Kisah Hidup Park Yeon Mi, Aktivis HAM yang Dulunya Pengungsi Korut 

Pidato pelariannya dari Korut viral di tahun 2014, ingat?

Korut dikenal sebagai negara penganut komunis dengan peraturan nyeleneh dan kadang kejam. Pemimpin yang otoriter dan kehidupan yang sulit membuat banyak warga negaranya yang kabur untuk mencari perlindungan ke negara lain.

Dari sekian pengungsi, salah satunya adalah Park Yeon Mi. Pelariannya dari Korut pada umur 13 tahun digambarkan sangat dramatis dan penuh dengan halangan. Barangkali kehidupan yang sulit dan perjuangan beratnya untuk keluar dari negaranya sendiri tersebut membuatnya terjun menjadi seorang aktivis HAM.

Ingin mengenal Pak Yeon Mi lebih lanjut? Yuk, simak ulasan berikut ini.

1. Dikenal secara global saat memberikan pidato di One Young World 2014 Summit, Dublin, Irlandia

https://www.youtube.com/embed/ufhKWfPSQOw

Mengenakan pakaian tradisional Korea berwarna merah muda dengan pinggang tinggi dan rok tebal, Park berdiri di depan podium di One Young World Summit di Dublin. Dengan air mata bercucuran, ia menceritakan bagaimana pelarian yang dilakukannya bersama sang ibu pada umur 13 tahun.

Berbagai tragedi yang dialaminya, seperti pemerkosaan terhadap ibunya, mengubur ayahnya sendiri di umur 14 tahun, dan mengancam akan bunuh diri daripada membiarkan tentang Mongolia mengirimnya kembali ke Korut.

Pidato yang disuarakannya saat umur 21 tahun tersebut, membuat penggiat HAM dan jurnalis yang hadir di acara tersebut menangis. Namun di kemudian hari, beberapa dari pengakuannya diragukan oleh sejumlah pakar Korea Utara. Keterangannya dalam beberapa wawancara juga dinilai berubah-ubah.

Park Yeon Mi pun memberi pernyataan bahwa hal itu lantaran kemampuan berbahasa Inggrisnya yang terbatas sehingga membuat banyak pewawancara kurang bisa menerjemahkan pengakuannya dengan tepat.

2. Pelarian dari Korut dan pertemuannya dengan sang kakak setelah 7 tahun terpisah

Kisah Hidup Park Yeon Mi, Aktivis HAM yang Dulunya Pengungsi Korut sydneyoperahouse.com

Park Yeon Mi melarikan diri dari Korea Utara pada usia 13 tahun, menyeberangi Sungai Yalu yang sebagian membeku untuk menuju ke Cina pada 2007. Sesampainya di Tiongkok, bukan kemerdekaan yang didapatnya, melainkan eksploitasi seksual berulang-ulang. Park Yeon Mi dan ibunya menjadi korban perdagangan manusia, sebelum akhirnya mendapat pertolongan dari misionaris Kristen sehingga  berhasil melintasi Gurun Gobi dan menyeberang ke Mongolia.

Usaha gadis kelahiran 4 Oktober 1993 tersebut untuk melintasi Mongolia juga tanpa halangan. Mereka dipaksa kembali ke Cina, tetapi akhirnya diizinkan menyeberang ke Korea Selatan setelah mengancam akan bunuh diri.

Di tahun 2009, Park Yeon Mi dan ibunya akhirnya menetap di Seoul. Meski sedikit kesulitan untuk beradaptasi, tetapi mereka berusaha mencari pekerjaan. Pada tahun 2014, ia bertemu dengan sang kakak, yang terlebih dahulu melarikan diri dari Korut.

Baca Juga: 6 Kritikan dan Rekomendasi Aktivis HAM dalam Penanggulangan Terorisme

3. Memulai kehidupannya sebagai aktivis

https://www.youtube.com/embed/mLzTo-y8Ef0

Sejak melarikan diri dari Korut, Park telah menulis dan berbicara secara terbuka tentang hidupnya di Korea Utara. Ia juga menulis untuk Washington Post serta melakukan wawancara dengan The Guardian.

Pengalaman yang buruk selama di Korut dan juga pelariannya yang dramatis, mendorong Park untuk menjadi sukarelawan dalam program aktivis seperti Freedom Factory Corporation. Selain itu, ia juga menjadi LiNK (Liberty di Korea Utara), sebuah organisasi nirlaba yang menyelamatkan para pengungsi Korea Utara yang bersembunyi di Tiongkok untuk memukimkan mereka ke Korea Selatan dan Amerika Serikat.

dm-player

Park Yeon Mi juga aktif memberikan pidato di beberapa forum dunia, seperti LiNK’s summit di  Pepperdine University, Malibu, California, pada roum  TEDx di Bath, the One Young World summit di Dublin, dan juga Oslo Freedom Forum.

Park Yeon Mi juga menjadi pembawa acara podcast North Korea Today bersama Casey Lartigue. Pada acara ini, ia membahas topik Korea Utara dan kehidupan para pengungsi setelah mereka melarikan diri.

Yeonmi juga sempat berperan dalam film While They Watched (2015). Film ini menggambarkan masa depan, ketika rezim Korea Utara mencapai kehancuran.

4. Pindah ke New York dan melanjutkan studi

Kisah Hidup Park Yeon Mi, Aktivis HAM yang Dulunya Pengungsi Korut sbs.com.au

Setibanya di Korsel pada tahun 2009, Yeon Mi melanjutkan pendidikannya di Dongguk University.

Kehidupannya sebagai aktivis kemudian mendorongnya untuk pindah ke New York pada tahun 2014. Di sana, ia menyelesaikan memoarnya sambil memperluas perannya sebagai seorang aktivis.

Pada tahun 2016, Park Yeon Mi juga melanjutkan studi di  Columbia University School jurusan ekonomi.

5. Merilis memoar di tahun 2015

Kisah Hidup Park Yeon Mi, Aktivis HAM yang Dulunya Pengungsi Korut carousell.com

Memoar Park Yeon Mi yang berjudul In Order to Live: A North Korean Girl’s Journey to Freedom, akhirnya terbit pada tahun 2015. Memoar itu dimulai dengan malam pelariannya, yang dengan detail kemudian merinci perjuangan masa kecilnya dan melarikan diri dari rezim totaliter Kim Jong Un.

Buku itu ditulis bukan hanya berdasarkan ingatan Park Yeon Mi semata, melainkan juga lewat ingatan Ibu, saudara perempuannya, serta wanita-wanita yang lain yang juga mengungsi dari Korut.

Melalui buku ini ia juga berharap bisa meluruskan catatan tentang pelariannya yang selama ini banyak diragukan oleh beberapa pihak.

6. Pernikahannya dengan orang Amerika

Kisah Hidup Park Yeon Mi, Aktivis HAM yang Dulunya Pengungsi Korut tlwedding.com

Selain aktif menjadi seorang aktivis HAM dan bersuara untuk orang-orang yang tertindas, Yeonmi juga menemukan kehidupannya sendiri.

Dia menikah dengan suaminya yang seorang warga Amerika bernama Ezekiel pada 1 Januari 2017. Pada 18 Maret 2018, pasangan itu dikaruniai seorang putra yang diberi nama James.

Demikianlah kisah hidup aktivis HAM, Park Yeon Mi. Semoga perjuangannya bisa memotivasi lebih banyak anak muda agar lebih peduli dan kritis terhadap berbagai isu kemanusiaan yang banyak beredar di dunia.

Baca Juga: 5 Perempuan Aktivis HAM Paling Berpengaruh di Indonesia

Suarcani Photo Verified Writer Suarcani

Penulis yang seringkali baper dengan kisah karangannya sendiri.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya