5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Pemaaf, Jangan Hakimi Mereka

Jika ia melakukan kesalahan, jangan hakimi mereka, ya

Kenyataannya, memaafkan lebih sulit dibanding meminta maaf. Ada banyak manusia yang belum tahu cara memaafkan, bahkan ketika mereka telah dewasa. Orang lebih memilih untuk melupakan daripada memaafkan.

Akibatnya, rasa marah akibat perlakuan yang diterimanya masih membekas dan siap meledak kembali kapan saja. Tindakan kekerasan yang kerap terjadi di tengah masyarakat belakangan ini bisa jadi merupakan buah dari api dendam yang belum bisa memaafkan.

Dengan mengajarkan kepada buah hati kamu tentang memaafkan, maka kamu telah menanamkan bibit kebaikan dalam hatinya. Kamu pun dapat belajar bersama dengan mereka untuk dapat lebih memahami makna memaafkan.

1. Berikan contoh perilaku memaafkan

5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Pemaaf, Jangan Hakimi Merekailustrasi saling memaafkan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Selain mengajarkan tata cara untuk meminta maaf, orangtua juga perlu mencontohkan sikap yang mereka harapkan tumbuh pada diri anak. Jangan menjadi orangtua diktator yang cuma bisa mengatur anak untuk taat pada aturan, sedangkan kamu sendiri berulang kali melanggarnya.

Disarankan untuk lebih sering memberikan contoh nyata, misalkan suami terlambat hadir pada makan malam yang telah kamu rencanakan untuknya. Walaupun jengkel, jangan perlihatkan emosi negatif tersebut di depan anak.

2. Gali alasan mengapa anak menolak minta maaf

5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Pemaaf, Jangan Hakimi Merekailustrasi anak menolak minta maaf (pexels.com/Alex Green)

Cari tahu apa yang membuat anak sulit meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Dengarkan saat mereka bercerita lewat komunikasi dua arah, pikiran kamu sebagai orangtua jadi lebih terbuka setelah mengetahui alasan utama mengapa anak menolak meminta maaf.

Apabila dari ceritanya terkuak, bahwa sesungguhnya si kecil yang salah, sebagai orangtua, kamu harus bersikap netral, tidak berpihak, baik kepada anak maupun temannya yang menjadi 'korban'.

Sebab, jika anak melihat orangtuanya membela mereka meskipun mereka salah, secara tidak langsung ini bisa menciptakan sifat 'kebal hukum' pada diri anak. Jangankan meminta maaf, bisa jadi anak malah tidak akan pernah merasa salah.

3. Konsisten dan jangan memaksa anak

5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Pemaaf, Jangan Hakimi Merekailustrasi anak dan orangtua (pexels.com/@ron-lach)
dm-player

Tidak sedikit orangtua yang memaksa anak untuk minta maaf, terutama saat berada di ruang publik. Tujuannya lebih pada agar lingkungan sosial melihat mereka sebagai orangtua yang sadar akan etika bersosialisasi.

Padahal, gaya mengasuh yang demikian hanya akan mengerdilkan mental anak. Sebab, anak akan melihat kamu sebagai orangtua yang tidak konsisten karena aturan yang kamu terapkan hanya berlaku ketika ada orang lain. Namun, setibanya di rumah, jangankan memberikan nasihat pada si kecil, membahasnya pun tidak.

Ketika anak mulai sadar bahwa paksaan untuk mereka minta maaf saat berbuat salah hanya sekadar pencitraan belaka, maka bisa jadi anak akan lebih sering mengabaikan larangan dan peraturan yang dibuat orangtua, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Baca Juga: 5 Cara Mendidik Anak agar Tak Bermental Peminta-minta

4. Toleransi waktu sebagai bentuk kompromi

5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Pemaaf, Jangan Hakimi Merekailustrasi anak dan keluarga (pexels.com/@august-de-richelieu)

Hindari menyuruh anak meminta maaf pada saat itu juga. Sebab, kemampuan meredakan emosi pada setiap anak berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu sebentar, ada yang membutuhkan waktu lama untuk memberikan maaf kepada orang lain.

Berikan tenggat waktu meminta maaf sesuai dengan karakter dasar anak. Tujuannya, agar permintaan maaf yang dihaturkan oleh anak benar-benar tulus dari hati dan pikiran mereka. 

5. Berikan alasan harus memaafkan

5 Tips Mendidik Anak agar Jadi Pemaaf, Jangan Hakimi Merekailustrasi anak dan ibu (pexels.com/@gustavo-fring)

Alasan kenapa anak harus memaafkan temannya perlu kamu kemukakan kepada anak.

Anak hanya paham bahwa ada orang lain yang baru saja menyakiti dirinya dan membuat ia marah. Yang ia pikirkan saat itu, “Aku marah, aku kesal, aku sakit.” Kalau kamu meminta anak memaafkan orang lain usai mereka minta maaf kepadanya, ia pasti bingung.

Berikan penjelasan sederhana, seperti, “Mungkin temanmu tidak sengaja menendang bola ke arahmu. Yuk, kita tanya saja kenapa ia melakukan itu.” Jelaskan juga bahwa usai ia memaafkan, ia tidak akan merasa marah lagi.

Semoga deretan tips di atas berguna bagi kamu. Tak ada yang instan, semua butuh konsistensi dan ketulusan hati ketika mengajarkan pada anak. Semangat!

Baca Juga: 5 Kesalahan Orangtua saat Mendidik Anak untuk Toilet Training

UMATUL HUSNIAH Photo Writer UMATUL HUSNIAH

Man Jadda Wa Jadda

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya