Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam Jambi

Rela bolak-balik masuk hutan untuk berantas buta aksara SAD

Suku Anak Dalam (SAD) atau masyarakat sekitar menyebut Suku Kubu, adalah salah satu suku yang hidup di rimba Pulau Sumatra. Mayoritas dari mereka berada di Provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasinya sekitar 200.000 orang dan sisanya ada di Sumatera Selatan. 

Reny Ayuri atau lengkapnya Reny Ayu Wulandari, putri asli Jambi yang memiliki perhatian khusus pada Suku Anak Dalam. Sejak lulus sarjana matematika dari Universitas Jambi pada 2015 lalu, Reny memutuskan untuk mengabdi mengajar Suku Anak Dalam membaca, menulis, dan menghitung.

Sebagai keturunan Jambi , Reny merasa bertanggung jawab atas kemajuan Suku Anak Dalam yang tertinggal karena hidup di rimba. Perjuangan, konsistensi serta ketulusannya dalam mendidik Suku Anak Dalam membawanya mendapatkan penghargaan. Dalam bidang pendidikan melalui komunitas Sobat Eksplorasi Anak Dalam (SEAD), Reny mendapatkan penghargaan kategori pendidikan dari Satu Indonesia Award 2022 yang diadakan oleh Astra Indonesia.

Bagaimana kisah Reny hingga menerima penghargaan Satu Indonesia Award ini? Yuk, simak ceritanya!

Baca Juga: Biografi Raden Dewi Sartika, Tokoh Pejuang Pendidikan bagi Perempuan

1. Berawal dari rasa malu sebagai warga Jambi yang acuh terhadap Suku Anak Dalam

Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam JambiKegiatan belajar Suku Anak Dalam (instagram.com/SEAD_Jambi)

Reny yang lahir di Jambi dan Suku Anak Dalam yang banyak berada di Jambi, membuatnya berpikir  apa yang dapat ia perbuat untuk Suku Anak Dalam. Menurutnya banyak anak muda Jambi yang tahu keberadaan Suku Anak Dalam, tetapi tidak ada yang pernah berani mencoba masuk ke sana karena berada di dalam hutan.  Karena itulah ia akhirnya mengambil keputusan untuk mencoba masuk hutan menemui Suku Anak Dalam. Reny mengajak beberapa temannya saat pertama kali mengunjungi Suku Anak Dalam. 

"Saya terlahir di Jambi dan Suku Anak Dalam kebanyakan berada di Jambi juga. Saya malu, harusnya kami dari Jambi yang pertama turun dan saya berpikir apa yang bisa saya perbuat untuk mereka?"

Reny mengaku kesulitan mendapatkan kepercayaan Suku Anak Dalam untuk mengajarkan aksara, membaca, dan menulis. Ini terjadi karena Suku Anak Dalam masih sangat erat dengan adat istiadat yang melarang mengenal aksara, membaca, dan menulis. Kendati demikian hal tersebut tidak menyurutkan semangat Reny dan teman-temannya. Dengan melihat langsung kondisi Suku Anak Dalam, semakin memberinya inspirasi apa saja yang harus ia lakukan untuk mereka.

2. Tiap hari bolak-balik masuk hutan untuk mengajar, menggunakan sepeda motor dengan kondisi jalan yang buruk

Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam JambiKondisi jalan dalam hutan (instagram.com/sead_jambi)

Reny rela memacu sepeda motornya setiap hari dari pusat kota tempat ia tinggal ke rimba. Melalui jalanan tanah berpasir, tergelincir hingga jatuh sudah biasa baginya. Akan lebih sulit lagi ketika musim hujan, jalan akan semakin licin. Karena jarak tempuh yang jauh dari pusat kota ke rimba, Reny pun hanya dapat mengajar satu atau dua jam. Reny harus pulang sebelum sore agar tidak melewati hutan dalam gelapnya malam. 

Saat awal Reny mengajar di rimba, ia harus mendatangi rumah Suku Anak Dalam satu per satu. Karena belum memiliki tempat khusus untuk mengajar. Sebelum ia dapat mengajar Suku Anak Dalam, Reny melakukan pendekatan khusus dengan mereka hingga Reny mendapat kepercayaan dari warga Suku Anak Dalam. 

Baca Juga: Kisah Adi Dirikan Locarpet Craft, Pelopor Karpet Custom di Indonesia!

3. Menetap di Rimba untuk lebih dekat dengan Suku Anak Dalam

Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam JambiPotret tempat tinggal Reny di Rimba(instagram.com/renyayuri)
dm-player

"Pada awal Agustus 2017, saya memutuskan untuk tinggal langsung berdampingan dengan SAD. Melalui program Jambi Merang Mengajar ole CSR Pertamina Hulu Energi, saya mendapatkan kesempatan untuk live in tinggal di tengah hutan belantara di Muara Medak." 

Keputusan Reny itu pun disambut baik oleh warga Suku Anak Dalam. Reny mendapat dukungan dengan dibuatkan pondok di pinggir sungai, untuk tepat ia tinggal. Dan juga diberikan piring, gelas, serta peralatan dapur oleh ibu-ibu Suku Anak Dalam. 

Di malam pertamanya, rasa takut dan  cemas Reny hilang karena kedatangan 15 orang anak yang menghibur dan menemaninya. Hari pertama Reny dilakoninya dengan gaya hidup ala Suku Anak Dalam. Ia belajar bagaimana sungai sebagai sumber kehidupan tidak boleh dikotori. Suku Anak Dalam tidak pernah buang air besar di pinggir sungai. Reny pun semakin memiliki hubungan erat dengan Suku Anak Dalam, sehingga membuat Reny semakin ingin terus dekat dengan mereka.

4. Mengajar di alam terbuka hutan dan sungai

Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam JambiMengajar di alam terbuka (instagram.com/sead_jambi)

Awalnya proses mengajar diadakan di rumah pimpinan Suku Anak Dalam yang disebut Tumenggung. Namun ternyata anak-anak lebih suka belajar di alam terbuka. Reny pun mengerahkan segala kreativitasnya agar anak-anak belajar dengan menyenangkan. 

Reni mengadakan kelas di hutan dan di sungai. Terkadang ia menggantungkan angka dan huruf dalam lembaran kertas pada sebatang pohon. Dan anak-anak akan memanjat pohon itu untuk mengambil  huruf yang disebutkan Reny. Atau Reny akan membuat kayu-kayu yang telah ditempeli huruf dan angka lalu ditancapkan di sungai. Dan anak-anak akan berenang meraih huruf yang dibacakan. 

Pola mengajar seperti ini akan terus berkembang dan berubah menyesuaikan kondisinya. Tidak hanya mengajarkan huruf dan angka, Reny juga mengenalkan berbagai jenis warna, nama hewan dan tumbuhan. Targetnya adalah setingkat Sekolah Dasar. 

5. Membuat komunitas SEAD adalah wujud keseriusannya untuk terus membantu Suku Anak Dalam

Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam JambiTom relawan Sead Jambi (instagram.com/sead_jambi)

Komunitas SEAD Jambi dibangun oleh Reny bersama satu rekannya, memiliki tujuan menjadi wadah bagi para anak muda Jambi yang ingin berkontribusi untuk Suku Anak Dalam. Tagline SEAD adalah memberantas buta huruf di Suku Anak Dalam, maka dari itu program utamanya adalah pendidikan dasar. 

Namun kini Sead telah berkembang memiliki banyak program lain, seperti di bidang lingkungan, kesehatan, sosial, dan yang lainnya. SEAD memiliki tiga desa binaan yaitu, Desa Muara Medak, Desa Skaladi, serta Desa Koto Boyo. Kian hari jumlah murid SEAD pun bertambah. Tak hanya jumlah murid binaan yang bertambah, jumlah relawan pun bertambah. Karena inisiatif SEAD ini  banyak memotivasi mahasiswa dan anak-anak muda Jambi lainnya untuk bergabung dengan komunitas sosial ini untuk menjadi relawan pengajar bagi anak rimba Jambi. 

 

Bagi Reny anak-anak Suku Anak Dalam memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan memiliki mimpi layaknya anak-anak lain pada umumnya. Tidak ada yang lebih membanggakan baginya selain melihat anak-anak ini bisa memiliki pilihan dalam hidup dan memiliki cita-cita. 

Tugas Reny dan SEAD kini adalah membantu anak-anak SAD untuk meraih cita-citanya. Selain itu Reny pun tidak bisa tutup mata atas kondisi lingkungan, kesehatan, maupun sosial di rimba. Oleh karena itu SEAD pun memiliki kegiatan lain selain belajar-mengajar, yakni memberi bantuan pangan juga fasilitas kesehatan, dan yang lainnya. 

Aktivitas Reny ini pula yang membawanya dapat meneruskan studi S2 di Belanda. Sosok seperti Reny ini sangat inspiratif  bagi pemuda Indonesia lainnya, untuk terus berjuang membangun Negeri sendiri. Tersenyumlah Indonesia memiliki Reny dan SEAD yang sangat berpengaruh untuk kemajuan daerah dan Negeri ini. Untuk itu Reny dan SEAD butuh bantuan serta dukungan kita semua seluruh lapisan masyarakat, khususnya pemerintah untuk lebih berkembang memajukan masyarakat rimba. Sudah sepatutnya kita peduli dengan anak bangsa Indonesia lainnya dengan kondisi seperti SAD ini, karena Kita Satu Indonesia! 

Baca Juga: Kisah Adi Dirikan Locarpet Craft, Pelopor Karpet Custom di Indonesia!

Anisy Kurly Photo Writer Anisy Kurly

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya