5 Nilai Kehidupan di Novel Fish in the Water, Mendalam!

Novel yang menyejukkan seperti air laut

Fish in the Water merupakan novel pertama karya musisi Akdong Musician, Lee Chanhyuk. Novel ini dirilis bersamaan dengan album ke-3 Akdong Musician yang bertajuk 'Sailing' pada 26 September 2019. Setelah rilis, Fish in the Water memuncaki peringkat penjualan buku terbaik pada toko buku offline maupun online. Hal ini menjadi sebuah pencapaian luar biasa dan tidak biasa karena novel debut menjadi best seller

Novel ini berpusat pada dua tokoh bernama Seon dan Haeya. Diceritakan Seon memiliki tekad untuk mencari arti seniman yang sebenarnya, sedangkan Haeya adalah kekasih Seon yang memiliki kecintaan terhadap laut dan menyukai kebebasan.

Cerita yang disuguhkan lebih dari sekedar hubungan antara Seon dan Haeya. Fish in the Water memberikan arti kehidupan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengusik pikiran. Gaya penulisan novel begitu menyentuh, membuat pembaca hanyut bersama cerita.

Namun penyampaian yang filosofis dan alur yang maju mundur mengharuskan pembaca berpikir dan memahami dalam waktu yang lama. Hal ini menyebabkan interpretasi masing-masing pembaca bisa berbeda. Lalu apa saja nilai kehidupan di dalam novel ini yang membuat kita bisa relate?

1. Kita pasti akan mengalami pertemuan dan perpisahan

5 Nilai Kehidupan di Novel Fish in the Water, Mendalam!Ilustrasi dek kapal (pexels.com/Mert Kayalı)

Seon dan Haeya pertama kali bertemu di dek kapal. Dikisahkan Seon hendak menyelamatkan Haeya dari ombak ganas. Dari insiden tersebut, Seon mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama dan meningkatkan intensitas ketertarikannya dengan menemui Haeya di restoran prasmanan di suatu pulau. Hingga akhirnya Seon dan Haeya memutuskan menjalani hidup bersama.

Namun hal tersebut tidak berlangsung selamanya, karena Haeya lebih menyukai dan memimpikan hidup bersama laut. Ia memiliki pemikiran bahwa ketakutannya dalam hidup tidak ada apa-apanya dibandingkan ombak. Pasangan kekasih tersebut berpisah di tengah laut dan Haeya pun mati ditelan ombak.

Sama seperti Seon dan Haeya, kita dapat bertemu dengan seseorang di mana saja dan kapan saja tanpa kita duga. Tetapi kita tidak selalu hidup bersama jika mereka memiliki prinsip atau pemikiran yang telah tertanam jauh di dalam dirinya. Kita juga tidak bisa memaksakan apa yang kita hendaki, dan lebih baik mengikhlaskannya.

2. Kebahagiaan dan impian seseorang tidak bisa dianggap remeh

5 Nilai Kehidupan di Novel Fish in the Water, Mendalam!Ilustrasi kafe (pexels.com/Rachel Claire)

Bagian ini berdasarkan cerita Seon yang sedang duduk di dalam kafe dan tidak sengaja mengamati seorang pria yang menjadi petugas kebersihan dari kejauhan. Lalu ia memutuskan untuk membantu pria tersebut hingga rasa penasaran pun muncul. Seon ingin tahu mengapa pria itu memilih pekerjaan sebagai petugas kebersihan.

Pria itu menjelaskan bahwa ia bercita-cita untuk membuat dunia bahagia. Nilai kebahagiaan tiap orang berbeda-beda sehingga mustahil mewujudkannya satu per satu. Implementasi kebahagiaan yang dipilih adalah dengan membuat tempat-tempat bersih dari sampah. Hal tersebut dapat melindungi manusia dan bumi dari bahaya, seperti kekumuhan dan tiang telepon yang ambruk akibat tumpukan sampah.

Hendaknya kita tidak menganggap sepele nilai kebahagiaan dan cita-cita seseorang. Kebahagiaan dan cita-cita seseorang sejatinya berawal dari pengalaman dan pemikiran yang tumbuh di dalam masing-masing individu, tidak hanya berdasarkan dari seberapa banyak uang atau teman yang kita miliki.

3. Kebebasan yang menentukan adalah diri sendiri

5 Nilai Kehidupan di Novel Fish in the Water, Mendalam!Ilustrasi padang gelagah (pexels.com/Soly Moses)

Pasti kita setuju jika kita memiliki arti kebebasan masing-masing. Kita memegang kendali atas apa yang ingin dilakukan untuk merasa bebas dan tidak boleh ada orang lain yang menginterupsi.

Diambil dari cerita Seon dan Haeya sedang menghabiskan waktu bersama di padang gelagah berwarna keemasan yang membentang seperti lukisan raksasa. Mereka pun berlari dengan riang kemudian berbaring di tengah padang tersebut.

Tiba-tiba Seon berpikir jika seandainya saat itu merupakan kebebasan terakhir yang bisa dinikmati. Seon pun menjalankan ide aneh yaitu melempar baju dan celananya, lalu berlari di tengah padang dalam keadaan telanjang bulat. Pada saat itulah ia tidak memikirkan hukum dan konsekuensi akibat perbuatannya tersebut.

Setelah cerita tersebut, terdapat sepenggal lirik yang ditulis oleh Lee Chanhyuk.

Bernapas adalah freedom

dm-player

Menatapku adalah freedom

Mencintaiku adalah freedom, mengenalku adalah freedom

Menyanyi adalah freedom

Menari adalah freedom

Berpihak kepadaku adalah freedom, Anti also free

Baca Juga: 6 Rekomendasi Novel yang Promosikan Maskulinitas Positif

4. Hargai dan habiskan waktu bersama orang tersayang

5 Nilai Kehidupan di Novel Fish in the Water, Mendalam!Ilustrasi zebra cross (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Suatu malam di suatu penginapan, Seon merasa tidak ingin tidur karena dilanda ketakutan akan kehilangan Haeya. Ia pun terus berdoa agar ketakutan tersebut tidak terjadi keesokan harinya.

Pada hari-hari selanjutnya, Seon dan Haeya melakukan hal aneh lainnya yaitu menyebrang zebra cross menggunakan seragam penjara. Seon membungkuk dan menggendong Haeya seperti seekor zebra. Menunggangi zebra dan menyebrang jalan adalah keinginan Haeya. Oleh karena itu, Seon berusaha mewujudkan keinginan dan menjadi harapan bagi Haeya.

Kesimpulannya, selagi kita masih ada waktu bersama orang-orang terkasih, jangan lupa luangkan waktu bersama mereka. Kita tidak akan tahu kapan kita akan berpisah dari orang tersebut. Sebisa mungkin kita sempatkan waktu untuk memenuhi keinginan orang yang kita sayangi.

5. Jangan terus larut dalam kesedihan

5 Nilai Kehidupan di Novel Fish in the Water, Mendalam!Ilustrasi kafe tepi pantai (pexels.com/Igor Starkov)

Kesedihan pasti akan muncul dalam suatu waktu dan tentu akan hilang tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tetapi jangan terus terpuruk, karena masih banyak hal di dunia yang masih bisa kita nikmati. Sama seperti cerita Seon di bawah ini.

Setelah Haeya tiada, Seon seperti kehilangan setengah nyawanya. Namun, ia harus menghadapi kenyataan. Sambil bangkit dari keterpurukan sedikit-sedikit, Seon mendirikan sebuah kafe di daerah tepi pantai.

Di tengah proses pembangunan kafe, Seon bertemu seseorang bernama Yangi. Yangi adalah orang yang pindah dari kota akibat rasa muak dan memutuskan pindah ke tempat baru. Saat Yangi bertemu Seon, Seon dalam keadaan berantakan.

Beberapa lama kemudian, Seon mulai hidup normal perlahan-lahan meskipun jam tidurnya bertukar waktu.

“Kau harus tetap hidup, bertahanlah sekuat tenaga, ingatlah namaku”

Itulah yang dikatakan laut

Yang pintar menyanyi dan menyukai sepi

Itulah beberapa nilai kehidupan yang ada di dalam novel Fish in The Water karya Lee Chanhyuk. Semoga kalian dapat merenungi dan menemukan jawaban atas permasalahan yang kalian alami, ya.

Baca Juga: 12 Film Korea tentang Misteri Pembunuhan yang Diadaptasi dari Novel

Almira Tsaniya Ardiani Photo Writer Almira Tsaniya Ardiani

Dreamer, a rookie writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya