Jangan Takut Minta Bantuan, Ini 5 Tips Terhindar dari Duck Syndrome
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Duck syndrome merupakan sebuah istilah piskologis yang diperuntukkan orang-orang yang terlihat tenang dan bahagia, padahal sebenarnya tertekan. Mereka digambarkan sebagai seekor “bebek” yang dari luar bisa mengapung di air dengan tenang, padahal di bawah permukaan, kakinya mengayuh keras.
Jika dibiarkan berlarut-larut, tentu bisa membahayakan kesehatan mental. Kamu bukan bebek, kamu tidak harus terlihat kuat dan bahagia setiap waktu. Lima hal ini dapat kamu lakukan agar terhindar dari duck syndrome.
1. Tidak apa-apa mengakui emosi negatif
Memang gak enak ketika merasa lemah, takut, salah, marah, sedih, gelisah. Namun, emosi negatif itu ada untuk dihadapi, bukan dihindari. Kamu bukanlah patung yang harus menunjukkan kesempurnaan setiap waktu.
Saat perasaan negatif itu datang, akui dan validasi perasaanmu sendiri. Alih-alih lari, carilah penyebabnya agar kamu bisa menemukan solusi. Masalah besar muncul dari masalah-masalah kecil yang ditepis terus-menerus.
2. Menerima diri sendiri apa adanya
Self-love adalah penangkal yang manjur bagi kondisi duck syndrome. Pertama, kenali dulu dirimu seperti apa. Kelebihan dan kekuranganmu, apa yang kamu sukai dan tidak, hobi dan kebiasaanmu sehari-hari. Dari situ, akan lebih mudah bagimu untuk membangun gambaran diri yang sehat.
Ketika kamu bisa menerima diri sendiri apa adanya, kamu mengenal kapasitas dirimu. Sehingga, kamu tak akan memaksa diri untuk melakukan hal yang di luar kemampuan.
Baca Juga: 5 Tips agar Tekanan yang Dirasakan Tak Semakin Memberatkan
3. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
Editor’s picks
Kondisi duck syndrome terjadi ketika seseorang mengemas image mereka dengan begitu baik. Mereka akan terlihat berhasil di lingkungan atau media sosial, terlihat begitu tenang dan bahagia. Padahal, kenyataannya mereka mengalami frustrasi, lelah secara mental, bahkan menutupi kegagalan dan ketidaksempurnaan mereka.
Cara untuk mencegah ini ialah jujurlah pada dirimu dan orang lain. Tidak apa-apa untuk menunjukkan ketidaksempurnaan, tidak apa-apa untuk berkata “tidak bisa”, tidak apa-apa untuk gagal. Menerima kegagalan tidak merendahkan nilai dirimu sebagai manusia.
4. Jangan malu untuk meminta bantuan
Saat lelah, jangan dipaksa. Saat butuh tempat cerita, segera temukan orang yang tepat. Jangan memendam semua sendirian, kamu tak perlu menghadapi semua seorang diri.
Manusia adalah makhluk sosial. Kamu butuh orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu merasa gengsi untuk meminta tolong saat kamu memang benar-benar butuh pertolongan. Dengan ini, kamu tak harus menanggung bebanmu seorang diri.
5. Kelilingi diri dengan orang yang positif dan suportif
Lingkungan juga mempengaruhi pandanganmu pada diri sendiri. Kelilingilah diri dengan orang-orang positif yang juga bisa melihat dan menghargai value-mu.
Dengan demikian, kamu pun akan memiliki pola pikir serta gambaran diri yang sehat. Kamu tidak lagi terobsesi untuk memasang image sempurna.
Lemah, gagal, dan lelah adalah kondisi yang wajar. Itu bukanlah sebuah kesalahan. Mengakui perasaan itu tidak membuat dirimu kurang berharga. Jadi mulai sekarang, yuk jadi jujur dan terbuka. Terima dirimu apa adanya, kamu pun layak bahagia.
Baca Juga: 5 Karakteristik Perfeksionis dalam Bekerja, Teliti Sampai ke Detail
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.