5 Toxic Positivity dalam Film Inside Out, Pernah Mengalami?

Segala perasaan patut divalidasi

Berpikir positif memang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan dukungan terhadap diri sendiri. Berpikir positif juga meyakinkan kita bahwa suatu masalah pasti akan ada solusinya.

Namun, berpikir positif secara berlebihan juga dapat berdampak buruk. Istilah yang sering kita dengar, yakni toxic positivity.

Positive thinking dengan mengabaikan emosi negatif serta optimisme yang berlebihan dapat mengarahkan kita pada stres. Komunikasi juga jadi terganggu, karena kita selalu menutupi perasaan kita yang sebenarnya.

Toxic positivity dilukiskan dalam film Disney garapan Pixar, yakni Inside Out (2015). Film animasi ini berfokus pada karakter emosi yang ada pada diri Riley, yaitu Joy, Sadness, Fear, Disgust, dan Anger.

1. Menekan emosi negatif dengan selalu berpikir positif 

5 Toxic Positivity dalam Film Inside Out, Pernah Mengalami?cuplikan film Inside Out (dok. Pixar Animation Studio/Inside Out)

Dalam Inside Out, Joy menjadi representasi dari rasa senang. Ia yang memegang kendali utama dan berperan menjadi pemimpin bagi emosi lainnya. Menjadikan Riley anak yang bahagia adalah tugas utamanya. Dengan tuntutan untuk selalu bahagia, ia jadi menekan emosi lain untuk tidak memegang kendali.

Pasti kamu pernah merasakannya juga, kan? Ketika menghadapi masalah, alam bawah sadar kita memberi isyarat kepada kita untuk selalu berpikir positif.

Namun, ada kalanya kita menjadi terlena dan lupa bahwa ada bahaya yang mungkin akan datang karena terlalu berpikir positif. Itulah mengapa berpikir positif terkadang bisa menjadi hal yang toxic, karena memaksa perasaan yang asli untuk terkubur.

2. Memaksakan diri untuk selalu bahagia 

5 Toxic Positivity dalam Film Inside Out, Pernah Mengalami?cuplikan film Inside Out (dok. Pixar Animation Studio/Inside Out)

Joy selalu mengatakan “be positive” kepada dirinya maupun orang lain ketika menghadapi kesulitan. Namun, yang terjadi justru pulau-pulau kepribadian Riley menjadi hancur satu per satu.

Di sisi lain, Riley kewalahan dalam mengendalikan perasaannya setelah pindah rumah. Komunikasi dengan keluarga dan sahabatnya menjadi renggang. Ia juga kehilangan minat pada hobi yang dilakukannya sejak kecil.

Kata-kata "Semua akan baik-baik saja" tanpa mencari solusi hanya akan memperburuk masalah. Dalam menghadapi masalah, memaksakan diri untuk selalu bahagia juga bukanlah solusi yang tepat.

Sebagai manusia, merasakan sedih, takut, dan cemas adalah hal yang normal. Alih-alih memaksakan diri untuk selalu merasa bahagia dan memberi tekanan pada diri, komunikasikanlah perasaanmu yang sebenarnya.

3. Tidak mengakui emosi negatif yang ada dalam diri 

dm-player
5 Toxic Positivity dalam Film Inside Out, Pernah Mengalami?cuplikan film Inside Out (dok. Pixar Animation Studio/Inside Out)

Joy beberapa kali mengabaikan perasaan negatif yang ada pada diri Riley. Contohnya, ketika Sadness, Fear, Disgust atau Anger memberikan saran, Joy selalu mengabaikan dan mengarahkan untuk selalu berpikir positif. Joy juga pernah berusaha meninggalkan Sadness untuk kembali sendirian, ketika menemukan jalan kembali ke pusat kendali. 

Positif dan negatif adalah hal yang sewajarnya berdampingan. Layaknya yin dan yang, ada hitam di atas putih, juga ada putih di atas hitam. Jadi, tidak perlu khawatir ketika kamu merasakan emosi negatif dalam diri. Keluarkan emosi negatif tersebut agar kita dapat merasa lega dan berpikir lebih positif.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Buruk yang Memicu Sikap Toxic Positivity

4. Menghindari perasaan sedih 

5 Toxic Positivity dalam Film Inside Out, Pernah Mengalami?cuplikan film Inside Out (dok. Pixar Animation Studio/Inside Out)

Dalam salah satu adegan, Joy memerintah Sadness untuk selalu berdiri dalam lingkaran setelah mengubah memori inti menjadi biru. Joy berusaha untuk mencegah Riley merasa sedih dan tetap menjadi anak yang bahagia. Hingga akhirnya, Joy menyadari bahwa Sadness juga berperan untuk menjadikan Riley anak yang ceria.

Bahagia tidak serta merta datang karena perasaan senang. Bahkan, orang yang paling bahagia di dunia sekalipun parti pernah merasakan sedih.

Menangis, mengeluh, dan meratap karena sedih merupakan perasaan yang normal. Tidak seharusnya kita malu dan menghindari dengan perasaan tersebut, karena semua orang juga pasti merasakannya.

5. Merasa bersalah ketika sedih 

5 Toxic Positivity dalam Film Inside Out, Pernah Mengalami?cuplikan film Inside Out (dok. Pixar Animation Studio/Inside Out)

Ketika semua pulau kepribadian Riley hancur, Joy menyalahkan dirinya sendiri. Begitu pula Sadness yang selalu merasa bersalah ketika memori inti Riley berubah menjadi biru dan merasa tidak berguna karena telah merusak kebahagiaan Riley. Di lain sisi, Riley merasa bersalah untuk mengakui perasaan sedih kepada orangtuanya.

Tak perlu takut melukai orang lain, apalagi meminta maaf, hanya karena kamu merasa bersedih. Tak ada yang salah dengan perasaan sedih, karena merasa sedih bukanlah tindakan kriminal.

Ketika masalah menjadi semakin berat dan kita tak mampu menanggungnya, maka bersedihlah. Bisa jadi perasaan sedih itulah yang kemudian membantu kita melangkah menghadapi masalah tersebut.

Menjadi bahagia memang tujuan semua orang, tapi untuk mencapai kebahagiaan ada perasaan negatif yang mengiringi dan tidak perlu dihindari. Akui bahwa perasaan negatif itu ada dalam diri kita, dan juga berperan untuk membentuk kepribadian kita. Jadi, jangan gengsi untuk akui perasaan negatif, ya!

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Validasi Orang Tak Bikin Hidup Bahagia

Alifia Purnomo Photo Verified Writer Alifia Purnomo

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya