Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman Autis

Masih banyaknya stigma negatif autisme di Indonesia

Stigma negatif bagi individu autis tidak dipungkiri masih sering terjadi. Autisme kerap dikatakatan sebagai penyakit, bahkan tidak jarang yang mengatakan sebagai penyakit menular.

Padahal, definisi autis dikutip dari laman temanautis.com adalah gangguan perkembangan neurologis atau kondisi neurodevelopmental disorders pada seseorang. Banyak masyarakat memandang individu autis sebagai orang gila, sukanya mengamuk, dan ada juga yang menganggapnya sebagai kutukan dalam keluarga.

Oleh karena itu, tidak jarang individu autis kerap mendapatkan perundungan dari teman-temannya, keluarga, atau orangtua yang denial (tidak terima akan kondisi anaknya yang didiagnosa autisme) terhadap sang buah hati. Selain itu, perlakuan diskriminatif lainnya dari lingkungan sekitarnya juga kerap dirasakan individu autis.

Hal-hal inilah yang membuat si anak tidak mendapatkan penanganan, perawatan, maupun terapi dengan sebaik-baiknya. Salah satu komunitas yang berada di Jakarta, Teman Autis, sangat konsen terhadap permasalahan seperti yang diutarakan di atas.

1. Tidak hanya biaya, orangtua memiliki beban psikologi yang berat 

Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman Autisilustrasi anak dengan autisme (unsplash.com/Caleb Woods)

Seperti diketahui, perawatan dan terapi untuk anak autis memerlukan biaya yang tidak sedikit, walaupun ada yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Keterbatasan informasi mengenai klinik maupun tempat merawat anak autis juga menjadi faktor orangtua tidak bisa maksimal untuk merawat anaknya.

Selain beban biaya, orangtua juga memiliki beban psikologis saat memiliki anak autis. Seperti yang dialami oleh Putu (nama samaran), seorang ibu rumah tangga di Denpasar, di mana anak sulungnya divonis autisme oleh dokter.

"Mungkin kalau dengan keluarga masih memaklumi kondisi anaknya. Namun, tidak begitu dengan orang di luar keluarga, terutama di sekolah. Guru, murid, hingga orangtua murid merasa tidak nyaman dengan kondisi anak kami yang terkadang mengamuk atau menangis tanpa sebab. Kami disarankan untuk memindahkan sekolah anak kami demi kenyamanan lingkungan sekolah," tutur Putu saat ditemui di rumahnya di Denpasar, Minggu (27/11/2022).

2. Teman Autis didirikan untuk memberikan pemahaman tentang autisme 

Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman AutisTeman Autis saat mengadakan acara pertama setelah rebranding dari Light It Up. (instagram.com/temanautis)

Putu tidak sendiri, masih banyak ibu-ibu yang memiliki anak autisme mengalami kisah serupa dengannya. Tentunya kisah-kisah ini terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai autisme di masyarakat.

Dilatar belakangi hal-hal seperti inilah pada akhirnya Alvinia Christiany bersama teman-temannya yang memiliki konsen yang sama untuk autisme membentuk sebuah wadah yang diberi nama Teman Autis pada 2018. Sebelumnya, Teman Autis dikenal dengan nama Light It Up Project.

Selain seperti kisah yang dialami Putu, Alvinia Christiany, co-founder Teman Autis, menemui beberapa hal penting yang dibutuhkan oleh para orangtua yang memiliki anak autisme.

"Saat diskusi dengan para orangtua, kita mengetahui bahwa mereka membutuhkan informasi mengenai klinik untuk terapi anak mereka. Informasi ini sebenarnya banyak di internet, tetapi masih tercerai-berai. Oleh karena itu, kami mengumpulkan informasi tersebut di Teman Autis," ungkap Alvinia Christiany saat diwawancarai pada Sabtu (26/11/2022).

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tujuan lain dari Teman Autis adalah menciptakan kesadaran autisme dengan cara memberikan informasi berkaitan dengan autisme tidak hanya ke orangtua tapi juga ke masyarakat umum yang masih awam, sehingga mereka bisa lebih memahami tentang autisme.

"Jadi kami memiliki dua tujuan utama saat mendirikan Teman Autis, yaitu membantu orangtua dan meningkatkan kesadaran autisme di kalangan masyarakat umum," tutur perempuan yang bekerja sebagai desain interior ini.

3. Beberapa hal yang membedakan Teman Autis dengan komunitas serupa lainnya 

Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman Autissalah satu kegiatan dari Teman Autis (instagram.com/temanautis)

Saat ini, komunitas yang konsen mengenai permasalahan autisme ini cukup banyak. Teman Autis hadir dengan konsep berbeda dengan komunitas lainnya.

dm-player

Menurut Alvinia, perbedaan Teman Autis dengan komunitas lainnya adalah Teman Autis dapat dikatakan sebagai suatu jembatan antara komunitas, klinik, dan tempat terapi yang ada dengan orangtua maupun masyarakat umum.

"Kami menggabungkannya dalam satu wadah, tidak membuat sesuatu yang baru. Hal ini bertujuan agar para orangtua atau masyarakat yang memerlukan informasi terkait autisme bisa dengan mudah mendapatkannya di website Teman Autis," ujar Alvinia Christiany.

Lebih lanjut, Alvinia mengungkapkan bahwa ada hal unik saat menggabungkan beberapa komunitas ini, karena masing-masing memiliki "aliran" atau cara masing-masing dalam menangani pasien autisme.

"Kami cuma berusaha menjadi senetral mungkin, sehingga bisa mengakomodasi keinginan masing-masing komunitas atau instansi ini," ungkap Alvinia.

Perbedaan inilah yang menjadikan Teman Autis terpilih sebagai pemenang Satu Indonesia Awards 2022. Seperti diketahui, Alvinia Christiany bersama Teman Autis terpilih menjadi salah satu pemenang Satu Indonesia Awards 2022.

Keikutsertaan Teman Autis berawal saat mereka menerima undangan dari Astra Indonesia sebagai penyelenggara penghargaan tahunan ini untuk menjadi peserta karena telah memenuhi persyaratan. Setelah mengikuti proses seleksi, akhirnya terpilih sebagai pemenang Satu Indonesia Awards 2022.

Baca Juga: Demi Indonesia Lebih Baik, Alvinia Bentuk Komunitas Teman Autis  

4. Kegiatan edukasi ala Teman Autis 

Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman AutisTeman Autis saat mengadakan sosialisasi autisme di Car Free Day(CFD). (instagram.com/temanautis)

Seperti halnya komunitas lainnya, Teman Autis memiliki kegiatan, baik yang diadakan secara offline maupun online. Kegiatan ini bertujuan mengedukasi dan juga berbagi informasi kepada orangtua dengan anak autis maupun untuk masyarakat umum.

Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti:

  • Membuat grup (grup Whatsapp atau grup dalam kegiatan tertentu) antar sesama orangtua dengan anak autis. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang positif bagi orangtua dan anaknya.
  • Mengadakan seminar online, terutama saat masa pandemik COVID-19.
  • Gathering untuk berbagi informasi, pengalaman, dan mengedukasi masyarakat agar lebih memahami apa itu autisme.
  • Edukasi melalui akun media sosial Teman Atuis yang menjelaskan tentang dunia autisme. Setiap sebulan sekali, tepatnya di tanggal 25 setiap bulannya, Teman Autisme mengadakan Instagram Live dengan program yang diberi nama TAWA (Tanya Jawab seputar Ausime).
  • Melakukan sosialisasi tentang autisme saat pelaksanaan car free day setiap hari Minggu.
  • Tidak kalah penting, Teman Autia berbagi informasi dengan sesama remaja atau dewasa autis (istilah yang digunakan untuk para remaja atau orang dewasa autis) mengenai kegiatan yang bisa dilakukan dan juga apa yang bisa dilakukan anak autis saat berkarir atau di tempat kerja.

5. Keterbatasan sumber daya jadi tantangan untuk mewujudkan mimpi Teman Autis

Indonesia Ramah Autis, Mimpi Alvinia Christiany dan Teman Autissalah satu kegiatan dari Teman Autis (instagram.com/temanautis)

Saat awal terbentuk, Teman Autis terdiri dari 4 orang saja. Kemudian, seiring perjalanan waktu, jumlah tim bertambah menjadi 13 orang. Namun, keterbatasan sumber daya masih menjadi tantangan Teman Autis dalam melaksanakan kegiatannya.

Hal ini tentunya berpengaruh dalam mengadakan kegiatan terutama kegiatan offline di suatu lokasi. Teman Autis saat ini lebih banyak memfokuskan kegiatan di sekitar Jakarta karena sebagian besar tim Teman Autis berada di Jakarta. Keterbatasan ini juga menjadi salah satu hambatan untuk bisa melaksanakan salah satu tujuan Teman Autisme di mana bisa menjangkau orang tua atau anak autisme di seluruh Indonesia.

"Walaupun begitu, demi mewujudkan mimpi kami menjangkau orangtua dan anak autisme di seluruh Indonesia, kami mencoba untuk lebih sering mengadakan webinar atau seminar online. Hal ini agar informasi-informasi tentang autisme bisa tersebar ke lebih banyak masyarakat di seluruh Indonesia", tandas Alvinia.

Impian untuk menjadikan Indonesia ramah autis adalah salah satu mimpi mulia agar individu autis bisa memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai hal di masyarakat. Dukungan dari Teman Autis ini tentunya juga dapat menjadi sinar mentari, terutama bagi orangtua yang memiliki anak autisme, sehingga bisa lebih semangat lagi merawat anaknya agar bisa menjadi lebih baik.

Tersenyumlah Indonesia memiliki orang-orang seperti Alvinia Christiany dan timnya di Teman Autis. Tidak perlu menunggu menjadi sukses atau kaya untuk berbuat sesuatu untuk kebaikan dan kemajuan bangsa dan negara. Kita satu Indonesia, bergerak bangkit bersama untuk bangsa yang lebih maju.

Baca Juga: Bersama GARAMIN, Elmi Sumarni Ismau Perjuangkan Hak Penyandang Difabel

Ari Budiadnyana Photo Verified Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya