L'Oréal for The Future: Berkomitmen Kurangi Sampah Plastik

Hadirkan kemasan 100 persen daur ulang di 2025

Jakarta, IDN Times - L'Oréal Indonesia  berkomitmen melalui L'Oréal for the Future (L4TF) dalam upaya mempercepat pengurangan dan penanggulangan sampah plastik di Indonesia. Hal tersebut disampaikan saat press conference di Bale Nusa, Kebayoran, Selasa (6/12/2022).

"Di L'Oréal, kami memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia. Hari ini kami menegaskan komitmen kami terhadap keberlanjutan melalui L'Oréal For The Future yang merupakan bagian tak terpisahkan dari L'Oréal Indonesia," ujar Junaid Murtaza, selaku Presiden Direktur L'Oréal Indonesia.

L4TF juga merupakan strategi pembangunan berkelanjutan dan memiliki komitmen jangka panjang untuk mengatasi isu sosial lingkungan yang ada di Indonesia hingga 2030. L'Oréal Indonesia menargetkan untuk mencapai pengurangan 78 persen penggunaan virgin plastic dan 26 persen pengumpulan sampah kemasan melalui kolaborasi daur ulang di tahun 2025.

1. Kemasan 100 persen daur ulang di 2025

L'Oréal for The Future: Berkomitmen Kurangi Sampah PlastikPress conference L'Oréal for the Future di Bale Nusa, Kebayoran, Selasa (6/12/2022). (IDN Times/Aprodithe Kyrie)

L'Oréal for the Future menyadari peran penting produsen dalam mengurangi timbulan sampah kemasan paska konsumennya. Karena itu, L'Oréal Indonesia terus bertransformasi dan berinovasi menghadirkan produk dengan kemasan ramah lingkungan, dengan tujuannya yang akan menggunakan 100 persen bahan daur ulang pada kemasan plastik rigid di 2025.

"Dengan beralih ke recycle materials, komitmennya cukup ambisius dimana 2025, 100 persen kemasan kita yang sifatnya dari plastik akan kembali ke recycle material," ujar Mohamad Fikri, selaku Director of Corporate Responsibility, L'Oréal Indonesia.

Selain itu L'Oréal juga akan melakukan pembatasan, yakni mengurangi 20 persen intensitas kemasan produk di 2030, dan pemanfaatan kembali yakni mengumpulkan dan mendaur ulang sampah paska konsumen. Untuk kemasan brand Garnier sudah mencapai 37 persen penggunaan virgin material.

2. Tiga pilar strategi L4TF

L'Oréal for The Future: Berkomitmen Kurangi Sampah PlastikPress conference L'Oréal for the Future di Bale Nusa, Kebayoran, Selasa (6/12/2022). (IDN Times/Aprodithe Kyrie)

L'Oréal for the Future memiliki strategi yang dibagi menjadi tiga pilar utama untuk mengatasi isu sosial di Indonesia. Ketiga pilar tersebut yaitu bertransformasi untuk memastikan aktivitas perusahaan kami menghormati batasan-batasan planet, memberdayakan ekosistem bisnis untuk bertransisi menghadirkan bisnis yang lebih berkelanjutan, serta berkontribusi mengatasi tantangan dunia, termasuk pemecahan isu sampah plastik di Indonesia.

"Percepatan komitmen kita untuk menjadi lebih ambisius untuk mengatasi isu sosial lingkungan yang ada di Indonesia yang kita set targetnya sampai tahun 2023," ujar Mohamad Fikri.

Tak hanya soal sampah plastik, L'Oréal for the Future juga mencakup enam topik utama. Enam topik utama tersebut diantaranya air, iklim, keanekaragaman hayati, pemberdayaan komunitas, dampak finansial, dan juga limbah.

3. Sampah plastik resmi menjadi tantangan global

L'Oréal for The Future: Berkomitmen Kurangi Sampah PlastikPress conference L'Oréal for the Future di Bale Nusa, Kebayoran, Selasa (6/12/2022). (IDN Times/Aprodithe Kyrie)
dm-player

Secara resmi dinyatakan bahwa sampah plastik sebagai polutan yang menjadi tantangan global. Sampah plastik termasuk dari bagian global triple crisis, yakni climate change, biodiversity loss, dan air pollution, yang sedang dihadapi di dunia. Upaya yang dilakukan L'Oréal merupakan bagian dari upaya bersama demi mengakhiri krisis yang akan dihadapi di masa mendatang.

"Ketika bicara sampah plastik, maka taruhannya adalah masa depan kita. Kita harus bertindak hari ini, kita melakukan sesuatu yang konkrit untuk masa depan yang baik, masa depan yang tidak mewariskan persoalan lingkungan yang khususnya timbul dari sampah plastik," ujar Ujang Solihin, selaku Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Sampah plastik yang dihasilkan oleh produk atau kemasan produk merupakan tanggungjawab produsen. Urusan sampah plastik kemasan yang ada di Indonesia, tidak lagi hanya menjadi urusan pemerintah. Sudah saatnya para produsen menjadi pioneer Indonesia berkomitmen bertangung jawab.

Baca Juga: 9 Fakta Eugene Schueller, Pendiri L'Oreal yang Mendunia

4. Kolaborasi menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik

L'Oréal for The Future: Berkomitmen Kurangi Sampah PlastikPress conference L'Oréal for the Future di Bale Nusa, Kebayoran, Selasa (6/12/2022). (IDN Times/Aprodithe Kyrie)

L'Oréal memiliki target di tahun 2025 agar 100 persen kemasannya dapat compostable, recyclable, dan reusable. Untuk mewujudkan hal tersebut, L'Oréal tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh kolaborasi Garnier dan eRecycle, dan kolaborasi bersama Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO).

"Bagaimana sampah kemasan tidak jadi persoalan atau permasalahan, bagaimana kemasan itu sampahnya bisa didaur ulang. Kuncinya melakukan ini adalah kolaborasi," ujar Ujang Solihin.

Ujang menambahkan, pemerintah tidak dapat berjalan sendiri dan butuh dukungan semua pihak untuk menanggulangi permasalahan sampah plastik. Kolaborasi yang dilakukan L'Oréal bersama mitra lainnya merupakan sebuah langkah untuk membantu pemerintah mewujudkan penanggulangan sampah plastik di Indonesia.

"IPRO sebagai suatu lembaga yang mendukung proses ini, disini juga ada eRecycle, para mitra pendaur ulang, para mitra waste collector, masyarakat dan community juga pasti dukung. Jadi kunci untuk menuju masa depan adalah kolaborasi," tambah Ujang.

5. Edukasi awareness masyarakat harus ditingkatkan

L'Oréal for The Future: Berkomitmen Kurangi Sampah PlastikPress conference L'Oréal for the Future di Bale Nusa, Kebayoran, Selasa (6/12/2022). (IDN Times/Aprodithe Kyrie)

IPRO sebagai lembaga yang berfokus pada daur ulang sampah kemasan, berharap di tahun depan dapat mengembangkan edukasi kepada masyarakat. IPRO berkolaborasi bersama dengan yang lainnya juga bertujuan untuk meningkatkan edukasi awareness mengenai sampah plastik kepada masyarakat.

"Makan permen, sampahnya buang keluar, ya masukin kantong atau masukin tong sampah yang proper, menurut saya itu sudah menjadi satu langkah yang besar," ujar Zul Martini Indrawati selaku General Manager IPRO.

Martini juga menambahkan, tidak hanya masyarakat, tapi seluruh pemangku kepentingan harua bijak untuk menangani dan mengelola sampahnya sendiri. Karena, memilah sampah tidaklah mudah dan tentu berdampak sangat besar.

Baca Juga: L’Oréal Indonesia Perkenalkan Tim Pemenang L’Oréal Brandstorm 2022

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya