5 Alasan Mengapa Anak Enggan Berbagi Mainan, Salah Didikan?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak-anak berada pada usia yang gemar mengeksplor banyak hal, termasuk melalui caranya dalam bermain. Itulah mengapa biasanya anak-anak memiliki ragam mainan yang banyak dengan tampilan fungsi yang berbeda-beda.
Meski demikian, kadang ada satu sifat kurang baik yang justru sering ditunjukkan anak pada saat bermain; enggan berbagi mainan dengan teman. Berikut ini ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan anak enggan untuk berbagi mainan dengan teman-temannya di sekitar.
Langsung simak ulasannya di bawah ini, ya!
1. Tidak memiliki saudara kandung di rumah
Contoh seperti ini sangat umum terjadi pada anak-anak tunggal, Ketidakhadiran sosok saudara tentu membuat segala mainan yang ada di rumah terbiasa ia digunakan untuk sendiri.
Hal ini bikin anak tak cukup familiar dengan kebiasaan berbagi mainan. Wajar saja bila hal ini berdampak pada anak. Namun, orangtua harus segera meluruskan dan memberikan pemahan. Tentu tujuannya agar anak tak membawa sifat pelit hingga dewasa nanti.
2. Belum memahami arti saling berbagi
Tidak semua anak memahami konsep berbagi. Inilah yang menjadi tugas orangtua dalam mengajarkannya. Jika anak memiliki saudara kandung, mungkin mereka bisa secara otomatis belajar mengenai esensi berbagi.
Namun, tentu berbeda bagi anak-anak tunggal. Orangtua tetap memiliki kewajiban untuk menjelaskan pada anak mengenai apa hal-hal yang mesti dilakukannya dalam kaidah berbagi. Jangan sampai kebiasaan enggan berbagi justru terus terbawa hingga mereka sudah dewasa nanti, ya!
Baca Juga: 5 Hal Penting yang Perlu Diperhatikan pada Perkembangan Anak Usia Dini
3. Menganggap konsep berbagi sebagai hal yang negatif
Editor’s picks
Tidak ada orangtua yang menginginkan anak-anaknya tumbuh sebagai pribadi yang pelit dan enggan berbagi. Namun, karakter seperti ini bisa saja terlihat sejak kecil.
Salah satu penyebab anak merasa enggan berbagi mainan adalah karena kesalahan persepsi yang mereka miliki. Mereka menganggap bahwa konsep berbagi itu memiliki dampak negatif. Di pikirannya ketika seseorang menggunakan barang miliknya, berarti orang itu telah merampas apa yang ia miliki. Di sinilah orangtua dituntut untuk cermat dalam memberikan pemahaman kepada anak.
4. Tidak diajarkan oleh orangtuanya mengenai berbagi
Tidak semua anak memperoleh pola asuh yang tepat dari orangtuanya. Hal seperti ini makin diperparah apabila orangtua justru terkesan cuek dan enggan mengenalkan konsep berbagi kepada anak.
Bersikap cuek terhadap sifat negatif anak justru akan membuat karakternya terus terpatri. Efek ini akan membuat anak jadi sulit merubah sifatnya dan terus terbawa hingga ia dewasa kelak.
5. Menganggap semua hal hanya boleh dimiliki secara pribadi
Kebanyakan anak belum memahami fungsi utama dari mainan sehingga mereka mencoba memainkannya sendirian. Padahal, anak-anak juga perlu tahu bahwa ada hal-hal yang bisa digunakan secara bersama-sama. Salah satunya adalah mainan.
Jika anak hanya menganggap mainan sebagai kepemilikan pribadi, maka mereka akan menolak untuk meminjamkannya. Orangtua memiliki peran penting untuk kembali meluruskan persepsi negatif yang dimiliki anak.
Menanamkan karakter yang baik tentu akan berdampak bagi pada tumbuh kembang anak. Hal terpenting adalah tetap memerhatikan sifat anak agar dapat meluruskan kembali hal-hal yang masih belum dipahaminya. Mulai jelaskan secara perlahan, ya!
Baca Juga: 5 Manfaat Makan Bersama Keluarga bagi Tumbuh Kembang Anak
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.