5 Cara Belajar yang Tepat Untuk Anak dengan Autisme

Ciptakan proses belajar yang menarik dan menyenangkan

Autisme merupakan gangguan perkembangan dan pertumbuhan yang dialami seseorang terkait sistem saraf yang memengaruhi komunikasi dan interaksi. Dulu, belum banyak orang yang memahami apa itu autisme, sehingga berdampak buruk terhadap penyandang autisme itu sendiri. Mulai dari jadi bahan bercandaan, dipermalukan, sampai diasingkan.

Padahal, autisme bukanlah suatu penyakit menular yang harus dijauhi. Oleh sebab itu, stop bertanya apakah autisme bisa sembuh. Ingat, autisme bukanlah suatu penyakit yang memerlukan obat-obatan untuk bisa sehat kembali. Autisme lebih menekankan pada pelatihan maupun terapi untuk membentuk orang dengan autisme bisa bertahan hidup secara mandiri. Berikut ini merupakan cara mudah kita untuk bisa memahami dan mengajari seseorang dengan autisme secara efektif melalui rangkaian kegiatan yang mampu melatih fokusnya. Yuk, kita cari tahu!

1. Autisme menyukai hal baru dan tidak berulang

5 Cara Belajar yang Tepat Untuk Anak dengan AutismeIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Pada dasarnya anak-anak sangat menyukai eksplorasi karena keingintahuannya yang begitu besar. Sama seperti autisme, mereka juga menyukai aktivitas baru dan cenderung tidak berulang. Oleh sebab itu, sebagai pendamping ada baiknya kamu menciptakan ragam aktivitas yang bisa dilakukan anak dengan autisme. Minimalisir aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan lebih dari dua kali karena anak autisme akan merasa bosan dan pada akhirnya membuat mereka sukar untuk fokus.

2. Sesuaikan gaya belajar anak dan hindari pemaksaan

5 Cara Belajar yang Tepat Untuk Anak dengan AutismePexels.com/Sharon McCutcheon

Adaptasi menjadi kamus besar dalam menerapkan gaya belajar pada anak autisme. Karena, setiap anak dengan autisme memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seperti misalnya, ada yang cepat menghafal, cepat mendengar, merespons, maupun peka terhadap teknologi. Kamu bisa mempergunakan media pembelajaran yang bisa menarik perhatiannya, misalnya dari segi warna, gambar, maupun suara. Tak perlu terkejut bila anak dengan autisme tidak merespons apa yang kamu sampaikan. Hal ini menjadi tantangan yang harus kamu taklukkan. Ikuti beberapa kemauannya, dengan begitu anak autis bisa berapdatasi lebih baik.

Baca Juga: Diagnosis Anak Autisme di Indonesia Kerap Terlambat 

dm-player

3. Tak perlu bahasa kiasan, anak autis lebih memahami rangkaian bahasa sederhana

5 Cara Belajar yang Tepat Untuk Anak dengan AutismeIDN Times/Syarifah Noer Aulia

Saat berkomunikasi dengan anak autis, kamu harus bisa menyadari bahwa lawan bicara memiliki kepekaan yang sangat minim. Oleh sebab itu, kita harus mengajaknya bicara dari hati ke hati, saling tatap, dan gunakan bahasa yang sederhana. Misalnya, "Kamu mau makan?" Anak dengan autisme tak memerlukan kalimat selanjutnya, seperti "Makan dengan ayam atau daging" karena hanya akan membuat mereka tambah bingung akibat sulit memahami bahasa serta kata yang diucapkan.

4. Mengandalkan teknologi sebagai interaksi belajar anak dengan autisme

5 Cara Belajar yang Tepat Untuk Anak dengan Autismepexels.com/bruce mars

Anak dengan autisme tidak bisa diberikan buku saat belajar. Kamu harus menggunakan media belajar lain yang bisa menarik perhatiannya. Ciptakan rasa penasaran yang akan membangkitkan respons sensoriknya, misalnya dengan menggunakan laptop atau komputer. Hal ini mengingat kemampuan anak dengan autisme sangat minim saat menulis menggunakan pulpen maupun pensil. Tampilan tulisan yang rapi pada layar laptop meredam risiko kecewa pada anak. Sehingga, hal ini bisa menjadi dorongan agar dirinya lebih semangat mengikuti pelajaran.

5. Melibatkan barang yang paling sering digunakan

5 Cara Belajar yang Tepat Untuk Anak dengan AutismeIDN Times/Syarifah Noer Aulia

"Untuk mempermudah proses belajar mengajar, pendamping bisa mempergunakan barang-barang yang paling dekat, paling sering dipegang oleh anak autisme. Karena suatu benda yang sudah akrab di pandangannya mampu memudahkan anak untuk memahami instruksi yang diberikan. Terbata dan lama tentu saja, proses belajar akan terasa lebih panjang dan membutuhkan kesabaran yang luar biasa," ungkap Gayatri Pamoedji, pendiri MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia).

Baca Juga: Pengakuan Dian Sastrowardoyo Memahami Autisme yang Dialami Putranya

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya