#MahakaryaAyahIbu: Kebahagiaan dan Senyuman Mereka adalah Prioritasku

Ayah dan ibu adalah pemberi energi terbesar dalam hidupku

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Masih terbayang dengan jelas senyum dan raut wajah bahagia ayah dan ibuku 5 (lima) tahun yang lalu, saat mereka mendengar aku diterima di Fakultas Hukum di salah satu PTN di Kota Bandung. Apalagi, aku diterima melalui jalur beasiswa. Sangat tidak mudah mendapatkan beasiswa tersebut, apalagi di PTN yang mempunyai banyak peminatnya. Namun, berkat kuasa Tuhan Yang Maha Esa serta doa ayah dan ibu dalam setiap sujudnya, aku berhasil mendapatkan beasiswa tersebut.

Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, agar suatu saat nanti aku bisa mempersembahkan suatu mahakarya kepada mereka. Ya, itulah janjiku. Janji seorang remaja yang akan merantau lagi untuk meraih sebuah cita-cita. Meskipun aku menyadari 1 (satu) hal, kasih sayang mereka kepadaku tidak akan pernah bisa terbalas. Namun, setidaknya aku akan selalu berusaha membuat mereka tersenyum dan bangga.

dm-player

Sejak SMA aku sudah tinggal di asrama, jadi aku sudah terbiasa tinggal jauh dari ayah dan ibu. Namun meskipun begitu, tidak jarang aku selalu merindukan belaian hangat mereka dan nasihatnya. Mereka selalu mengingatkanku tentang pentingnya semangat dalam hidup dan menjaga diri. Kata mereka, kalimat tersebut mempunyai banyak arti. Bahkan, sampai sekarang kalimat tersebut sudah menjadi sebuah mantra bagiku. Ketika aku mulai jenuh dengan segala aktivitasku, aku akan mengingat lagi segala petuah dan senyuman mereka.

Mereka adalah pemberi energi terbesar dalam hidupku. Tidak terasa, sekarang aku sudah memulai sebuah karier yang sesuai dengan jurusan yang aku ambil ketika kuliah. Tidak sedikit rintangan yang aku lalui sampai ke titik ini. Ketika aku sukses nanti, aku ingin memberikan apapun yang bisa membuat mereka bangga dan bahagia yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Aku berharap suatu saat nanti kami bisa beribadah bersama di tanah suci.

Sebagai seorang anak, aku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka. Aku berharap mereka bangga telah melahirkanku, membesarkanku, dan mendidikku. Kebahagiaan dan senyuman mereka adalah prioritas dalam hidupku. Bagiku, mereka adalah sandaran paling kuat dalam hidupku. Mereka akan selalu ada dalam kebahagiaan dan kesedihanku.

Mereka adalah karunia terindah dari Tuhan Yang Maha Esa. Ibuku adalah seorang perempuan dengan pelukan terhangat yang pernah aku rasakan. Katanya, seorang ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Bagiku, ayah adalah cinta pertama yang sesungguhnya. Meskipun sudah lanjut usia, tapi bahunya sangat kokoh tak tertandingi. Bahunya adalah saksi saat aku berada pada posisi terpuruk. Sorot matanya selalu mengajarkanku tentang artinya sebuah perjuangan. Kelulusanku 2 tahun yang lalu pun aku persembahkan untuk mereka.

Terima kasih banyak atas kasih sayang kalian selama ini. Terima kasih selalu mendukungku meraih impian dan cita-citaku. Terima kasih telah mendidikku menjadi perempuan mandiri. Aku akan selalu menjadi putri bungsu kebanggan kalian. Aku akan selalu menyayangi kalian, dulu, sekarang, dan selamanya.

Salam bakti dari anakmu,
Nurjanah

Nurjanah Photo Writer Nurjanah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya