5 Pandangan Negatif Terhadap Personal Branding yang Harus Diluruskan

Jangan salah mengerti soal personal branding!

Personal Branding merupakan sebuah kegiatan merekayasa potensi yang ada pada diri kita untuk menjadi keuntungan bagi kita dan orang di sekeliling kita. Tentunya, rekayasa yang dimaksud bukanlah sebuah kebohongan, tetapi rekayasa yang dilakukan seperti dalam dunia sains dan teknologi.

Sederhananya, ketika kamu ingin mendapat perhatian dari direksi, maka yang harus kamu lakukan ialah merekayasa potensi yang ada pada dirimu menjadi sebuah kompetensi. Tentunya bukan sembarang kompetensi, melainkan kompetensi yang memiliki beda autentik dan bermanfaat bagi stakeholder.

Akan tetapi, di balik ragam manfaatnya, ada saja stigma yang melekat pada personal branding itu sendiri. Berikut 5 pandangan negatif terhadap personal branding yang harus diluruskan!

1. Personal branding diidentikkan dengan pencitraan belaka

5 Pandangan Negatif Terhadap Personal Branding yang Harus DiluruskanPexels.com/fauxels

Sering kali orang menganggap bahwa personal branding tak lebih dari proses membangun citra diri yang positif. Mereka menilai bahwa hal itu hanya bermanfaat bagi pihak yang sedang melakukan pembentukan citra saja.

Tentunya ini merupakan paradigma yang jauh dari kata benar. Justru personal branding itu berbicara tentang bagaimana kita bisa mengonversi potensi diri menjadi manfaat bagi masyarakat. Jadi, jangan salah dalam menafsirkan, ya!

2. Belajar personal branding akan membuat orang terkenal

5 Pandangan Negatif Terhadap Personal Branding yang Harus DiluruskanPexels.com/bruce mars

Siapa di sini yang menilai personal branding akan membuat orang terkenal? Anggapan bahwa orang yang belajar personal branding akan terkenal itu perlu diluruskan. Personal branding itu pada dasarnya tidak harus membuat orang terkenal, tetapi dikenal.

Emang beda? Jelas beda, terkenal itu identik dengan publisitas, sedangkan dikenal identik dengan kesan yang diberikan. Personal branding akan membuatmu menjadi pribadi yang bisa merekayasa potensi diri menjadi keuntungan bagi sekitarmu sehingga kamu bisa memberi kesan yang mendalam bagi mereka.

Baca Juga: Mudah, Ini 5 Cara Sederhana Membentuk Personal Branding yang Positif 

3. Anggapan bahwa publisitas adalah nyawa personal branding

5 Pandangan Negatif Terhadap Personal Branding yang Harus DiluruskanPexels.com/Brett Sayles
dm-player

Masih sejalur dengan poin sebelumnya, publisitas sering kali dikaitkan dengan personal branding dan bahkan dianggap sebagai nyawa dari personal branding. Orang menganggap, tanpa publisitas, personal branding tak lebih seperti bangkai yang tak bermanfaat.

Hal ini jelas keliru, kita bisa lihat beberapa contoh public figure yang namanya hancur gara-gara publisitas yang terlalu over. Jadi, kita perlu sadar bahwa publisitas memang penting, tapi bukan segalanya dan bukan nyawa dari personal branding itu sendiri, jangan sampai keliru, ya!

4. Menjaga jarak dengan masyarakat guna membentuk kewibawaan merupakan kunci personal branding

5 Pandangan Negatif Terhadap Personal Branding yang Harus DiluruskanPexels.com/Pixabay

Orang menganggap bahwa menjaga jarak dengan target audiensi akan membuat seorang tokoh lebih berwibawa dan lebih kuat. Akan tetapi, faktanya seorang public figure yang memiliki jarak dengan target audiensinya akan lebih cepat meredup.

Kita bisa lihat dan bandingkan, antara musisi yang menjaga jarak dengan fans-nya dan seorang Iwan Fals yang selalu memberi ruang tanpa sekat antardirinya dengan penggemarnya. Mana yang lebih awet?

Tentunya mereka yang tidak memberi jarak dalam interaksi, meski tiada jarak, Iwan Fals tidak kehilangan wibawanya. Jadi, untuk stigma ini terbantahkan, ya!

5. Kita akan pandai berbohong setelah belajar personal branding

5 Pandangan Negatif Terhadap Personal Branding yang Harus DiluruskanPexels.com/Pixabay

Selain dipandang pencitraan, stempel negatif yang melekat pada personal branding dan orang yang mempelajarinya ialah kepandaian dalam berdusta. Orang-orang menganggap bahwa mereka yang belajar personal branding itu tersenyum untuk sebuah motif, bukan ketulusan.

Ini jelas bukan personal branding, personal branding itu misal, jika kita ingin pergi ke pesta pernikahan, pastinya kita memakai batik agar lebih sopan dan membuat orang lain nyaman saat melihat kita. Padahal bisa saja kita pergi dengan pakaian tidur yang nyaman! Ini bagian dari rekayasa potensi, merekayasa agar hidup lebih berseni dan nyaman dipandang orang lain.

Sejatinya personal branding itu memberikan banyak manfaat bagi kita. Akan tetapi, banyak orang yang masih belum paham dan sadar tentang manfaat personal branding.

Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila masyarakat mau memberi ruang bagi personal branding untuk berkembang. Bijaklah sebelum menilai dan menghakimi personal branding itu sendiri!

Baca Juga: 6 Alasan Gak Seharusnya Menilai Orang Cuma dari Jenis Kepribadian

Ahmad Rifai Yusuf Photo Verified Writer Ahmad Rifai Yusuf

Tajam menganalisa, senyap menulis, dan bergerak menyebar.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya