Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup Berdaya

#IDNTimesLife Happy mom akan membesarkan happy kids

Di Indonesia, angka perceraian tiap tahunnya semakin meningkat. Dilansir Kemenag, angka perceraian per Agustus 2020 mencapai 306.688 kasus. Artinya, semakin banyak pula angka orang tua tunggal yang harus bangkit menjalani hidup.

Permasalahannya, membesarkan anak tanpa didampingi pasangan merupakan tantangan yang berat. Hal ini juga disampaikan Maureen Hitipeuw dalam wawancara khusus bersama IDN Times pada Senin (16/8/2021).

Dalam obrolan hangat tersebut, pengalamannya sebagai Ibu Tunggal menggerakkan hati Maureen untuk merangkul para ibu tunggal dalam suatu komunitas. Berikut kisah hidup Maureen Hitipeuw dan perjalanannya membentuk Komunitas Single Moms Indonesia (SMI).

1. Berangkat dari pengalaman pribadi, lahirlah Single Moms Indonesia

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaMaureen Hitipeuw, Founder Komunitas Single Moms Indonesia (Dok. Istimewa)

Perubahan hidup yang terjadi pada Maureen Hitipeuw membentuknya menjadi sosok ibu tunggal yang tangguh. Kilas balik tahun 2010, perceraian Maureen mendorongnya untuk mencari support group. Sayangnya, hanya ada group campuran single moms dan single dads.

Ada ketidaknyamanan ketika ia mengikuti suatu gathering antar single moms dan single dads. Menurutnya, ada perbedaan hierarki yang membuatnya tak nyaman menyampaikan hal personal dari sudut pandang sebagai ibu tunggal.

Tak habis akal, Maureen menggunakan blog sebagai bentuk therapy healing. Ia mengatakan, "Begitu aku coming out di blog, ternyata banyak yang support. Yang baca itu komen-komennya positif, bagus lah. Sejak itu aku menggunakan blog ini sebagai bentuk therapy healing juga. Aku nulis banyak seperti apa sih yang dilewati, apa sih yang dirasain selama proses perceraian ini," tuturnya.

Bukan suatu kebetulan, ada acara launching buku yang dihadiri oleh semua ibu tunggal. Rupanya kerinduan Maureen untuk membentuk komunitas semakin terpupuk berkat sharing session bersama para ibu tunggal. 

2. Komunitas Single Moms Indonesia merupakan wadah yang safe untuk saling menguatkan dan bertumbuh

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaGathering Single Moms Indonesia di Yogyakarta tahun 2019 (Dok. Istimewa)

Ketika ditanya perihal healing, Maureen menjelaskan bahwa proses healing itu terjadi seumur hidup. Pengalaman pahitnya di masa lalu, memakan waktu yang cukup lama sampai pada titik penerimaan secara emosional.

Sama halnya dengan kehilangan pasangan karena meninggal, Maureen juga melalui fase grief. Pasti ada penyangkalan, marah, hingga penerimaan diri terhadap situasi yang ada.

"Aku pun merasa secara emosional ‘oh udah siap nih dengerin curhatan temen-temen yang lain, yang mungkin baru mau mengalami atau sedang di tengah kekalutan karena perpisahan'. Mereka sedang melalui fase-fase grieving-nya sendiri," tutur Maureen.

Fondasi dasar SMI adalah support dan wadah untuk pemberdayaan perempuan, khususnya ibu tunggal. Butuh waktu lama bagi Maureen untuk mantap membentuk komunitas SMI ini pada tahun 2014. 

"Kita fokusnya ke support yang emosional, dengan menyediakan satu wadah supaya single moms bisa saling cerita dan menguatkan tanpa takut di-judge. Tanpa perlu berpikir ‘aduh nanti kalau aku cerita, nanti gimana?’. Karena memang dari awal kita cukup ketat, kita bukan mencari quantity,"  paparnya.

SMI memiliki visi untuk memberdayakan ibu tunggal di Indonesia untuk bangkit kembali. Komunitas yang beranggotakan 6100-an anggota ini, kini saling bertumbuh bersama mengembangkan potensi dan perlahan mengikis stigma negatif terhadap ibu tunggal.

3. Banyak tantangan yang dihadapi ibu tunggal

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaMaureen Hitipeuw di Press Conference Facebook Leadership Community Program (FLCP) Indonesia (Dok. Istimewa))

"Masalah ibu tunggal di Indonesia itu memang berlapis. Itulah mengapa angka perceraian di pandemik ini melesat banget. Penyebabnya sebelum pandemik banyak rumah tangga yang tidak sehat, begitu pandemik makin meledak. Ada kultur budaya serta pengaruh lingkungan dan masyarakat yang masih harus diedukasi," ungkap Maureen.

Untuk mereka yang memiliki anak, pasti parenting menjadi tantangan yang besar. Maureen sendiri memutuskan untuk mengikuti co-parenting. Ia dan mantan suami sepakat untuk saling berkoordinasi dan bertanggung jawab untuk mengasuh anak bersama. 

"Kita berdua punya komitmen, biar bagaimana pun kita berdua akan work as a team untuk anak. Di awal juga gak gampang prosesnya, karena kita sama-sama harus nurunin ego," terangnya.

Menurutnya membesarkan anak sebagai ibu tunggal itu gak boleh memakai ego. "It is not about us, ini tentang anak. Memang ini proses pembelajaran yang gak gampang. Tapi seiring berjalannya waktu, aku bisa menurunkan ego dan gak marah-marah," jelasnya.

Selain emosional dan pola asuh, komunitas penerima fellowship dari Facebook Community Leadership Program (FCLP) ini juga memberikan dukungan kepada ibu tunggal untuk bisa menghadapi tantangan secara finansial dan mengembalikan kepercayaan diri.

"Dari diri ibu tunggal ini sendiri, mereka harus tahu bahwa mereka adalah perempuan kuat bukan lemah. Meskipun udah jadi ibu, kita punya identitas utuh sebagai wanita. Kadang kita lupa sama identitas diri sendiri, karena budaya patriarki itu terlalu melekat," ujarnya.

4. Support yang dibutuhkan ibu tunggal itu sederhana

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaMaureen Hitipeuw di Press Conference Facebook Leadership Community Program (FLCP) Indonesia (Dok. Istimewa))

Jika berbicara tentang tantangan, pasti ada dukungan yang dibutuhkan para ibu tunggal. Kita gak bisa terus menerus stuck di masa lalu, karena hidup pasti berjalan maju. Ada sebagian besar anak yang kebutuhannya menjadi tanggung jawab ibu. 

Dukungan sederhana bisa dimulai dari tidak menghakimi orang lain. "Single moms itu sama kok seperti perempuan lainnya yang butuh tidak dihakimi. Paling tidak bisa dimulai dengan sesederhana stop bercanda tentang janda. Jangan menjadikan kata janda ini sebagai marketing gimmick," ujarnya.

dm-player

Faktor ini juga yang menjadi alasan Maureen menciptakan wadah yang bisa saling mendukung, merangkul, tanpa harus ada penghakiman. Kuncinya bersikaplah baik pada semua orang, meskipun terkadang kita gak setuju dengan jalan hidup mereka.

Selain itu, tantangan besar ibu tunggal adalah finansial. Tidak semua ibu tunggal itu mandiri secara finansial. Maka, SMI berupaya memberdayakan para ibu tunggal dengan berbagai keahlian yang bisa digunakan sebagai sumber penghasilan.

Banyak program yang sudah ia lakukan untuk membuat ibu tunggal kembali berdaya. Salah satunya dengan membuka wawasan bahwa setiap orang bisa mengubah kondisi hidup dengan mindset  yang tepat.

Kelas-kelas yang dibuka gak hanya fokus pada skill based saja. Para ibu tunggal juga perlu wawasan lebih tentang parenting dan pemulihan jiwa. 

Baca Juga: Kisah Rosiana Alim Ubah Mindset Pejuang Dua Garis tentang Infertilitas

5. Anak akan baik-baik saja selama orang tua bahagia dan ada kasih sayang yang cukup

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaKomunitas Single Moms Indonesia (Dok. Istimewa)

Dikutip dari Psychology Today, anak lebih baik dibesarkan oleh orang tua tunggal daripada hidup dengan orang tua yang selalu bertengkar. Menanggapi hal ini, Maureen juga turut prihatin terhadap kondisi pasangan yang masih bertahan dalam pernikahan yang tidak sehat. 

"Anak pasti modelling. Alam bawah sadarnya akan merekam ‘oh beginilah rumah tangga seperti yang dicontohkan papa mamaku’. Banyak banget orang yang takut, apalagi ketambahan kondisi dan budaya di Indonesia," katanya.

Sudah 11 tahun perjalanan Maureen sebagai ibu tunggal dari seorang remaja. Momen ini jadi pembelajaran penting untuk memperkuat bonding dan menanamkan value pada anak.

Tetapi semua harus dimulai dari diri sendiri. Menurutnya, yang menyakiti anak itu bukan kasus perceraian, tetapi sikap orang tua setelah proses perceraian. 

Seringkali ibu tunggal tidak menyadari bahwa kekalutan mereka karena perpisahan, justru membuat anak terjebak di antara dua kubu.  "Aku percaya bahwa happy mom itu akan membesarkan happy kids juga," tambahnya.

Perceraian memang bukan hal yang membahagiakan. Tetapi, selama orang tua memberi cinta kasih yang cukup pada anak, maka mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang resilien.

"Kuncinya memang gak boleh ego. Fokusnya ke kebahagiaan, kesehatan, dan kepentingan anak," tutupnya melengkapi.

6. Perempuan berkualitas adalah perempuan yang bisa berdaya bagi diri sendiri

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaMaureen Hitipeuw, Founder Komunitas Single Moms Indonesia (Dok. Istimewa)

Menurut Maureen, perempuan yang berkualitas itu gak dinilai dari apa yang dia punya. Ada tiga hal yang menjadi poin penting yaitu bisa berdaya bagi dirinya sendiri, menyadari potensi diri, dan tidak pernah bosan belajar.

Jadikanlah masa lalu sebagai pembelajaran. Kita gak lagi hidup di masa lalu, karena hanya masa kini yang bisa dikendalikan. Bahkan, masa depan pun di luar kontrol manusia.

Ia juga berpesan agar perempuan bisa fokus di masa sekarang. Nikmati waktu dengan keluarga atau anak. Tuntutan dari orang lain itu sekadar pemanis, bukan suatu hal yang seharusnya membebani hidup. 

"Aku pengennya kita semua sadar bahwa kita itu punya satu kekuatan dalam diri kita masing-masing. Kita punya hak untuk menentukan hidup kita mau dibawa kemana. Jadi kita bisa lebih semangat. Mampu mengenali potensi dirinya dan mengembangkan potensi," ujarnya berharap.

7. Perceraian itu kesempatan kedua dalam hidup

Maureen Hitipeuw, Perangkul Sesama Ibu Tunggal untuk Hidup BerdayaMaureen Hitipeuw, Founder Komunitas Single Moms Indonesia (Dok. Istimewa)

Dari sekian banyak permasalahan hidup manusia, perpisahan pasti menyakitkan. Wajar sekali apabila banyak ibu tunggal yang masih harus berjuang berdamai dengan masa lalu.

"Wajar sih kalau berkutat dengan sakit hatinya, semua perceraian pasti akan sakit. Itu bagian dari proses. Tapi kalau terlalu lama disitu, anak ini siapa yang ngurusin? Tetap harus berusaha, ini (proses healing_red) bisa berjalan pararel kok. Pararel dalam arti proses healing-nya bisa kita lakukan, tapi parenting-nya tetap harus jalan sekuat kita. Aku yakin lama kelamaan kita akan menemukan kekuatan sendiri," ujarnya berpesan pada para ibu tunggal di luar sana.

Maureen mengakui bahwa perceraian itu adalah kesempatan kedua dalam hidup. Perceraian bukan akhir dari hidup. Ketika kita bisa melihat momen pahit ini dari perspektif berbeda, maka kita akan menemukan kesempatan yang indah.

Sekarang tergantung pada pribadi masing-masing. Mau mengisi kesempatan tersebut untuk fokus menjadi sosok yang kuat dan bahagia, atau mau hidup dalam kemarahan?

Menutup sesi obrolan santai ini, Maureen juga berpesan pada para perempuan yang belum menikah. Ia berkata, "Jangan merasa bahwa pernikahan itu end goal dalam hidup atau pencapaian tertinggi. Pasca menikah, tantangan hidup itu pasti ada dan malah banyak. Menyatukan dua orang dalam satu rumah tangga pasti gak gampang. Menikahlah di saat kalian siap".

Maureen sudah memberikan pandangan positifnya tentang dunia perceraian dan ibu tunggal. Semoga cerita ini bisa menguatkan para perempuan yang sedang berjuang menghadapi hal yang serupa. Semangat, life must go on!

Baca Juga: Kisah Inspiratif Stefany Putri dan Perjuangan di Balik 'Bukaan Moment'

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya