#MahakaryaAyahIbu: Kedua Orang Tua Ku Yang Kokoh Tak Tertandingi oleh Apapun

Kupersembahkan Ini untuk Kedua Orangtuaku tercinta.

Namaku Jenni, aku ras keturunan Tionghoa dan Jawa, meskipun aku ada darah jawa, tapi aku akrab di panggil dengan nama mandarin ku  Siekfen /"fen-fen". Aku lahir di sebuah kota kecil bernama Lubuklinggau di Pulau Sumatera Selatan, mungkin banyak yang tidak mengenal kota ini, namun di kota inilah kulihat perjuangan ayah dan ibuku yang akrab aku sapa mama dan papa membesarkan Aku.

Aku anak bungsu dari dua bersaudara, dan kami semua perempuan. Aku mempunyai banyak teman, seperti layaknya anak yang lain. Kegiatanku mungkin berkisar di gereja dan di sekolah. Mungkin saat orang melihat aku, mereka berpikir aku sama seperti anak yang lainnya. Bercanda, tawa, sukacita, bermain dan belajar. Yah.. it's ordinary girl. Tapi disini aku mau menceritakan tentang perjuangan kedua Orangtuaku.

Aku memiliki Orang tua yang sangat sayang padaku. Semua kebutuhanku untuk sekolah mereka selalu mendahului, meskipun mereka berdua sangat susah mencari uang.

Aku mempunyai seorang papa yang invalid/ lumpuh dari sejak aku lahir. Meskipun dia lumpuh, papaku masih bisa bermain-main denganku dalam tanda kutip canda tawa bersama. Papa orang yang pintar, bahkan untuk orang seperti dia, dia mampu menguasai bahsa Inggris, dan dia juga suka bercerita tentang cerita-cerita yang dia karang sendiri untuk menghiburku, cerita-ceritanya semuanya bagus, dari misteri sampai percintaan. 

Dari lahir aku nggak pernah merasakan hangatnya pelukan seorang papa, atau hangatnya digendong seorang papa, main kejar-kejaran sama papa, pergi jalan dan makan bersama papa dan mama di luar, layaknya anak yang lain. Itu semua dikarenakan pada kenyataan nya papa ku lumpuh total  semenjak aku lahir. Di sini mamaku semua yang mengurusi rumah tangga kami. Namun meskipun begitu papaku sangat cerdas dalam mengambil keputusan. 

Mereka berdua mati-matian mencari nafkah untuk menyekolahkan aku dan kakak perempuanku. Dan bukan main-main lho , meskipun aku memiliki papa yang lumpuh total tanpa bisa bekerja, tapi mereka mampu menyekolahkan kami berdua di sekolah swasta katolik terkenal di kota kami "XAVERIUS". Kami berdua menempuh pendidikan dari SD s.d SMA semua di Xaverius. 

dm-player

Semua dilakukan oleh papa dan mamaku untuk mendapatkan uang (yang pasti yang halal ya). Dimulai dari membuka nitendo/ games PS, terus buka warung, mengajar les privat, yang terakhir papa mempunyai pangkalan gas, semua itu didapat dari kerja keras mereka berdua. Aku sangat tahu, demi kami berdua papa dan mama tidak pernah memikirkan kebahagiaan mereka. Bahkan untuk membeli baju baru pun bisa dikatakan sangat jarang, bahkan tidak pernah.

Waktu terus berlanjut sampai aku berusia 18 tahun. Aku banyak diterima di universitas, namun karena biaya yang tidak mencukupi terpaksa mimpiku untuk kuliah pun kandas. Namun meskipun demikian, kedua orangtuaku tidak pernah mengajari aku untuk mengeluh dalam menghadapi kehidupan, karena pahit manisnya kehidupan itu kita yang membuatnya. Semua harus disyukuri. Seperti mama yang telah merawat papa selama 20 tahun lebih. Menghadapi papaku yang invalid tanpa bisa berbuat apa-apa.

Dari mulai makan sampai buang air besar, semua mama yang tangani. Mama nggak pernah mengeluh tentang keadaan papa, Aku bangga terhadap mamaku yang setia menemani papa yang tidak berdaya selama puluhan tahun, dan juga mampu menghidupi kami berdua, sehingga kami berdua bisa seperti sekarang ini.

Saat ini aku sudah bisa mencari uang sendiri, semua berkat mereka yang mengajari aku banyak hal. Puji Tuhan aku sekarang sudah bisa membantu ekonomi keluargaku. Begitu juga kakak perempuanku yang telah sukses membuka les privat di kota lubuklinggau.

Meskipun sekarang aku sudah bisa bekerja dan mencari uang sendiri, Di hatiku yang paling dalam aku ingin sekali menyembuhkan penyakit saraf papaku ini, 20 tahun lebih dia hanya berbaring di kasur tanpa bergerak. Hanya bisa bicara, melihat televisi, dan mendengar radio. Aku tahu jauh di dalam hati papaku dia sangat bosan, tapi dia tidak pernah mengeluh. Saat ini aku dan kakak perempuanku sedang mengobati papaku melalui dokter-dokter saraf, karena kami sangat rindu merasakan dekapan seorang ayah.

Mungkin ini yang bisa aku persembahkan untuk kedua orangtuaku, yaitu untuk membuktikan kepada dunia bahwa meskipun papaku lumpuh, dan mamaku hanya ibu rumah tangga biasa. Tapi mereka mampu untuk membesarkanku, dengan cinta kasih, dengan kesetiaan, dan dengan rasa syukur. Karena mereka hebat tiada Tertandingi di mataku.

Tterima kasih.

Tan Siekfen Photo Writer Tan Siekfen

simple girl and Friendly

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya