5 Kebiasaan Toxic yang Sering Diwajarkan, Padahal Buruk

Kebiasaan toxic apa nih yang gak sadar pernah kamu lakuin?

Disadari atau tidak, sebenarnya kebiasaan normal yang sering kita lakukan sehari-hari bisa berujung toxic. Misalnya, kebiasaan mengadu nasib ketika seseorang sedang bercerita tentang masalahnya. Lalu apa sih sebenarnya sifat toxic itu? 

Dilansir Time, pakar komunikasi dan psikologi asal California Lillian Glass mendefinisikan, sifat toxic adalah hubungan apa pun antara orang yang tidak saling mendukung. Memang setiap hubungan bisa saja mengalami mengalami pasang surut, namun Glass mengatakan bahwa hubungan toxic secara terus menerus tidak menyenangkan dan menguras tenaga orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Sedangkan, dr. Kristen Fuller, seorang dokter spesialis kesehatan mental dari California, menambahkan bahwa hubungan beracun atau toxic secara mental, emosional, dan bahkan mungkin secara fisik merusak salah satu atau semua orang yang terlibat di dalamnya. Lantas saja kebiasaan toxic yang sering diwajarkan tersebut? Simak ulasannya berikut, ya!

 1. Menganggap sepele masalah orang lain

5 Kebiasaan Toxic yang Sering Diwajarkan, Padahal Burukilustrasi seorang wanita meremehkan masalah (Pexels.com/ Liza Summer)

Mendengarkan cerita seseorang merupakan bentuk support bahwa kita bisa menjadi pendengar yang baik. Namun niat hati ingin memberikan solusi, terkadang apa yang kita ucapkan justru menyepelekan perasaan mereka. Kebiasaan seperti ini menjadi hal toxic sebenarnya sering diwajarkan. 

Padahal, ketika seseorang menceritakan masalahnya, berarti ia ingin mengurangi beban masalah yang sedang dirasakan. Jadi sebelum nge-judge, kita perlu mendengarkan ceritanya hingga akhir. Kalau mereka memang membutuhkan saran, kita boleh kasih solusi terbaik tanpa harus meremehkan, ya.

 2. Mengadu nasib buruk saat seseorang bercerita

5 Kebiasaan Toxic yang Sering Diwajarkan, Padahal Burukilustrasi seorang pria memiliki masalah (Pexels.com/ Rodnae Production)

Hampir sama dengan poin sebelumnya, mengadu nasib buruk juga menjadi kebiasaan toxic yang sering diwajarkan. Misalnya, ketika seseorang bercerita tentang masalahnya, kamu menceritakan masalah diri sendiri yang lebih buruk.

Niatnya mungkin baik. Kamu mungkin ingin mereka tetap berpikir positif dan gak menganggap bahwa masalahnya paling besar. Namun hati-hati ini malah bisa berujung toxic positivity, ya.

Dilansir Healthline, psikolog dari Pennsylvania Dr. Jaime Zuckerman menyebutkan, toxic positivity adalah asumsi, baik dari diri sendiri maupun orang lain, bahwa meskipun seseorang mengalami penderitaan emosional yang sulit, mereka seharusnya hanya boleh berpikir positif. 

Padahal, kadar toleransi atau ketahanan mental seseorang dalam menerima sebuah masalah berbeda-beda. Kita gak bisa menghakimi seseorang dengan melakukan perbandingan. Alih-alih merasa tenang, justru ini bisa bikin mereka semakin gak berharga atau bahkan merasa stres dan depresi.

Baca Juga: 5 Alasan Lebih Baik Putus Kalau Hubungan Sudah Terlalu Toxic

 3. Terus-menerus bertanya kapan menikah

dm-player
5 Kebiasaan Toxic yang Sering Diwajarkan, Padahal Burukilustrasi seorang wanita merenung (Pexels com/ Cottonbro)

Pertanyaan kapan menikah sebenarnya menjadi hal yang wajar ditanyakan. Mungkin ini bisa jadi bentuk kepedulian mereka kepada kita. Namun jika itu terus-menerus ditanyakan, lama-lama bisa jadi toxic, ya.

Pasalnya, seseorang yang belum menikah itu pasti memiliki alasan tersendiri. Bisa jadi ia masih mengumpulkan biaya untuk menikah, sudah berusaha namun belum bertemu jodoh yang tepat. Atau mungkin ia sedang memulihkan diri dari trauma masa lalu, dan sebagainya.

Dengan kamu terus-menerus bertanya kapan menikah, otomatis akan menambah beban dipundaknya. Daripada seperti itu, akan lebih baik jika kita saling memberikan support. Mungkin dengan cara membantu ia mendapatkan ruang yang nyaman untuk mendapatkan cintanya atau mendoakan agar ia segera bertemu dengan jodoh terbaik.

 4. Berkomentar tentang fisik seseorang

5 Kebiasaan Toxic yang Sering Diwajarkan, Padahal Burukilustrasi seorang wanita rendah diri (Pexels.com/ Rafael Barros)

Disadari atau tidak, sebagian besar orang kerap melakukan body shaming dan menganggap itu hal wajar. Entah alasannya karena bercanda, untuk mencairkan suasana, atau iseng belaka. Padahal berkomentar tentang fisik adalah sikap toxic yang bisa menimbulkan dampak negatif.

Misalnya nih kamu melontarkan komentar tentang tubuh seseorang yang terlalu kurus itu gak sehat. Meskipun terlihat perhatian, tindakan seperti ini termasuk body shaming, lho. Bisa jadi, mereka akan kehilangan kepercayaan diri atau bahkan menyebabkan gangguan mental.

Daripada berujung body shaming, kita harus mengurangi kebiasaan buruk ini, ya. Misalnya dengan menyadari bahwa setiap orang itu gak ada yang sempurna, berhenti sibuk mengomentari orang lain, atau mungkin cari topik yang lebih seru untuk dibicarakan.

 5. Meremehkan pengalaman orang lain

5 Kebiasaan Toxic yang Sering Diwajarkan, Padahal Burukilustrasi seorang pria putus asa (Pexels.com/ Craig Adderley)

Selain mengomentari fisik, tanpa sadar kita juga pernah meremehkan orang lain, kan. Misalnya, kamu menganggap pengalaman orang lain lebih rendah dari pengalaman diri sendiri. Padahal, ini adalah sikap toxic yang merugikan orang lain dan diri sendiri.

Sebab dalam jangka panjang, kebiasaan meremehkan ini akan membuat kita lupa cara menghargai orang lain. Kita akan merasa paling superior dan cenderung egois. Alhasil, kita akan kurang dipercaya di lingkungan sosial atau bahkan sulit berkembang.

Jadi, meskipun terlihat wajar, meremehkan adalah perilaku toxic, ya. Dibanding seperti itu, akan lebih baik jika kita belajar dan saling berbagi pengalaman satu sama lain. Selain mempererat hubungan,  sikap ini malah akan membuat kita akan berkembang.

Jadi, apa nih hal-hal toxic yang secara gak sadar pernah kamu lakuin? Meskipun kebiasaan di atas sering diwajarkan, namun gak selalu bisa dibenarkan, ya. Sebab perilaku toxic, lama-lama bisa berpengaruh buruk pada mental atau kepercayaan diri seseorang.

Baca Juga: 5 Lingkungan Toxic yang perlu Diwaspadai, Jangan Terlena!

Aprilia Nurul Aini Photo Verified Writer Aprilia Nurul Aini

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya