Stay Positive! 5 Hal yang Harus Kamu Lakukan untuk Mengelola Aura Negatif
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa waktu lalu seorang kawan lama singgah ke direct message instagram saya dan bertanya bagaimana saya dapat menyikapi berbagai hal dengan sudut pandang yang positif. Sejatinya saya tidak sepositif itu! Hanya saja, ada beberapa hal yang saya pegang dengan komitmen untuk menjauhkan diri dari jebakan sikap negatif.
Seperti yang kita tahu, berusaha baik-baik saja tiap waktu itu melelahkan. Ada kalanya kita harus jujur penuh derai air mata. Bagaimanapun perlu diingat, kita dapat memilih bahwa tidak perlu semua orang tertular kesedihan kita. Inilah 5 poin pertanyaan dan tips yang saya gunakan untuk mengelola emosi negatif.
1. Benarkah mungkin untuk selalu positif?
Tidak. Samasekali tidak. Di zaman now, hidup kita mudah diamati tak lain dari sosial media. Maka hal pertama, kita perlu berkomitmen pada diri sendiri untuk membagi sesuatu ketika diri kita sedang baik-baik saja. Kenyataannya sangat mudah untuk jatuh pada kemungkinan menyindir, mengeluh, hingga menghakimi ketika rasa pahit masih ada di hati. Maka untuk menghindarkan hal-hal tersebut, saat ada sebuah kekecewaan singgah perlu bertekad tidak memposting apapun sebelum diri kita sendiri memaafkan dalam hati.
Di masa "tenggang" itu, kita dapat memilih memuntahkan semua keluh kesah ke buku harian atau orang terdekat. Anggap saja mereka sebagai tempat sampah pertama yang sedikit meredakan atau membuat lega
Bagilah sesuatu di sosial mediamu hanya saat kondisi sudah jernih atau lebih stabil dari emosi. Untuk melegakan, milikilah diary atau gunakan notes di ponsel atau pilih satu orang kepercayaan untuk menumpahkan segala unek-unek di hati. Tidak perlu aura negatif menyebar ke makin banyak orang. Cukup satu "tempat sampah". Terkhusus soal menulis jurnal/diary, banyak penelitian sudah membuktikan bahwa dengan menguraikan keruwetan kepala melalui tulisan dapat mengurangi tingka stress secara signifikan. Worth a Shot!
2. Mudah untuk menjadi positif ketika nihil konflik
Betul. Jelas, ketika kita tidak berkonflik, maka aura positif makin mudah dibangun. Sayangnya, ketiadaan konflik sinonim dengan ketiadaan relasi. Maka sebenarnya pernyataan ini agak utopis. Kita akan selalu bergesekan dengan orang lain. Suka ataupun tidak. Hanya saja kita lagi-lagi yang dapat memilih dan memilah tipe gesekan mana yang rasanya akan kita pikirkan sedemikian dan mana yang perlu dianggap lalu. Kemampuan untuk cuek, siapa sangka sangat berharga.
Ketika ada yang menggusarkan pikiranmu, coba abaikan jika memang itu tidak berpengaruh besar (maksudnya bukan sebuah ketidakadilan yang menuntut kita untuk speak up). Kemudian, sambil menutup mata atau menepuk dada atau dengan menarik nafas panjang, ingatkan dirimu sendiri pastilah seseorang punya alasan mengapa ia bertindak demikian dan kamu hanya perlu memberi toleransi serta memaafkannya.
3. Apakah kesibukan berpengaruh terhadap aura positif?
Editor’s picks
Exactly! Saya punya pengalaman, ketika seseorang berkata bahwa beberapa orang mengamati pilihan saya dan mereka mempertanyakan itu dengan nada negatif. Respon spontan saya saat itu dengan agak berteriak saking terkejutnya: “Wow! Mereka punya banyak waktu ya memperhatikan aku?”
Nyatanya, saya jarang keberatan dengan sikap orang lain simply karena bahkan saya tidak punya waktu untuk itu. Saya jadi bersyukur atas kesibukan saya seketika, karena tanpa sadar itu menjauhkan saya dari “pengamatan yang tidak perlu” terhadap orang lain. Kesibukan kadang menjauhkan kita dari hal negatif, sebab waktu kita menjadi berharga hanya untuk sekedar menjustifikasi tindakan orang lain.
Milikilah kesibukan yang kamu senangi, sebab selain itu akan membuat energi menyenangkan dapat terpancar, itu juga menghindarkanmu untuk menjadi sewot terhadap orang lain.
4. Apakah semangat dan cara pandang positif bisa dipelajari dan dilatih?
Bisa! Itu berita baiknya. Saya tahu ada beberapa pihak yang merasa useless membaca self-help, tapi bagi saya itu dapat menjadi satu jalan untuk kita tahu what do’s and don’ts dalam menjalani keseharian. Selain itu, melatih cara pandang positif juga erat kaitannya dengan orang seperti apa yang ada di sekeliling kita.
5 orang terdekat kita konon adalah kumpulan orang krusial yang akan memberikan pengaruhnya ke kita, maka penting untuk mendekatkan diri ke orang-orang yang spiritnya juga positif. Bukan justru suka gosip atau nyinyir.
First, You are what your friends are, so pick your inner circle wisely. Second, find a good book to be your loyal friend in this adventure to be “positive person”.
5. Agar tidak kecewa lebih baik berhenti berharap?
TIDAK. Saya tahu betapa sulitnya untuk kembali positif ketika berulang dikecewakan. Namun ini poin terakhir dan mungkin yang paling penting: Have faith in people. Kita perlu tetap percaya bahwa orang lain dapat berubah. Tetaplah ingat bahwa diri kita sendiri pun sangat jauh dari sempurna, maka sebagaimana kita berharap kesempatan kedua, berikan itu kepada orang lain juga.
Dan terpenting, harapan membuat hati kita dapat tetap murni dan mempersempit ruang untuk prasangka negatif. Pada akhirnya, saya pribadi sangat yakin seberapapun kita ahli memasang topeng, apa yang dari hati akan terpancar. Maka untuk menjadi orang positif, kita harus terus menerus memurnikan isi hati dan kepala.
HAVE FAITH IN PEOPLE. Percayalah, semua orang berproses maka rayakan itu gesekan dengan rasa syukur dan harapan bahwa selanjutnya akan menjadi lebih baik.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.