Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan Keagamaan

Temukan ruang amanmu

Indonesia adalah wilayah yang mempunyai berbagai macam keanekaragaman. Hal ini, menjadi suatu daya tarik dari Indonesia itu sendiri. Namun, meskipun beranekaragam masih banyak masyarakat yang intoleran terhadap perbedaan tersebut.

Dalam acara Kenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran Peace Innovation Academy Festival, membuka sesi talkshow yang membahas tentang stigma yang melekat pada perempuan pada Rabu (18/5/2022) secara virtual. Acara ini juga mengundang pembicara hebat seperti Karlina Octaviany selaku ARMY BTS dan Antropolog Digital, Nia Dinata selaku Sutradara dan Produser Film dan Ainun Jamilah selaku Co-Founder Cadar Garis Lucu. Penasaran seperti apa? Yuk, simak artikel ini slengkapnya!  

1. Sering dianggap tidak kritis

Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Beberapa perempuan pasti pernah mengalami penolakan pendapat karena ia adalah perempuan. Tidak hanya, perempuan secara umum namun perempuan penyuka boyband BTS pun sering mengalami hal ini. Bahkan, meskipun latar belakangnya adalah peneliti, ia tetap dianggap remeh dan tidak kritis.

"Latar saya, saya peneliti melakukan penelitian ketika saya bersuara atas nama ARMY tetap saja stigma itu akan langsung menempel otomatis kepada semua orang yang punya hal yang sama. Bahkan, stigma itu gak cuma datang dari masyarakat secara umum. Aktivis yang sudah aktif tentang urusan gender dan juga keberagaman kadang-kadang menstigma kita juga," ujar Karlina Octaviany

2. Riset Safenet mengatakan bahwa aktivis perempuan sering mendapatkan kekerasan berbasis gender online

Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Mungkin kamu sering melihat di media sosial, ketika para aktivis khususnya perempuan dan para penyuka KPop menyuarakan pendapatnya di media sosial. Warganet akan meragukan soal pernyataan dan nasionalisme mereka.

Hal ini sejalan dengan riset dari Safenet bahwa, aktivis perempuan sering mendapatkan stigma dan kekerasan berbasis gender online daripada aktivis laki-laki. Karlina juga menambahkan contoh yang ada di lapangan seperti ketika aktivis perempuan mengeluarkan penyataannya, ia akan dianggap tidak paham mengenai konteks isunya. Sedangkan, ARMY akan ditanya nasionalitasnya karena menyukai boyband Korea 

3. Kampanye tentang keberagaman dan toleransi yang dilakukan oleh ARMY BTS

Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Ketika kamu mendengar ARMY BTS atau penyuka KPop, apa di pikiranmu? Apakah hanya sekumpulan orang-orang yang menyukai boyband Korea saja? Ternyata tidak hanya itu, lho! ARMY BTS juga sering melakukan kampanye keberagaman dan toleransi.

"Pada tahun akhir lalu kita bersama-sama karena memperingati hari Disabillitas Internasional. Jadi, ARMY bekerja sama dengan temen ARMY juga sebenernya tapi dia mempunyai organisasi namanya Difalink untuk temen-temen disabilitas yang ARMY. Dari isu-isu populer, kita bisa menceritakan tentang keberagaman akses yang teman-teman disabilitas alami," ucap Karlina

Tidak hanya itu, pada tahun 2021 ARMY BTS juga berkolaborasi dengan Women's March Jakarta. Mereka membuat aksi bersama seperti membuat poster, workshop gambar dengan lirik lagu BTS dan juga membahas isu-isu perempuan saat pandemik.

Baca Juga: Festival Peace Innovation Academy Angkat Tema Seni untuk Keberagaman

4. Respon Nia Dinata tentang komentar benci terhadap karyanya

dm-player
Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Pasti kamu kenal dengan Nia Dinata, bukan? Sutradara dan produser film terkenal seperti film Arisan dan Berbagi Suami ini sering membahas tentang LGBTQ di dalam karya filmnya. Hal ini, membuat Nia Dinata sering panen komentar buruk.

Nia bercerita bahwa ketika ia membuat film Arisan 2, dia sering dihujat di acara live radio. Nia juga mengatakan bahwa suara yang menghujatnya pasti datang dari para laki-laki. Tak hanya itu, pada saat film A World Without launching pada tahun 2021, ia juga dihujat di media sosial. Namun, Nia memilih untuk diam karena menurutnya ketika kita memberikan panggung justru itu yang mereka mau.

5. Cadar Garis Lucu, komunitas perempuan yang mendobrak pemikiran kuno tentang cadar

Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Cadar Garis Lucu adalah sebuah komunitas yang tidak hanya beranggota perempuan-perempuan bercadar saja. Namun, ia juga mempunyai anggota yang berhijab bahkan non muslim, lho! Komunitas ini juga memiliki kampanye tentang keberagaman di Indonesia.

"Nah, ini yang ingin disampaikan oleh Cadar Garis Lucu bahwa ada perempuan-perempuan bercadar di Indonesia yang sangat menerima keberagaman di Indonesia, sangat terbuka terhadap inklusivitas yang ada di Indonesia. Kami menerima semua, mau yang tidak bercadar, mau hanya berjilbab. Bahkan, tidak seagama dengan kami pun kami bisa menerima dan welcome dengan itu,"

6. Narasi toleransi dari para narasumber

Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Menghilangkan stigma tidak bisa dilakukan sendiri, kamu harus mencari teman yang satu visi dan misi untuk menghilangkan stigma tersebut dari masyarakat. Para narasumber pun juga memberikan pesan yang sangat penting untuk kamu para perempuan!

Pertama Karlina mengatakan bahwa saat kamu merasa terasing, carilah teman-teman atau ruang aman yang bisa membantu kamu. Karena tentunya akan banyak tantangan di awal seperti diskriminasi dan doksin-doksin di media sosial.

Kedua, Nia Dinata menyatakan tidak boleh ada diskriminasi apa pun, kamu harus saling berbagi pengalaman karena sebagai manusia kita semua akan lebih matang dan bijaksana. Jika, bisa berdampingan dan berbagi pengalaman.

Terakhir, Menurut Ainun Jamilah, seni bisa menjadi pintu masuk untuk kamu berjumpa dengan berbagai latar belakang identitas apa pun yang dianggap masyarakat tabu dan kejam. Namun, ketika berbicara terkait seni kita bisa saling menemukan, melembutkan perasaan dan pikiran. Cadar Garis Lucu memahami bahwa perempuan-perempuan bercadar menerima semua tanpa terkecuali, menerima dengan tangan terbuka apa pun latar belakangnya.

7. Festival Innovation Academy (PIA) yang menyoroti isu perempuan, perdamaian dan keamanan

Menemukan Keberagaman Melalui Musik, Film dan KeagamaanKenduri Perdamaian dan Pembukaan Pameran "Peace Innovation Academy Festival". Rabu (18/5/2022) IDN Times/Dela Anggraini

Buat kamu yang suka menyoroti isu tentang perempuan, bisa banget nih ikuti Festival Peace Innovation Academy (PIA) yang dilaksanakan 14-24 Mei 2022. Ada 3 kegiatan dalam festival ini, yaitu Festival Film Innovation Academy diselenggarakan pada 14-15 Mei 2022, Festival Keduri Perdamaian yang dilaksanakan Rabu, 18 Mei 2022 dan Pameran Peace Innovation Academy 18-24 Mei 2022.

Nah, itu dia menemukan keberagaman melalui musik, film dan keagamaan. Tidak bisa dimungkiri bahwa kamu akan selalu menemukan stigma-stigma perempuan di mana pun dan kapan pun. Jika, kamu merasa terkucilkan segera cari ruang amanmu untuk bercerita, ya. Semangat perempuan Indonesia!

Baca Juga: 5 Fakta Toxic Feminity, Saat Perempuan Terjebak Stigma

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya