IWF 2020: 5 Peran Sukarelawan Bantu Difabel Netra Menikmati Sastra
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengupayakan inklusivitas sastra bagi penyandang disabilitas sensorik netra memerlukan usaha bersama. Sehingga pelibatan sebanyak-banyaknya sukarelawan menjadi sebuah keniscayaan. Namun untuk mendapatkan volunter yang memiliki komitmen kuat bukan perkara mudah.
Dalam salah satu sesi di ajang Indonesia Writers Festival (IWF) 2020 yang diselenggarakan IDN Times, pendiri Difalitera, Indah Darmastuti, mengamini perihal betapa banyak orang yang bersedia menjadi sukarelawan, namun tidak sedikit yang kemudian abai akan janji yang dibuatnya sendiri. Padahal kontribusi sukarelawan begitu diperlukan bagi difabel netra agar mereka bisa menikmati karya sastra di tengah keterbatasannya.
Apa saja peran sukarelawan dalam membantu program inklusivitas sastra bagi para difabel netra? Berikut ini ulasannya.
1. Membacakan cerita berkonsep sandiwara sastra
Tidak sedikit para difabel netra yang ingin menikmati karya sastra dengan cara mendengarkan pembacaan cerita secara langsung. Beberapa di antaranya bahkan menginginkan sebuah pembacaan kisah berkonsep sandiwara sastra yang melibatkan banyak narator.
Menurut Indah, pembacaan cerita bergaya sandiwara sastra seperti itu begitu menarik bagi difabel netra. Mereka seolah dapat turut merasakan pengalaman membaca cerita yang malah justru terdengar lebih menarik.
Namun sayangnya, tidak selalu pembacaan kisah harus dilakukan dalam konsep sandiwara sastra. Sebab tidak banyak sukarelawan yang bisa hadir menjadi narator cerita setiap saat.
2. Mengalih-wahanakan teks ke bentuk suara
Sebagai seorang penulis yang peduli akan ketersediaan buku audio atau audiobook bagi difabel netra, Indah terus mengupayakan untuk mengalih-wahanakan teks cerita ke bentuk suara. Bersama dengan timnya, pendiri platform Difalitera ini berusaha merekam sebanyak-banyaknya cerita fiksi menjadi bentuk audio.
Tidak sedikit sukarelawan yang turut serta dalam proses ini. Nama mereka akan dimasukkan ke dalam credit title dalam buku audio yang sudah jadi. Mereka yang bersedia melakukan usaha ini hanya tinggal merekam suaranya di ponsel dan membacakan teks dengan intonasi dan pengucapan yang jelas. Namun sayangnya, banyak juga sukarelawan yang tidak memenuhi janji yang dibuatnya sendiri.
Baca Juga: IWF 2020: 5 Upaya agar Difabel Netra Tetap Bisa Nikmati Karya Sastra
3. Mengirimkan karya sastra berupa cerita pendek, cerita anak atau cerita remaja
Editor’s picks
Sukarelawan juga bisa menjadi kontributor naskah cerita untuk mengupayakan program inklusivitas sastra bagi difabel netra. Mereka yang memiliki keterampilan menulis cerita bisa mengirimkan karyanya ke Difalitera.
Biasanya, orang yang mau berkontribusi mengirimkan naskah cerita akan menghubungi Indah lewat pesan langsung ke akun media sosial miliknya. Kemudian, ia akan membagikan kontak ponselnya kepada sukarelawan agar dapat berkomunikasi dengan mudah. Hanya saja, tidak sedikit sukarelawan yang tidak memiliki keseriusan berkontribusi.
4. Membuat ilustrasi gambar untuk website
Untuk membantu upaya mewujudkan inklusivitas sastra bagi difabel netra, para sukarelawan juga bisa berkontribusi dalam membuat semacam ilustrasi gambar untuk kebutuhan website Difalitera. Tentu saja credit title akan disematkan dalam karya agar bisa menjadi portofolio bagi penciptanya.
Difalitera terbuka dengan segala jenis ilustrasi yang tentu saja harus menjunjung tinggi nilai etika selain memerhatikan aspek estetika yang juga begitu penting. Namun lagi-lagi, tidak banyak sukarelawan yang kemudian mengirimkan karyanya ke Difalitera.
5. Membuat musik ilustrasi atau musik latar untuk audiobook
Para sukarelawan juga bisa berkontribusi dalam penciptaan buku audio bagi difabel netra dalam bentuk menyumbangkan karya musik. Mereka bisa mengirimkan musik ilustrasi (music score) atau musik latar yang akan disematkan di sela-sela suara narator.
Kontribusi musik ini terbilang penting untuk menciptakan pengalaman berbeda bagi difabel netra saat menikmati karya sastra dari rekaman audio. Dengan begitu buku audio terasa lebih bervariasi dan tidak hanya terdengar suara narator saja yang cenderung monoton.
Semoga akan ada lebih banyak sukarelawan yang menyumbangkan kontribusinya bagi difabel netra agar mereka dapat menikmati karya sastra dengan lebih maksimal.
IDN Times menggelar Indonesia Writers Festival 2020. Acara yang juga dikenal dengan IWF 2020 ini adalah pertemuan independen yang berkomitmen untuk memberdayakan Indonesia melalui bidang menulis. Acara dengan slogan Empowering Indonesians Through Writing ini dilangsungkan pada 21 hingga 26 September 2020 melalui zoom dan Youtube channel IDN Times.
IWF 2020 sendiri menghadirkan lebih dari 20 pembicara kompeten di berbagai latar belakang seperti Nadin Amizah, Sal Priadi, Agus Noor, Ivan lanin, Tsana, Kalis Mardiasih, dan masih banyak lainnya.
Simak terus keseruannya di situs idntimes.com, ya!
Baca Juga: IWF 2020: 8 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membuat Artikel
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.