Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?

Gobak sodor seru banget, lho

Sebelum kemunculan video game dan smartphone, permainan tradisional adalah hiburan utama para anak kecil di masanya. Kamu yang lahir di awal tahun 2000-an mungkin masih sedikit merasakan serunya petak umpet atau bermain layang-layang. Namun generasi setelahnya lebih akrab dengan video game, game online, dan aplikasi game di smartphone.

Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya, mari mengingat lagi beberapa permainan anak tradisional yang makin hilang digerus zaman. Ternyata, di balik serunya tujuh permainan anak tradisional ini, ada sejarah yang menarik, lho. Mau tahu?

1. Petak umpet

Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?Dok. Dissolve.com

Siapa yang dulu sempat ketagihan main petak umpet? Meski bikin lelah dan berkeringat, serunya petak umpet bareng teman-teman sepantaran menjadi kenangan indah masa kecil yang gak terlupakan.

Petak umpet makin seru jika dimainkan oleh banyak orang. Semua pemain mengawali dengan hompipa, hingga didapat satu orang yang kalah sebagai penjaga. Si penjaga harus menutup mata (bisa dengan kain atau telapak tangan) sambil berhitung sesuai jumlah yang disepakati. Biasanya lebih dari 10 hitungan, agar pemain yang lain bisa menemukan tempat sembunyi.

Jika si penjaga menemukan pemain yang bersembunyi, mereka harus adu cepat kembali ke pos awal lalu meneriakkan kata "Hong". Seruan ini bisa berbeda-beda tergantung daerahnya.

Permainan petak umpet ternyata sudah ada sejak abad ke-2. Model permainan serupa ditemukan dalam manuskrip Yunani kuno karya Julius Pollux dengan sebutan 'Apodidraskinda'.

2. Engklek

Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?Dok. Dissolve.com

Ada yang tahu gak kalau ternyata permainan engklek berasal dari orang-orang Belanda? Engklek disebut juga sebagai Sunda Manda. Permainan ini lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan ketimbang laki-laki.

Untuk memainkannya, dibutuhkan tanah lapang sehingga permukaannya bisa 'digambari' menggunakan ujung batu yang runcing. Para pemain harus membuat lintasan terlebih dahulu berupa kotak-kotak yang tersusun vertikal memanjang.

Masing-masing pemain wajib memegang 'gacuk', batu kecil atau kepingan kereweng untuk dilempar ke arah lintasan. Selanjutnya, pemain harus melompat dari satu kotak ke kotak lain dengan satu kaki saja. Kotak yang berisi gacuk gak boleh diinjak, alias harus dilompati. Gimana kalau sampai terinjak? Kalah, deh.

Rupanya permainan Sunda Manda ini berasal dari bahasa Belanda. Orang-orang zaman dahulu mempercayainya sebagai adaptasi dari "Zondag Maandag", yang dalam bahasa Belanda bermakna Minggu-Senin. Permainan ini dipercaya sebagai hiburan untuk mengawali pekan yang baru setelah mendapat hari libur.

3. Gobak sodor

Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?Dok. letgrow.org

Permainan tradisional yang satu ini masih populer hingga kini. Gobak sodor oleh beberapa orang disebut juga sebagai Galah Asin atau Galasin. Jumlah pemainnya harus genap kemudian dibagi menjadi dua tim, satu berjaga dan satunya lagi berpindah dari kotak ke kotak.

Lintasan permainan gobak sodor dibuat berupa kotak-kotak lebar bergaris. Tim yang berjaga hanya boleh berada tepat di garis. Mereka bertugas menghadang tim lawan yang akan berpindah dari kotak ke kotak menuju garis finish.

Kisah-kisah nenek moyang yang diwariskan dari mulut ke mulut mengisahkan permainan gobak sodor sebagai ajang latihan para prajurit di masa lampau. Kata 'gobak' sendiri bermakna bergerak bebas, sementara 'sodor' adalah tombak.

dm-player

Para prajurit di tanah Jawa pada zaman dahulu menggunakan permainan sodoran sebagai ajang latihan. Tombak yang dipakai tentu saja gak bermata, agar gak melukai pemain lainnya.

Baca Juga: Ratusan Pelajar Meriahkan Lomba Permainan Tradisional dan Mendongeng

4. Bentengan

Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?Dok. parents.com

Gak kalah seru dari gobak sodor, permainan Bentengan juga populer pada masanya. Jumlah pemainnya harus genap, dibagi menjadi dua tim dengan dua benteng utama berupa tiang atau pohon.

Setiap tim bertugas menjaga bentengnya sambil berusaha menculik anggota tim lawan. Siapa yang lebih dulu tersentuh anggota tubuhnya oleh tim lawan, maka ia akan menjadi tawanan. Tawanan ini hanya bisa dibebaskan oleh teman setimnya dengan cara yang sama, yaitu menyentuh salah satu anggota tubuh.

Jadi kalau sudah punya tawanan tugasnya makin banyak, nih. Harus menjaga tawanan agar gak lepas, mencari tawanan baru, dan tentu saja menjaga anggota timnya sendiri dari lawan.

Sejarah permainan bentengan dipercaya berasal dari masa penjajahan. Para prajurit dan anak laki-laki memainkannya sebagai ajang berlatih dan mengasah keterampilan.

5. Jamuran

Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?Dok. parenttoolkit.com

Zaman sekarang sulit sekali menemukan segerombolan anak bermain Jamuran di malam bulan purnama. Padahal permainan ini sangat populer, lho pada zaman dahulu.

Digagas oleh salah satu anggota Wali Songo yaitu Sunan Giri, Jamuran dimainkan dengan cara berkeliling membuat satu lingkaran sambil menyanyikan lagu. Kurang lebih begini lirik aslinya dalam bahasa Jawa:

Jamuran, yo ge gethok,
Jamur opo, yo ge gethok,
Jamur payung, ngrembuyung koyo lembayung
Siro badhe jamur opo?

Setelah tiba pada kalimat 'siro badhe jamur opo?', satu pemain meneriakkan apa yang ia mau. Misalnya jamur kucing, maka seluruh pemain harus menirukan tingkah laku kucing. Jika ada yang gagal menirukan, ia akan dihukum sesuai kesepakatan. Hukumannya bisa menari, menyanyi, dan lain-lain.

6. Congklak

Mengenal Sejarah 6 Permainan Anak Tradisional, Pernah Coba yang Mana?Dok. uabankir.com

Pernah merasakan serunya bermain congklak? Permainan memindahkan biji dari satu lubang ke lubang lain kini juga tersaji dalam versi digital. Tapi dijamin lebih asyik memainkan versi aslinya, lho.

Congklak dipercaya orang-orang zaman dahulu sebagai permainan rakyat jelata yang diajarkan oleh pedagang Arab dan Afrika. Beberapa negara di Asia Tenggara yang merupakan jalur perdagangan barat sama-sama mengenal congklak yaitu Malaysia dan Filiphina.

Rakyat jelata di masa lampau memainkan congklak dengan cara menggali lubang-lubang kecil di tanah. Mereka kemudian memanfaatkan biji-biji tumbuhan atau batu kecil.

Baca Juga: Hari Anak Nasional, YAFSI Budayakan Lagi Permainan Tradisional

Topik:

  • Elfida

Berita Terkini Lainnya