Belajar Mengarungi Duka di Balik Buku Pertama Nirasha Darusman

Dari kisah nyata kehilangan 4 anggota keluarga dalam 7 tahun

Semua orang pasti pernah merasakan pedihnya ditinggal oleh orang terkasih. Kehilangan sosok mereka yang melekat dalam hidup kita tentu menorehkan luka yang begitu dalam. Ada banyak memori, cerita, fase kehidupan yang harus dihadapi.

Itulah yang dirasakan Nirasha Darusman, yang baru saja meluncurkan sebuah buku bergenre memoar pada Jumat (28/1/2022). Berjudul "Lost and Found: A Journey Through Grief", buku ini merupakan kisah hidupnya berdamai dengan duka. Ingin tahu perjalanannya mengarungi duka? Baca artikel ini sampai habis, ya!

1. Buku ini berawal dari keinginan Nira untuk mendokumentasikan perjalanan duka supaya anak-anak bisa memahami pengalamannya

Belajar Mengarungi Duka di Balik Buku Pertama Nirasha DarusmanVirtual Press Conference Buku Lost and Found: "A Journey Through Grief" (dok. Pribadi/Kawan Pustaka)

Bertahun-tahun dalam hidupnya, ia belajar berproses dengan pengalaman traumatik akibat ditinggal anggota keluarga bertubi-tubi. Ada dua hal yang mendorong perempuan yang akrab disapa Nira ini mulai menorehkan perjalanannya berdamai dengan duka dalam suatu buku.  Buku ini merupakan dokumentasi agar anak-anaknya bisa memahami apa yang ia alami.

"Aku pengen punya dokumentasi yang bisa membuat anak- anak bisa memahami apa yang aku alami waktu itu. Mereka adalah korban ketika aku masih belum sembuh. Sebelum aku ketemu mbak Diana (psikolog_red), aku terkena mild depression. Jadi mereka adalah korban ketika mentalku belum sehat karena pengalaman grief yang tidak diproses dengan baik. Aku pengen cerita tentang keluargaku yang sudah meninggal. Jadi anak-anak bisa mengenal dan belajar dari buku itu," ujarnya.

Semasa berproses dengan duka,  Nira membaca beberapa buku terkait grief. Butuh waktu 3 tahun untuk ia bisa menyelesaikan buku pertamanya yang terinspirasi buku lain bergenre memoar. Nira merasa bahwa ia bisa belajar banyak hal tentang emosi dari buku-buku tersebut.

2. Di dalamnya terungkap kisah perjuangan Nirasha Darusman untuk bangkit dari kesedihan karena kehilangan

Belajar Mengarungi Duka di Balik Buku Pertama Nirasha DarusmanVirtual Press Conference Buku Lost and Found: "A Journey Through Grief" (dok. Pribadi/Magnifique)

“Buku ini lahir karena sepanjang perjalanan duka saya, kurang lebih 11 tahun, saya tidak berhasil menemukan buku berbahasa Indonesia yang membahas soal kematian dan berduka. Buku ini menyajikan pendekatan dan sudut pandang lain dari sebuah proses kehilangan dan berduka untuk kemudian dapat saling belajar dan membagikannya kepada sesama. Saya ingin, buku memoir ini dapat membantu teman-teman yang sedang berduka, yang baru saja merasakan pedihnya kehilangan” ujar perempuan berambut ikal ini.

Sesuai dengan genre memoar, buku bersampul biru ini mengungkapkan perjalanan Nira dalam menghadapi berbagai fase kesedihan yang berbeda-beda. Ia harus menelan kenyataan pahit bahwa seluruh anggota keluarganya pergi meninggalkannya dalam jangka waktu 7 tahun.

Sayangnya, kepedihan itu amat memengaruhi kondisi mental Nira. Ia menjadi pribadi yang sangat sensitif, gampang tersulut emosi, gak bisa berpikir dengan kepala dingin, hingga mengalami gangguan tidur yang sangat parah. Menurutnya, healing merupakan proses seumur hidup dan berkelanjutan selama kita masih bernapas.

Ia berujar, "Artinya journey itu jalan terus. Ini finished line dari berdamai, aku akhirnya bisa menerima. Berdamai dengan keadaan bahwa empat anggota keluargaku meninggalkanku dalam waktu tujuh tahun. Jadi aku berdamai dengan itu dan aku yakin semuanya memang sudah takdir."

Semuanya terangkup dalam 200 halaman yang terdiri dari 4 chapter, yaitu lost, grief, found, dan legacy. Bukan hanya pengalamannya saja, Nira juga berbagi kisah proses mengelola emosi dan keluar dari trauma mendalam.

3. Ada makna indah di balik judul Lost and Found

Belajar Mengarungi Duka di Balik Buku Pertama Nirasha DarusmanVirtual Press Conference Buku Lost and Found: "A Journey Through Grief". Jumat (28/1/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Di balik judul "Lost and Found: A Journey Through Grief", rupanya terdapat pesan menarik yang ingin Nira sampaikan pada grief survivor lainnya. "Lost" merepresentasikan proses kedukaan itu sendiri.

"Grief itu prosesnya gak enak tapi harus dijalani karena itu satu-satunya jalan menuju sisi lainnya. There's no other way. Kita gak akan sedih selamanya. Emosi itu kan selalu berganti. Yang gue pelajari, apa pun yang gue rasain ya rasain aja. I don't wan't to deny my feelings. Mau marah, kesel, atau apa. Yang perlu kita ingat adalah reaksi dari rasa itu. Setiap kali kita merasakan sesuatu, acknowledge that and then choose the healthy reaction," jelasnya.

dm-player

Terkadang, orang sengaja menghindari dari perasaan duka itu. Padahal semakin kamu berusaha menyingkirkan perasaan itu, maka akan terus menimbun di alam bawah sadar. Untuk itu, Nira menjelaskan bahwa kita itu gak akan terpuruk.

"Found-nya itu adalah there is life after lost. Kita gak akan terpuruk selamanya. Aku percaya hal itu karena buku ini adalah saksi dari kisah tragisku dan aku baik-baik saja. I’m okay. Aku yakin pasti teman-teman yang masih berproses itu rasanya susah banget ya. Tapi gak kok, you'll be fine dan you'll do great thing. Kehidupan setelah kehilangan itu ada kok," tambahnya.

Baca Juga: 10 Pemikiran Ini Pasti Dialami saat Fase Berduka, Wajar Kok!

4. Bagaimana caranya agar kita bisa mencerna grief dengan baik dan benar?

Belajar Mengarungi Duka di Balik Buku Pertama Nirasha DarusmanVirtual Press Conference Buku Lost and Found: "A Journey Through Grief". Jumat (28/1/2022). IDN Times/Adyaning Raras

Di awal acara ini dimulai, Nira sempat menyebutkan bahwa anak adalah korban dari kondisi mental yang tidak sehat karena dirinya belum bisa memproses grief dengan benar. Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa mencerna grief dan berdamai dengan duka itu?

Psikolog Rosdiana Setyaningrum mengatakan, "Grief itu bukan sesuatu yang bisa hilang. Kalau mau nangis, ya, nangis aja. Dengan kita bisa berproses menerima, lama-lama kita akan bisa melewati hari-hari tanpa terganggu dengan itu. Yang kita harapkan kan kita hidup dengan kenangan dan legacy-nya orang-orang ini."

Untuk itu, penting sekali memiliki support system. Menurut Diana, 'membuang sampah batin' ke orang lain itu sangat dibutuhkan. Pasalnya, kita bisa tahu apa yang kita rasa dan memvalidasi perasaan itu. Kita belajar untuk menghargai diri sendiri ketika berhasil menceritakan perjalanan itu sedikit demi sedikit. 

“Berduka dan kehilangan itu bersifat pribadi, semua orang tidak sama. Saya seringkali mengalami emosi yang sulit dan seringkali tidak terduga. Ada rasa marah, menyesal, bersalah, ketidakpercayaan, sedih yang tak kunjung usai. Tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental, juga fisik. Ini adalah tantangan hidup yang harus saya hadapi, dan saya berupaya untuk mencari mekanisme kopingnya. Agar dapat berfungsi dengan baik untuk kehidupan kedepan” ungkap Nira.

Gak berhenti di buku ini, sebelumnya Nira sudah menginisiasi sebuah support group  bernama @grieftalk.id. Dalam wadah ini, ia berupaya mengundang banyak orang dengan berbagai latar belakang untuk saling bercerita dan menguatkan satu sama lain.

5. Bagaimana sebaiknya kita harus bersikap pada orang terdekat yang sedang berduka?

Belajar Mengarungi Duka di Balik Buku Pertama Nirasha DarusmanNirasha Darusman, Penulis Buku Lost and Found: "A Journey Through Grief" (dok. Pribadi/Nirasha Darusman)

Nira mengungkapkan bahwa persoalan rasa itu gak bisa dipaksa. Maka, cara satu-satunya adalah membiarkan orang lain berproses dengan emosinya. 

"Yang bisa kita lakukan adalah menemaninya ketika berproses dan tidak menghakimi. Makanyam tadi salah satu hal terpenting adalah punya support system. Sebisa mungkin kita kelilingi dengan orang yang bisa mendukung. Kalau gak ada, ya, cari support group. Yang terbaik memang ditemani aja. Ketika nanti udah waktunya pasti nanti akan terbuka. Pada saat itu pasti kita akan dibutuhkan sekali sama teman kita," papar Nira.

Menanggapi hal itu, Diana juga berpesan untuk setia mendampingi dan mendengarkan. Cukup dengarkan saja, terkadang orang hanya ingin didengarkan tanpa perlu solusi.

Tanyakan sesekali apa yang dibutuhkan. Ketika mereka sudah bisa bercerita, arahkan pada kegiatan yang dia sukai atau bekerja. Tujuannya untuk memupuk perasaan positif bahwa mereka masih berharga dan dibutuhkan.

“Buku ini adalah bagian penting dari hidup saya. Saya berharap buku Lost and Found ini bisa menemani siapa pun yang sedang berjuang mengarungi duka, terutama sepanjang pandemik COVID-19 ini. Above all, this book is about hope. I survive the greatest loss and come out stronger on the other end”  tutupnya.

Itu dia sedikit kisah perjalanan Nirasha Darusman di balik peluncuran buku ini. Bila kamu tertarik, buku ini bisa kamu dapatkan di toko buku terdekat atau toko buku online, ya!

Baca Juga: 5 Bentuk Dukungan bagi Teman yang Berduka, Terus Hadir di Sampingnya!

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya