Perjalanan Hidup Sosok Inspiratif Global Heroes, Penggerak Muda!

Bisa membawa dampak positif buat lingkungan

Global Shapers merupakan wadah yang tepat bagi generasi muda untuk memberikan dampak positif buat sekitar. Untuk itu, Global Shapers Jakarta Hub berupaya membantu mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan di Indonesia. Global Shapers percaya bahwa siapa saja bisa menjadi pahlawan untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia.

Dalam artikel ini, ada beberapa sosok inspiratif dari beragam profesi dan bidang. Meski berada di ranah yang berbeda, keempat sosok ini berhasil membuktikan prestasi yang aktual dan bermanfaat. Yuk, simak perjalanan hidup sosok inspiratif Global Shapers berikut ini!

1. Eleazar Evan Moeljono

Perjalanan Hidup Sosok Inspiratif Global Heroes, Penggerak Muda!Eleazar Evan Moeljono (dok. Global Shapers)

Eleazar Evan Moeljono merupakan pengajar Bahasa Inggris untuk PAUD dan pengembang kurikulum di sekolah Kristen Lentera Ambarawa, Jawa Tengah. Awalnya, Eleazar tidak berniat menjadi guru karena paham bahwa kesejahteraan guru di Indonesia jauh dari terjamin. Kini, pengajar merupakan panggilan hidupnya karena bisa membantu orang lain.

“Aku emang suka banget nolong orang lain, in terms of anything, mau dengan menjadi temen pendengar, financial support, apa pun,” tutur Eleazar yang bermimpi menjadi pendeta.

Alih-alih jadi pendeta, Eleazar lantas menerima tawaran sebagai pengajar paruh waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tempatnya bekerja saat ini. Justru Sekolah Kristen Lentera Ambarawa memberikan harapan dan kesempatan untuk terus belajar dan berinteraksi dengan banyak orang.

Berbekal kemampuan yang bagus dalam Bahasa Inggris, Eleazer memberanikan diri untuk kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris melalui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Meskipun banyak kesempatan untuk mendirikan bisnis maupun berkontribusi di kementerian, ia tetap memilih menjadi pengajar.

Isu prostitusi, fatherless, dan maskulinitas laki-laki di komunitasnya membuat kebanyakan anak-anak di sana jauh dari figur seorang ayah yang penuh cinta kasih. Bagi Eleazar, seorang guru bukan hanya bertugas mendidik atau mewariskan ilmu, melainkan juga mengayomi dengan kasih sayang. Ketika anak-anak membalasnya dengan hal yang serupa, itulah penghargaan tidak terhingga yang Eleazar dapatkan dengan menjadi seorang pengajar.

“Yang dibutuhkan anak-anak itu bukan otaknya Eleazar yang ngajarin ilmu, tapi figur bapak yang bilang, ‘Hi, I’m glad you’re here and I love you," katanya.

Di sekolah Kristen Lentera Ambarawa, Eleazar bertanggung jawab sebagai Lembaga Penjamin Mutu Sekolah Pengembang Kurikulum. Eleazar memantau pengembangan kurikulum, pelatihan guru, proses pembelajaran, tahap asesmen, dan pelaporan kepada para orang tua.

Menurut Eleazar, proses pembelajaran bukan cuma menyangkut pengembangan intelektual, melainkan juga penanaman prinsip kepemimpinan dan citra diri. Para murid dapat merasa bahwa dirinya berharga karena mereka dianggap sebagai bagian dari suatu komunitas.

“Gaji boleh kecil, tapi hati bisa penuh kalau bertemu anak-anak, rekan kerja, dan orang tua yang peduli sama kamu sebagai pendidik. Kalau kamu memenuhi panggilan hidupmu, hidupmu terpelihara,” tutupnya.

2. Maman Suherman

Perjalanan Hidup Sosok Inspiratif Global Heroes, Penggerak Muda!Maman Suherman (dok. Global Shapers)

Maman Suherman adalah seorang tunanetra yang bertugas di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam bidang sekolah luar biasa. Dia merupakan pengajar untuk murid-murid berkebutuhan khusus pada tingkat SMP dan SMA.

Maman pernah menjabat sebagai Ketua Komunitas Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Bandung. Saat ini, Maman mengemban amanah sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah Persatuan Tunanetra Indonesia Jawa Barat. Pertuni Jawa Barat memiliki program dengan fokus pembinaan keterampilan dan pendidikan untuk teman-teman tunanetra.

“Ketika ada yang senang di teknologi, kami arahkan ke bidang teknologi. Ketika ada yang senang di musik, kami arahkan ke bidang musik,” kata Maman.

Konsep pembinaan ini diupayakan agar teman-teman tunanetra dapat mengembangkan potensi yang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Pertuni pun memfasilitasi teman-teman berkebutuhan khusus yang hendak berkuliah dan bekerja. Di sini, beasiswa diberikan kepada mereka berdasarkan kompetensi individu.

“Semua konsep yang kami lakukan tidak atas belas kasihan, tetapi atas potensi kemampuan,” tambahnya.

Pertuni Jabar juga mendirikan Yayasan Pendidikan Tunanetra Sejahtera Jawa Barat yang mewadahi teman-teman berkebutuhan khusus yang kurang mampu dengan penyediaan beasiswa. Pertuni juga membentuk koperasi guna mendukung kelangsungan hidup anggota dan pengurus Pertuni.

Apa yang dilakukan Maman juga berangkat dari pengalaman pribadinya. Maman mengatakan, “Saya terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ketika saya buta, saya berobat dengan obat-obatan tradisional,” katanya.

“Sehebat-hebatnya manusia adalah yang berguna bagi orang lain, bukan mereka yang pintar, bukan mereka yang kaya, bukan mereka yang tampan atau cantik,” tambah Maman.

Terlebih Maman sebagai guru, merasa ada kebanggaan yang tidak terbayarkan ketika melihat muridnya sukses. Meskipun begitu, Maman juga dihadapkan dengan diskriminasi, stigma, dan ketidaksetaraan kesempatan.

Pada beberapa kesempatan, teman-teman disabilitas kesulitan untuk mendapatkan akses pengobatan ketika jatuh sakit. Kuota penyaluran tenaga kerja tunanetra juga perlu ditingkatkan. Maman berharap bahwa pemerintah daerah bisa memberikan dukungan dan dapat menjamin kelangsungan hidup para penyandang tunanetra. 

Di sekolah tempatnya mengajar, masih banyak murid kurang mampu yang memerlukan fasilitas asrama dan kebutuhan hidup sehari-hari. Tentu biayanya tidak murah dan berpengaruh terhadap anggaran pengelolaan sekolah. Harapan Maman, regulasi dan peraturan pemerintah yang melindungi teman-teman tunanetra dapat diimplementasikan dengan optimal.

“Saya pikir ini bukan saya saja yang merasakannya, sekolah luar biasa lainnya juga mungkin mengalami ini. Tantangan bagi kami saat ini adalah penyediaan asrama bagi siswa kami yang rumahnya jauh,” jelas Maman.

3. Wawan

dm-player
Perjalanan Hidup Sosok Inspiratif Global Heroes, Penggerak Muda!Wawan (dok. Global Shapers)

Wawan adalah seorang kepala sekolah di SLB Negeri Cicendo, Bandung. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah tertua untuk pelayanan dan pendidikan bagi anak-anak dengan hambatan pendengaran atau tunarungu (sahabat tuli) yang telah berdiri sejak 1930. 

Hatinya tergerak untuk membantu orang lain yang mengalami hambatan pendengaran. Wawan lantas terdorong untuk berkuliah pendidikan luar biasa guna dapat memberikan dampak yang positif bagi teman-teman disabilitas di kemudian hari.

Ketika pandemik, Wawan dihadapkan dengan proses vaksinasi yang begitu lama bagi penyintas disabilitas. Hal ini mendorong Wawan dan rekan-rekan di SLB Negeri Cicendo untuk komunikasi yang intensif dengan berbagai pihak hingga akhirnya niatnya tersampaikan kepada Ridwan Kamil. Pada akhirnya, penyandang disabilitas di Jawa Barat berhasil mendapatkan salah satu hak mereka, yakni mengikuti program vaksinasi.

Tantangan selanjutnya adalah kebijakan belajar dari rumah yang diupayakan untuk mencegah penyebaran virus. Ternyata, pemanfaatan teknologi telekonferensi tidaklah ramah bagi mereka yang berkebutuhan khusus.

Akhirnya, Wawan dan rekan lainnya berupaya merancang aplikasi. Sebuah ruang belajar virtual bagi murid-murid disabilitas yang kemudian dikembangkan menjadi radio streaming. Inovasinya ini berbuah manis dengan adanya penghargaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2020.

Selanjutnya, Wawan dan tim juga menginisiasi program "Garuda Jaya" (Gerakan Disabilitas Muda dalam Berkarya dan Bekerja) guna memastikan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan minat bekerja dari para murid. Wawan berharap program ini bisa jadi proses pembelajaran yang mengoptimalkan potensi mereka dengan kebutuhan khusus. Program ini menghasilkan Standar Kompetensi Khusus Kerja Penyandang Disabilitas (SK3PD).

Para murid di SLB Negeri Cicendo mengikuti program belajar bersama murid SMK pada umumnya. Hal ini diupayakan demi terciptanya transfer ilmu hard skills untuk menyesuaikan diri ketika terjun ke dalam kehidupan bermasyarakat yang masih jauh dari inklusivitas.

Ada pula program praktik kerja lapangan (PKL) yang bekerja sama dengan beberapa lembaga. Lebih dari itu, Wawan dan rekan-rekannya juga sudah mempunyai lisensi untuk menggelar bursa kerja khusus se-Jawa Barat.

Program "Garuda Jaya" menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai salah satu program inovatif yang diinisiasi oleh sekolah luar biasa tahun 2022. Terlebih, Wawan dinobatkan sebagai kepala sekolah inspiratif untuk sekolah luar biasa. Semua juga bukan karena dirinya sendiri, melainkan rekan-rekan kerja dan murid-muridnya.

“Jadilah individu yang menempatkan sesuatu pada tempatnya dan bisa memberikan manfaat bagi sebanyak-banyaknya umat, sebanyak-banyaknya masyarakat dari profesi yang kita miliki,” tambahnya.

Motto hidup Wawan adalah adil pada diri sendiri dan orang lain. Prinsip hidup yang dipegangnya ini diimplementasikan sebagai Kepala Sekolah SLB. Wawan berharap hak-hak penyandang disabilitas bisa segera terpenuhi, mencakup akomodasi yang layak untuk kebutuhan pendidikan, pekerjaan, sosial, dan kesehatan.

“Berilah kesempatan yang sama bagi teman-teman disabilitas,” tutup Wawan.

4. Steffie Juwana

Perjalanan Hidup Sosok Inspiratif Global Heroes, Penggerak Muda!Steffie Juwana (dok. Global Shapers)

Steffie Juwana memiliki pengalaman kerja untuk mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Setelah tugasnya selesai, Steffie mendirikan Indonesian Ocean Justice Initiative (IOJI) dan berperan sebagai Direktur Program. IOJI merupakan organisasi nirlaba yang berfokus memberikan advokasi kepada pemerintah terkait kebijakan-kebijakan kelautan dan perikanan.

Bersama IOJI, Steffie menemukan beberapa permasalahan kelautan dan perikanan yang perlu dipecahkan. Beberapa di antaranya degradasi ekosistem, ketidakadilan akses bagi para komunitas untuk mendapatkan manfaat kelautan dan perikanan, serta pelanggaran HAM yang dialami oleh pekerja perikanan.

Ketertarikannya terhadap isu lingkungan ini sudah tumbuh sejak SMA kala mengikuti kompetisi pidato bertopik eksploitasi ikan. Steffie gak menyangka bahwa isu ini cukup besar di Indonesia.

Hal ini mendorongnya untuk mendalami topik serupa di saat berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Salah satu mata kuliahnya, yakni Hukum Laut, membuka mata Steffie tentang luasnya permasalahan kelautan di Indonesia, bukan hanya menyangkut eksploitasi ikan

“Mempelajari masalah kelautan dan perikanan mungkin sudah banyak yang minat, tapi untuk melihatnya dari kacamata hukum adalah sesuatu yang belum populer,” tambah Steffie.

Sejak awal, tantangan yang Steffie alami tidak terpisahkan dari sedikitnya sumber daya manusia dalam lingkup kelautan dan perikanan, apalagi yang memiliki latar belakang hukum. Steffie kerap diremehkan karena usianya yang terlalu muda untuk bekerja di bidang ini.

Kondisi itu semakin memicu Steffie untuk melanjutkan studi karena ia percaya bahwa tidak seharusnya anak-anak muda yang peduli dengan isu lingkungan dipandang sebelah mata. Justru generasi muda yang bisa memberikan solusi terbaik terhadap masalah-masalah saat ini.

“Yang aku banggakan dari pengalaman aku adalah konsistensi aku untuk menjalani ini,” jawab Steffie ketika ditanya mengenai hal yang dapat dia banggakan dalam perjalanan kariernya.

Steffie menilai dirinya sebagai orang yang penuh dengan ketidaktahuan. Berlandaskan pada prinsip tersebut, dia memegang semangat untuk terus belajar, baik lewat jalur pendidikan formal maupun lewat mendengarkan dan berbincang dengan banyak orang.

Dia ingin tetap dapat berkontribusi bagi Indonesia. Entah itu dengan kembali bekerja untuk pemerintah, menjadi pengajar yang memupuk kepedulian kepada generasi yang lebih muda mengenai isu lingkungan alam, atau melebarkan sayap IOJI lebih luas lagi.

Itulah beberapa sosok inspiratif dengan kisah mereka yang membawa dampak positif bagi orang lain. Merekalah pahlawan demi Indonesia yang lebih inklusif!

Baca Juga: Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya