Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang Infertilitas

#IDNTimesLife Ia membentuk komunitas Menuju Dua Garis

Infertilitas atau ketidaksuburan merupakan salah satu faktor penyebab pasangan sulit mendapatkan keturunan. Sayangnya, masih banyak pandangan negatif terhadap infertilitas ini. Itulah yang mendorong Rosiana Alim, akrab disapa Mizz Rosie, untuk berbagi kisah perjuangan hidupnya dalam menjemput buah hati.

Dalam obrolan hangat bersama IDN Times yang berlangsung pada Sabtu (17/7/2021), Mizz Rosie juga membagikan ceritanya membangun komunitas Menuju Dua Garis. Simak kisah inspiratif Mizz Rosie berikut ini.

1. Menuju Dua Garis berawal dari perjuangannya menghadapi infertilitas

Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang InfertilitasRosiana Alim dan Ken Kurniawan Sutanto (Dok. Istimewa)

Menurut WHO, infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan meski sudah berhubungan tanpa menggunakan kontrasepsi. Secara global, WHO menyebutkan bahwa ada puluhan juta pasangan yang menghadapi kasus ini.

Hal ini pun nyatanya terjadi dalam rumah tangga Rosiana Alim dan suaminya, Ken. Sejak sebelum menikah, pasangan ini telah mengetahui permasalahan infertilitas yang menyebabkan mereka akan kesulitan memiliki anak. Namun, kondisi ini tak menyurutkan niat Rosie untuk berbagi dan memberi inspirasi.

Di awal, ia mengakui bahwa ada kesulitan untuk membuka diri. Maksud hati ingin berbagi cerita, tetapi Rosie belum siap menerima respon dari orang lain. Berawal dari memakai nama samaran, kini Rosie semakin tergerak dan percaya diri untuk mengedukasi orang lain tentang infertilitas melalui berbagai platform.

“Saya diproses sama Tuhan, mau gak mau harus menerima keadaan ini. Sampailah saya di titik ikhlas, gak papa kok kalau suatu hari nanti gak punya anak, saya pasti bisa bahagia,” ujarnya.

Alih-alih memikirkan ketidakberdayaan atau kesulitannya memiliki anak, justru wanita 35 tahun ini terpanggil untuk speak up. Melalui Komunitas Menuju Dua Garis, ia menekankan bahwa infertilitas bukanlah aib.

Dengan pengikut hampir enam ribu di akun Instagram komunitas, Rosie kian giat membuat konten awareness. Ia bahkan menyediakan waktu untuk berbagi informasi seputar program bayi tabung dan kesuburan melalui akun TikTok pribadinya.

“Saya merasa tergerak, jiwa saya ingin mendidik dan menginspirasi orang lain di area ini. Saya merasa infertilitas bukan aib, bukan suatu hal yang perlu ditutupi. Mereka yang sebenarnya bisu, gak mampu berkata-kata, gak tahu harus curhat ke siapa, pada akhirnya merasa sedikit lega. Mereka merasa gak sendirian, ada saya yang berani speak up permasalahan yang selama ini gak berani diutarakan,” terangnya.

2. Nama “Menuju Dua Garis” merepresentasikan masa-masa menunggu yang harus dipergunakan sebaik mungkin

Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang InfertilitasRosiana Alim, Founder Komunitas Menuju Dua Garis (Dok. Istimewa)

Rosie menuturkan pada IDN Times bahwa pernikahannya sudah memasuki usia 8.5 tahun. Banyak program hamil yang ia lakukan secara alternatif hingga medis. Namun, ia menyadari penuh bahwa kehadiran anak itu murni 100 persen kedaulatan Tuhan.

“Saya rindu mengajak mereka untuk bisa bahagia dalam masa penantian ini. Bisa dibilang aku menikmati apa pun yang ku lakukan. Aku juga ingin teman-teman sesama pejuang dua garis merasakan hal yang sama. Apakah aku gak kepengen punya anak? Pengen. Tapi hal itu gak sampai memengaruhi kualitas hidup,” jelas wanita lulusan Magister Ekonomi
Universitas Kristen Krida Wacana ini.

Menurut Rosie, tujuan hidupnya lebih dari sekadar kehadiran sang buah hati. Di balik kesibukannya sebagai seorang dosen dan pebisnis, ia mempergunakan waktunya untuk mengedukasi sesama pejuang.

“Itulah mengapa namanya Menuju Dua Garis, itu merepresentasikan waktu menunggu. Waktu menunggu ini harus dipakai sebaik-baiknya. Waktu ini pilihan kita, kita bisa pilih untuk meratapi kesedihan. Tapi di sisi lain, kita juga bisa pakai waktu untuk belajar upgrade diri dan menerapkan gaya hidup sehat. Lebih belajar sesuatu yang kamu gak tahu, coba cari tahu tentang dunia luar,” ujarnya dengan semangat.

Pola pikir ini yang ingin Rosie tanamkan pada sesama pejuang dua garis. Selama menunggu, lakukanlah hal yang bermanfaat sehingga kamu bisa mempersiapkan diri menjadi ibu yang cerdas dan siap secara mental.

Kondisi yang tidak sempurna bukanlah alasan untuk kamu menyerah pada keadaan. Justru ketika kamu bisa berdampak untuk orang lain, itu akan menguatkan semangat dalam menjalani hidup.

3. Alih-alih berbagi tips program hamil, Rosie menekankan pentingnya edukasi tentang kesehatan mental kepada pejuang dua garis

Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang InfertilitasRosiana Alim dan Ken Kurniawan Sutanto (Dok. Istimewa)

Sejak awal, Rosie melihat masih banyak orang yang menganggap infertilitas sebagai suatu hal yang tabu. Bahkan gak jarang, stigma atau pandangan negatif terhadap infertilitas itu ditujukan kepada perempuan. Padahal, infertilitas bisa saja terjadi dari faktor laki-laki.

Sayangnya, tekanan terkadang muncul dari lingkungan terdekat. Menanggapi ini, ia mengatakan penting untuk mengedukasi masyarakat agar tidak terlalu mencampuri urusan orang lain.  Efeknya bisa memengaruhi regulasi emosi dan kesehatan mental para pejuang dua garis, lho.

“Stigma itu stressful. Perasaan itu campur aduk, ada momen marah dan iri sama orang yang sudah hamil duluan dan diriku sendiri,” ucap istri dari chef Ken Kurniawan Sutanto.

Menyikapi hal itu,  ia lebih menekankan upaya untuk meningkatkan awareness terhadap infertilitas dan kesehatan mental. Meski komunitas Menuju Dua Garis masih baru, Rosie ingin menciptakan lingkungan yang saling mendukung karena ada teman senasib sepenanggungan.

“Aspek-aspek di luar infertilitas yang bikin saya makin berkembang. Penerimaan dan cara saya menghadapi masalah itu berkembang bersamaan. Yang paling penting itu diri kita, karena musuh yang harus kita taklukkan adalah pikiran,” tambahnya.

Wanita yang berprofesi sebagai business consultant ini menjelaskan bahwa sudah banyak komunitas yang memberi tips program hamil. Tetapi sangat sedikit komunitas yang mendalami sisi kesehatan mental, penerimaan diri, dan kedewasaan pikiran dari pejuang dua garis.

dm-player

“Saya ingin menunjukkan kepada para pejuang dua garis bahwa ada juga orang yang mengalami masalah yang sama, bahkan lebih kompleks. Dia saja bisa menerima dan bersyukur, pasti kamu juga bisa. Saya ingin banyak orang mensyukuri keadaan yang ada,” ujarnya.

Baca Juga: Kisah Seru Intan, Wanita Indonesia Peneliti Nanoteknologi di Prancis

4. Infertilitas mengubah segalanya

Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang InfertilitasRosiana Alim, Founder Komunitas Menuju Dua Garis (Dok. Istimewa)

Seperti kisah Rosie tadi, permasalahan infertilitas ini tidak hanya memengaruhi kondisi emosional. Tetapi, ia ditempa dengan keadaan yang melatihnya untuk mengembangkan diri.

Salah satunya dengan memperbaiki komunikasi dan kekompakan sebagai suami istri. Menurutnya, permasalahan infertilitas adalah bentuk menyelaraskan diri dengan suami.

“Infertilitas itu mengubah cara pandang kita tentang hidup, pasangan, dan pernikahan. Kalau kita bisa melewatinya, kita bisa jadi orang dengan mindset yang lebih kaya, lho,” tuturnya.

Rosie juga menambahkan, bahwa masalah itu ada untuk mengasah hubungan. Kita dituntut untuk saling bertukar pikiran dan keluar dari zona nyaman. Ada banyak proses yang terjadi dari menerima, memaafkan, hingga memahami.

“Semua berawal dari pola pikir, ya. Beberapa pejuang terlahir dengan cacat bawaan seperti gak punya rahim atau sel telur sedikit. Lalu, kenapa jadi aib? Kamu itu gak sendiri, infertilitas juga bukan aib. Boleh bersedih tapi harus segera bangkit, karena selalu ada makna atau tujuan di balik semua yang kita alami," pungkasnya.

"Saya mencoba mengajak para pejuang dua garis untuk melihat dari sisi lain. Mungkin kamu bisa mengembangkan diri, memperbaiki hubungan, atau mungkin ada luka yang belum pulih,” ujar dosen Universitas Ciputra ini.

Layaknya besi menajamkan besi, pasangan juga harus saling menajamkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Harus ada kesepakatan dengan suami tentang bagaimana memandang masalah infertilitas.

Menurutnya, masalah infertilitas ini harus dimenangkan. Artinya, pikiran positif dan semangat menjalani hidup harus lebih besar daripada permasalahan yang tidak bisa kamu kontrol. 

"Saya ingin mengedukasi pejuang dua garis juga bahwa kita juga harus kelola emosi, sadar diri, menerima keadaan bahwa ada atau tidaknya anak itu bukan kapasitas kita. Itu benar-benar 100 persen kedaulatan Tuhan. Jadi, jangan dibawa sedih, jangan dibawa stres akan suatu hal yang kamu sendiri gak bisa kontrol," tutup Rosie.

5. Cara yang benar dalam bersikap kepada para pejuang dua garis

Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang InfertilitasRosiana Alim, Founder Komunitas Menuju Dua Garis (Dok. Istimewa)

Meski mungkin kamu tidak mengalami hal ini, ada beberapa sikap yang penting diterapkan agar tidak melukai perasaan orang lain. Mengalami ketidaksuburan itu bukan hal yang salah. Saat kamu tidak bisa membantu orang lain,  bantulah dengan tidak membebani dan menghakimi mereka.

Kamu tidak tahu apa yang sedang dialami oleh lawan bicara. Jadi, bukalah obrolan dengan topik yang aman, bukan topik sensitif seperti kehamilan. Pikirkan terlebih dahulu sebelum berbicara.

Jika hubunganmu dan lawan bicara sudah dekat, tetap utamakan kesopanan saat bertanya. Bukan berarti kamu bisa seenaknya sendiri, berilah lawan bicara kesempatan untuk menjawab atau tidak, pada topik-topik yang sensitif.

Selain itu, kamu juga perlu memiliki pola pikir yang terbuka. Open minded itu penting, karena kamu gak bisa menyamakan seluruh masalah yang dialami orang lain. Rosie berharap masyarakat bisa memahami dan menghargai setiap perjuangan orang lain.

“Selalu punya mindset seluas samudera. Semua orang itu jalan hidupnya gak sama. Jadi, kalau ingin bertanya harus lebih hati-hati,” tambahnya.

6. Perempuan hebat adalah mereka yang mampu menyikapi dan mempergunakan segala hal yang terjadi untuk kebaikan dirinya

Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang InfertilitasRosiana Alim, Founder Komunitas Menuju Dua Garis (Dok. Istimewa)

Saat ditanya perihal perempuan hebat, Rosie mendefinisikannya sebagai sosok yang bisa melihat segala sesuatu satu langkah ke belakang. Artinya, tidak langsung menyikapi dan menyimpulkan.

“Perempuan hebat itu perempuan yang bijaksana, melihat suatu hal dari banyak sisi. Perempuan hebat itu yang bisa memaknai setiap hal dan mempergunakannya untuk upgrading diri to the next level. Saya percaya semua yang ada dalam diri kita itu mendatangkan kebaikan,” tuturnya.

Rosie berharap kehadiran komunitas Menuju Dua Garis bisa memberikan pemahaman yang benar terhadap mindset dan stigma infertilitas. Selain itu, juga bisa melahirkan perempuan-perempuan hebat. 

“Menuju Dua Garis adalah wadah untuk para wanita yang berada dalam masa penantian ini bisa saling difasilitasi. Mereka tahu apa yang harus dilakukan dan bertemu dengan kawan seperjuangan. Menuju Dua Garis ini output-nya gak harus selalu punya anak. Ada dua hal, bisa hamil atau memutuskan untuk tidak hamil karena alasan-alasan tertentu seperti hal medis,” tegasnya.

Demikian kisah inspiratif Rosiana Alim dalam mengubah mindset tentang infertilitas. Menuju Dua Garis akan terus memberikan wawasan dan dukungan kepada mereka yang sedang berjuang. Semoga bisa memberikanmu insight baru, ya!

Baca Juga: Kisah Elsa Maharrani Ajak Ibu-ibu Menjahit Hingga Omzet Ratusan Juta

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya