banyak juga orang yang merasa gak siap atau gak ingin berkomitmen pada tugas mempunyai anak. Dalam faktor ekonomi misalnya, memilih gak mempunyai anak membuat beban ekonomi menjadi jauh berkurang. Individu atau pasangan menjadi punya pilihan dan kebebasan untuk mengelola keuangannya. 

Baca Juga: 5 Pertimbangan sebelum Memutuskan Childfree, Pikirkan secara Matang

3. Bagaimana hukum childfree dalam agama Islam?

dm-player
Mengenal Childfree, Pasangan yang Memutuskan Gak Memiliki AnakIlustrasi pasangan suami istri (pexels.com/Jack Sparrow)

Terkadang, fenomena childfree ini sering dihubungkan juga dengan hukum dalam agama Islam. Melansir situs resmi Islam NU, disebutkan dalam kajian fikih bahwa ada beberapa tindakan penolakan anak (childfree), yakni:

  1. Gak menikah sama sekali
  2. Menahan diri untuk gak bersetubuh setelah pernikahan
  3. Gak inzâl atau menumpahkan sperma dalam rahim
  4. 'azl atau menumpahkan sperma di luar vagina

Tindakan tersebut, secara substansial, sama dengan childfree atau menolak kehadiran anak. Dilansir Islam NU, menurut Imam al-Ghazali, sebenarnya hukum 'azl itu gak makruh atau haram sehingga memang diperbolehkan.

"Saya berpendapat bahwa ‘azl hukumnya tidak makruh dengan makna makruh tahrîm atau makrûh tanzîh, sebab untuk menetapkan larangan terhadap sesuatu hanya dapat dilakukan dengan dasar nash atau qiyâs pada nash, padahal tidak ada nash maupun asal atau sumber qiyâs yang dapat dijadikan dalil memakruhkan ‘azl. Justru yang ada adalah asal qiyâs yang membolehkannya, yaitu tidak menikah sama sekali, tidak bersetubuh setelah pernikahan, atau tidak inzâl atau menumpahkan sperma setelah memasukkan penis ke vagina. Sebab semuanya hanya merupakan tindakan meninggalkan keutamaan, bukan tindakan melakukan larangan. Semuanya tidak ada bedanya karena anak baru akan berpotensi wujud dengan bertempatnya sperma di rahim perempuan," Abu Hamid Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn, [Beirut, Dârul Ma’rifah], juz II, halaman 51

Menurut Islam NU, berkaitan dengan pernyataan Imam al-Ghazali, maka hukum 'azl diperbolehkan. Karena hal itu sama halnya seperti gak menikah sama sekali. Atau dapat disebutkan juga, hanya meninggalkan keutamaan saja, bukan berarti dilarang.

Jadi, bila childfree yang dimaksud adalah menolak wujud anak sebelum 'potensial wujud' (sebelum sperma berada di rahim wanita), maka hukumnya gak haram dan diperbolehkan. Pernyataan Imam al-Ghazali diperkuat pula oleh Az-Zabidi yang menyebutkan,

"Karena sebenarnya seorang lelaki tidak wajib menikah kecuali saat terpenuhi syarat-syaratnya. Sebab itu, bila menikah maka ia tidak wajib melakukan apa pun kecuali menginap di suatu tempat bersama istri dan menafkahinya. Bila ia menyetubuhinya, maka tidak wajib baginya untuk inzâl atau memasukkan sperma ke rahim istri. Karena itu, meninggalkan semua hal tersebut hanyalah meninggalkan keutamaan, tidak sampai makruh apalagi haram," Az-Zabidi, V/380.

Islam NU menyebutkan, maka hukum childfree dalam Islam diperbolehkan dan gak haram. Asalkan yang dilakukan adalah gak menumpahkan sperma di rahim. Namun, jika childfree yang dimaksud adalah menghilangkan reproduksi dalam pernikahan secara total, maka hukumnya bisa jadi haram.

4. Mana yang lebih bahagia, punya anak atau childfree?

Mengenal Childfree, Pasangan yang Memutuskan Gak Memiliki AnakIlustrasi pasangan yang akan memiliki anak (pexels.com/Amina Filkins)

Ketika istilah childfree mulai populer, mungkin akan banyak pertanyaan terkait, lebih bahagia punya anak atau childfree? Tentunya, jawaban dari pertanyaan ini gak bisa digeneralisasi. Karena keputusan childfree ini biasanya menyangkut urusan personal. Baik buruknya keputusan ini, hanya setiap individu yang mengetahuinya.

Bagi yang memutuskan memiliki anak, mungkin akan merasakan kebahagiaan karena adanya anggota keluarga baru. Kehadiran anak juga kerap dianggap sebagai pendatang kebahagiaan baru dan 'pelengkap.' Namun, pasangan yang memiliki anak tentunya mendapatkan banyak tanggung jawab baru. Baik dari segi finansial, beban moral, dan sebagainya.

Sedangkan bagi pasangan yang memutuskan childfree, mungkin akan mengalami tekanan sosial di masyarakat. Karena bagaimana pun, masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa setelah menikah, maka wajib punya anak. Namun, di sisi lain, pasangan childfree akan hidup lebih bebas tanpa adanya tanggungan membesarkan anak. Hal ini sejalan pula dengan yang disebutkan Hoshael.

"Dua-duanya bisa sama-sama membahagiakan secara seimbang, pada level yang sama. Ini adalah keputusan yang bisa dibuat secara pribadi apabila kita tidak memutuskan untuk memiliki pasangan, atau menjadi keputusan yang disepakati bersama ketika memiliki pasangan. Tentunya sebelum memutuskan, penting sekali untuk secara jujur dan utuh memahami aspirasi pribadi kita termasuk mengenal diri kita, pengalaman-pengalaman yang membentuk kita, dan bagaimana kita menginginkan suatu cara tertentu untuk menjalani hidup kita. Dengan demikian kita tidak perlu merasa terjebak dengan apa yang kita pilih, namun kita dapat meyakini pilihan kita sebagai pilihan yang tepat bagi kita," katanya.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu kamu ketahui terkait childfree. Intinya, childfree itu sebenarnya sah dan diperbolehkan karena hal tersebut menyangkut keputusan personal dari seseorang atau pasangan. Baik childfree maupun punya anak, keduanya sama-sama memiliki tantangan serta konsekuensi tersendiri.

Baca Juga: 5 Alasan Pasangan Memilih Childfree, Salah Satunya Trauma Masa Kecil 

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya