#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastik

Yuk, mulai berproses untuk mengurangi jejak karbon kita

Kita mungkin telah sadar akan dampak penggunaan plastik yang tak terkendali dan telah menjadi masalah global saat ini. Mulai dari masalah kesehatan, pencemaran laut, hingga rusaknya ekosistem daratan. Masalah ini terlihat secara nyata dan menjadi penanganan bersama. Berbagai upaya pun telah digalakkan untuk mengatasi polusi plastik ini.

Tapi, pernahkah kamu menyadari bahwa plastik juga memiliki masalah lain yang tak terlihat? Dalam proses produksinya, plastik ternyata menyumbang permasalahan lain yang dikenal sebagai jejak karbon. Jejak karbon ini bisa dikatakan sebagai sampah plastik yang tak terlihat dan berpotensi besar dalam krisis lingkungan.

Lalu, apa itu jejak karbon? Bagaimana plastik bisa menyumbang jejak karbon? Apa kaitannya dengan krisis lingkungan? Berikut adalah ulasannya untukmu.

1. Apa itu jejak karbon (carbon footprint)?

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi jejak karbon industri (unsplash.com/@chrisleboutillier)

Pernahkah kamu mendengar istilah jejak karbon (carbon footprint)? Jejak karbon adalah total konsentrasi emisi gas karbon di udara yang dikeluarkan oleh aktivitas manusia baik individu maupun kelompok.

Gas karbon ini dikenal dengan istilah gas rumah kaca. Konvensi tahunan PBB tentang iklim, United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) melalui Protokol Kyoto telah menetapkan 6 jenis gas rumah kaca yang menjadi isu pemanasan global yaitu Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), Nitro Oksida (N2O), Hydrofluorocarbons (HFCs), Perfluorocarbons (PFCs) dan Sulfur hexafluoride (SF6).

Sektor industri menjadi salah satu sektor penyumbang terbesar emisi karbon, termasuk industri pengolahan plastik. Normalnya, gas-gas karbon ini diperlukan untuk menjaga suhu bumi agar tetap hangat. Karena sifat gas rumah kaca mengikat panas matahari, akumulasi gas karbon di atmosfer yang terlalu tinggi akan meningkatkan suhu permukaan bumi hingga berujung pada pemanasan global. 

2. Permasalahan plastik telah dimulai sejak siklus pertama produksinya

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi sampah plastik (unsplash.com/@martijnbaudoin)

Meski upaya penanganan dampak penggunaan plastik saat ini terfokus pada produk plastik jadi dan sampahnya, kita bisa melihat masalah plastik dari sudut pandang yang lebih luas. Masalah mengenai plastik ini ternyata telah dimulai sejak proses ekstraksi, manufaktur hingga distribusi produk jadinya. Keseluruhan proses pengolahan plastik ini berkaitan dengan jejak emisi karbon yang dilepas oleh industri dan berdampak pada krisis iklim. 

Dilansir Center for International Environmental Law (CIEL) melalui laporan jurnal berjudul Plastic & Climate: The Hidden Costs of a Plastic Planet (May 2019), jika produksi plastik berjalan tanpa ada upaya mengurangi atau mengimbangi gas karbon yang dilepas, pada tahun 2050 diprediksi emisi karbon yang dilepas oleh industri ini bisa mencapai 2,8 gigaton CO2 per tahun atau setara dengan emisi karbon yang dilepaskan oleh 615 pembangkit listrik bertenaga batu bara dengan kapasitas 500 megawatt yang dinyalakan dengan kapasitas penuh. Apakah sudah terbayang akan seperti apa dampaknya untuk bumi?

3. Dimulai dari proses ekstraksi pengolahan plastik

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi penyulingan minyak (unsplash.com/@m_simpsan)

Tahukah kamu bahan baku utama pembuatan plastik? Hampir semua produk plastik adalah turunan olahan dari minyak mentah (crude oil). Minyak mentah yang diesktraksi dari perut bumi diolah melalui proses penyulingan kimiawi yang panjang. Proses ini nantinya akan menghasilkan beragam produk turunan minyak mentah, salah satunya adalah nafta. Nafta akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan dua komponen utama pembuatan plastik yaitu ethylene and propylene atau biasa disebut dengan virgin plastic.

Keseluruhan proses pengolahan plastik ini sejak proses ekstraksi, penyulingan hingga menjadi material utama plastik membutuhkan konsumsi energi yang sangat besar seperti untuk bahan bakar sehingga melepaskan gas buang karbon yang juga besar. Apalagi bahan baku yang digunakan adalah bahan baku fosil (minyak mentah).

Baca Juga: #GreenBeauty Benahi Krisis Iklim, Ini 7 Upaya Kurangi Jejak Karbon

4. Rantai produksi plastik ini berlanjut ke proses transformasi plastik mentah menjadi produk jadi

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi produk jadi plastik (pexels.com/@suzyhazelwood)

Virgin plastic yang didapat dari proses pengolahan nafta akan diolah kembali menjadi biji plastik. Biji plastik inilah yang akan dibentuk menjadi beragam produk plastik yang kita kenal. Mulai dari botol kemasan minuman dan makanan, produk rumah tangga dan sebagainya. Sama seperti proses penyulingan di atas, emisi karbon pada tahap ini berasal dari beragam proses pengolahan plastik menjadi produk plastik seperti pemanasan dan pelelehan yang membutuhkan konsumsi energi yang cukup tinggi.

dm-player

Jejak karbon ini pun masih dilepaskan saat produk masuk dalam tahap distribusi ke masyarakat. Transportasi yang digunakan untuk pendistribusian produk ini umumnya menggunakan bahan bakar minyak yang juga menghasilkan jejak karbon di udara.

5. Jejak karbon ini juga dilepaskan saat produk sudah menjadi sampah

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi tempat pembuangan sampah (pexels.com/@tomfisk)

Saat produk berakhir menjadi sampah plastik, jejak emisi karbon pun masih bisa dilepaskan. Umumnya, produk plastik yang dipakai oleh masyarakat adalah produk plastik sekali pakai. Tingginya produk plastik yang beredar dan pengelolaan daur ulang yang minim akan berujung pada penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir. Karena sampah plastik sulit terurai, proses penumpukan yang terlalu lama ini akan menghasilkan gas buang karbon ke udara berupa metana.

Belum lagi, kebiasaan rumah tangga atau fasilitas tempat pembuangan akhir yang masih melakukan proses pembakaran sampah plastik. Proses pembakaran ini juga melepas gas buang karbon ke udara yang cukup besar.

6. Industri menjadi hulu prioritas untuk mengendalikan emisi karbon dari produksi plastik

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi garnier green beauty (instagram.com/garnierindonesia)

Industri pengolahan plastik menjadi hulu prioritas untuk mengendalikan jejak emisi karbon yang dilepas dari produksi pengolahan plastik. Industri harus sudah mulai memikirkan bagaimana melakukan efisiensi konsumsi energi dalam setiap tahap pengolahan produk seperti transisi ke sistem zero-carbon ataupun sumber energi terbarukan. 

Sejalan dengan upaya pengendalian jejak karbon oleh aktivitas perekonomian industri, Garnier sebagai salah satu merek kecantikan terkemuka di dunia telah berkomitmen lewat kampanye #GarnierGreenBeauty. Salah satu misi Garnier dari kampanye ini adalah komitmen mengurangi jejak karbon dan pemakaian sumber energi terbarukan untuk memproduksi produk Garnier. Pada tahun 2019, Garnier telah mengurangi 84% emisi CO2 dibandingkan dengan tahun 2005. Sejak tahun 2015, Garnier pun menerapkan energi terbarukan berupa sistem mini-hidro dan menjadikan pabrik Garnier di Indonesia sebagai pelopor pabrik dengan penggunaan energi terbarukan. Komitmen ini terus dikembangkan hingga tahun 2021 ini, Garnier akan menjadi pabrik karbon netral.

Industri juga perlu ikut andil mendaur ulang produk untuk meminimalkan penggunaan plastik baru. Garnier juga berkomitmen terkait hal ini. Produk Sakura Glow Water-Glow Essence dan Micellar Water telah menggunakan plastik daur ulang. Pada tahun 2022 nanti, Garnier akan menghemat 402 ton plastik baru. Hingga pada tahun 2025 mendatang, semua produk Garnier akan dibuat tanpa plastik baru. Dengan begitu, Garnier telah meningkatkan siklus produksi plastik dengan menggunakan kembali produk kemasan yang mereka buat secara efisien.

Hal yang sama juga bisa diterapkan dalam pemilihan bahan baku plastik. Dewasa ini, industri mulai menggunakan bahan baku ramah lingkungan untuk membuat plastik. Contohnya adalah bioplastik yang mudah terurai jika dibuang di lingkungan. Bioplastik ini bisa dijadikan alternatif untuk mengganti bahan baku fosil (minyak mentah) untuk membuat produk plastik, terutama untuk industri produk plastik yang banyak digunakan seperti kemasan makanan, minuman, dan kantong belanja. Industri juga bisa memulai memproduksi plastik untuk pemakaian berulang kali sehingga meminimalkan peredaran plastik di masyarakat.

Secara bertahap, upaya pengendalian emisi karbon ini menjadi #OneGreenStep bagi industri untuk tetap bisa berpartisipasi merawat lingkungan secara bertanggung jawab.

7. Menekan penggunaan plastik dan pengelolaan sampahnya yang bertanggung jawab adalah solusi minimal yang bisa kita lakukan

#GreenBeauty Menelusuri Sumbangan Jejak Karbon dari Produksi Plastikilustrasi recycle sampah (unsplash.com/@sigmund)

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi atau mengimbangi jejak karbon yang kita lepas akibat penggunaan plastik sehari-hari? Kamu bisa menekan penggunaan plastik dengan cara sederhana seperti membawa kantong belanja sendiri, membawa botol minum dan tempat makan sendiri jika harus membeli makanan di luar, mengurangi produk plastik sekali pakai atau beralih menggunakan produk plastik berbahan mudah terurai hingga ikut andil dalam program daur ulang sampah.

Ada kabar baik nih untukmu yang mau ikut berpartisipasi dalam program daur ulang sampah plastik. #GarnierxIDNTimes mengajak kamu untuk aktif ikut ambil bagian dalam kampanye #GarnierGreenBeauty dan bersama-sama mengelola sampah plastik dengan memanfaatkan platform aplikasi eRecycle. Khusus Jadetabek, kamu bisa memanfaatkan eRecycle ini untuk melakukan penjemputan sampah plastikmu.

Eitss, agar lebih memudahkan prosesnya, terlebih dahulu pilah sampahmu ya! Sampah-sampah yang telah dikumpulkan ini selanjutnya akan didaur ulang menjadi berbagai produk baru seperti furniture rumah tangga, reusable packaging, dan eco bricks. Aplikasi eRecycle bisa kamu unduh di Google Playstore dan App Store. Gimana, keren kan! Untuk informasi selengkapnya, kamu bisa langsung cek laman https://www.garnier.co.id/greenbeauty.

Meskipun daur ulang sampah juga membutuhkan konsumsi energi, daur ulang memiliki dampak lingkungan yang lebih minim dibandingkan dengan proses pemusnahan plastik dengan melakukan proses pembakaran.

Nah, itu tadi pembahasan mengenai jejak karbon yang disumbang dalam proses perjalanan produksi plastik. Yuk, mulai sekarang secara perlahan kita kurangi jejak karbon dari aktivitas kita dalam menggunakan plastik baik secara individu maupun di level ekonomi industri. Jika kita menunjukkan komitmen ini, diharapkan kita bisa mengurangi kontribusi plastik terhadap krisis lingkungan untuk bumi yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga: #GreenBeauty 5 Cara Mudah Lakukan Carbon Offsetting Demi Menjaga Bumi

Dede Surya Pradipta Photo Verified Writer Dede Surya Pradipta

Pop news geek in superhero movie, comics, and series

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya