Riset: Haruskah Menyembunyikan Emosi Negatif dari Anak?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Persepsi orangtua bahwa menunjukkan emosi negatif di hadapan anak-anak akan berimbas pada konsep diri yang memicu perasaan bersalah (anak merasa dialah penyebab dari lahirnya emosi negatif orang tua) ataupun menstranfer emosi negatif pada anak seperti takut pergi ke dokter gigi, ternyata tak sepenuhnya benar.
Dilansir dari The Conversation dan Times of Malta, menampilkan emosi negatif ternyata juga memiliki dampak positif bagi anak, lho. Nah, tiga konsep berikut patut dipertimbangkan ketika menampilkan perasaan emosional di depan anak-anak.
1. Penekanan emosi
Upaya menyembunyikan tanda-tanda dari emosi ternyata meningkatkan tekanan darah dan gairah psikologis. Selain itu, ketika orang tua merasa marah dan menahan emosi tersebut dari anak-anak mereka, kualitas hubungan orang tua-anak tersebut justru lebih rendah dan berkurangnya respons terhadap kebutuhan si anak. Bahkan, bayipun tak nyaman dengan orang tua yang minim berekspresi dan cenderung berusaha untuk membuat orang tua dapat berinteraksi dengannya.
2. Ekspresi tak terkendali
Editor’s picks
Emosi yang tak terkendali mencakup emosi dengan intensitas tinggi, tanpa upaya untuk mengatur atau mengendalikan emosi tersebut. Misalnya adalah berteriak, menghancurkan barang-barang, hingga menyalahkan orang lain karena telah membuat emosinya terpancing. Pada saat ini, pengendalian emosi sangat dibutuhkan.
3. Berbicara tentang emosi
Contohnya dalam kasus rasa takut ke dokter gigi. Emosi yang tak terkendali seolah bertindak bahwa praktik gigi merupakan tempat yang memang berbahaya. Padahal, akan lebih tepat jika emosi tersebut mampu dikendalikan dengan menanamkan dalam diri bahwa “Saya tahu saya memiliki rasa takut dan saya mencoba untuk mengatasinya” sebagai bentuk bicara (pada diri sendiri) tentang emosi negatif tersebut.
Menunjukkan emosi positif maupun negatif memiliki imbas yang nyata terhadap perkembangan sosio-psikologis anak. Oleh sebab itu, orang tua yang sejatinya merupakan panutan bagi anak-anaknya, hendaknya mampu menata emosi dengan apik saat berinteraksi dengan si buah hati. Mereka akan belajar cara mengelola emosi tanpa harus meledak-ledak ketika dihadapkan pada situasi dalam rangkaian tahap perkembangannya.
Nah, mari belajar mengelola emosi dengan bijak ya, ayah dan ibu!
Baca Juga: Orangtuamu Akan Bangga, Jika Kamu Punya 5 Hal Ini dalam Dirimu
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.