"Untuk Ayah dan Ibu yang Bercerai Tanpa Sepengetahuanku"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Untuk Ayah dan Ibu, yang rasa sayangnya melebihi segala hal di dunia ini. Juga untuk waktu yang berjalan tanpa pernah menunggu.
Ayah dan Ibu, aku selalu menghormati kalian dalam keadaan apapun.
Aku tak bisa memungkiri jika aku sampai sejauh ini, itu berkat kalian. Sebentar lagi aku akan lulus S1, dan itu berkat usaha keras kalian setiap hari. Ayah dengan kerja kerasnya, dan Ibu dengan doa tulusnya. Kalian bagaikan cahaya yang selalu datang ketika hidupku mulai suram. Terkadang aku merasa tak berguna. Dengan usiaku yang sekarang, aku hanya bisa menyusahkan kalian dan tak kunjung membalas semua perbuatan baik kalian. Namun baik Ayah maupun Ibu, tak pernah sekali pun mengeluhkan dan berhenti berusaha untukku.
Ayah... Ibu... Entah berapa kali dalam sehari kalian mendoakan keberkahan untukku. Bahkan ketika aku yang tak tahu diri ini sibuk dengan duniaku, kalian masih tetap mendoakanku. Aku penasaran, hati kalian terbuat dari apa, sampai-sampai bisa sebaik ini.
Aku selalu ingin mengatakan semua rasa terima kasih dan maafku.
Terima kasih banyak karena kalian telah berusaha sekeras ini, sesusah payah ini, hanya agar masa depanku jadi lebih baik. Terima kasih untuk setiap nasihat yang kalian lontarkan, dan tak pernah mengeluh sekalipun. Kalian adalah dua insan terbaik yang pernah hadir di hidupku. Lantas, maafkan aku karena sampai saat ini aku masih meminta. Maafkan anakmu yang sampai detik ini, terkadang tak mendengar ucapan kalian dan bertingkah seolah aku sudah memilih hal yang tepat.
Baik Ayah maupun Ibu, aku tahu kalian pasti akan memaafkan aku tak peduli sebesar apa kesalahanku. Maka dari itu, hari ini aku pun akan memaafkan kalian.
Sesekali dalam hidup manusia, mereka bisa saja melakukan kesalahan besar.
Editor’s picks
Aku tak pernah tahu bagaimana semua itu dimulai, karena aku terlalu jauh dari kalian. Aku terlalu jauh untuk tahu seperti apa keadaan kalian setiap hari. Aku terlalu jauh untuk bisa Ibu peluk ketika Ibu sangat sedih. Aku terlalu jauh untuk bisa jadi penopang ketika Ayah mulai kehilangan kendali. Aku terlalu jauh. Maka dari itu maafkan aku.
Kalian rupanya belum cukup dewasa untuk bisa menyelesaikan masalah kalian sendiri. Sehingga kalian membutuhkan bantuan Hakim untuk menyelesaikannya. Terkadang aku bertanya-tanya, apakah kalian lupa jika kalian masih punya aku? Namun aku tak cukup berkuasa untuk mampu mengulang kembali apa yang telah terjadi.
Ayah... Ibu... Kesedihanku sama besarnya dengan yang kalian rasakan.
Aku menyimpan begitu banyak angan, ketika aku lulus kelak. Tentang bagaimana aku akan berkarier, lantas menikah, dan menjadi seorang Ibu. Ibu yang sama baiknya seperti Ibu saat ini, atau mungkin lebih. Ibu yang selalu mengambil keputusan dengan pasti dan selalu mendampingi anaknya.
Saat aku tahu dua orang yang paling berharga dalam hidupku harus hidup diatap yang terpisah, semua anganku hancur. Cahaya yang selalu bersamaku selama ini, tiba-tiba hilang. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku selalu ingin menanyakan hal itu. Namun belum sempat sepatah kata terucap, air mata Ibu mengalir mewakili segalanya.
Aku menyangi kalian lebih dari apapun.
Maka dari itu aku takkan menyalahkan kalian. Memang terlalu sulit untukku. Namun aku yakin, kalian pasti mengalami hal yang jauh lebih sulit. Aku takkan membenci siapapun diantara kalian. Baik Ayah maupun Ibu, aku tak peduli siapa yang sebenarnya bersalah. Kesedihanku sudah teramat dalam, sehingga aku tak sanggup memikirkan apapun lagi.
Terima kasih telah bersama-sama membesarkan dan mendidikku.
Ku kira, kebahagiaan yang aku dapatkan saat bersama dengan kalian, takkan pernah ku dapatkan lagi.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.