Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'

bagaimana menyebarkan informasi kesehatan untuk masyarakat?

Pandemik COVID-19 membawa banyak perubahan terhadap kehidupan manusia di bumi. Terutama soal kesehatan, banyak informasi dan pengetahuan baru yang harus dipahami oleh setiap orang untuk bertahan hidup melewati wabah tersebut. 

Jika kita ingat kembali, kasus pertama COVID-19 di Indonesia sempat menghebohkan masyarakat. Kurangnya pengetahuan dan sulitnya mendapatkan informasi, menjadi salah satu penyebab kepanikan masyarakat menghadapi coronavirus. 

Untungnya, banyak dokter, saintis, serta ilmuwan di bidang terkait membantu memberi pemahaman kepada masyarakat kala itu. Salah satunya adalah platform 'Pandemic Talks' di Instagram yang vokal memberi kabar mengenai wabah virus asal Cina tersebut. 

IDN Times mendapatkan kesempatan untuk wawancara secara langsung dengan Mutiara Anissa, Co-Founder Pandemic Talks pada Senin (6/2/23). Bersama perempuan yang akrab disapa Mutia ini, IDN Times membahas lebih lanjut mengenai keterlibatan para saintis di media sosial. 

1. Pandemic Talks hadir sebagai jembatan akan gap informasi mengenai COVID-19

Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'Mutiara Anissa, Co-Founder Pandemic Talks. (instagram.com/mutiaranissa)

Kasus pertama virus Corona di Indonesia yang merebak di awal tahun 2020, sempat menciptakan kegaduhan di masyarakat. Kurangnya informasi dan rendahnya pemahaman mengenai virus tersebut membuat masyarakat panik dan resah. 

Saat itu, informasi mengenai virus ini masih belum banyak diketahui oleh masyarakat sehingga sebagian besar sumber informasi yang diterima berasal dari pemerintah. Mutia dan Firdza Radiany, Founder Pandemic Talks menyadari akan gap informasi ini sehingga muncul inisiasi untuk membentuk platform 'Pandemic Talks' dengan tujuan menjembatani data yang ada kepada masyarakat. 

"Jadi, kita resah kenapa ya kok waktu itu, misalnya, gak dikasih tahu gitu sama pemerintah kalau kita merasa gejala apa, kita harus ke mana," ujar Mutia menceritakan keresahannya terhadap informasi yang disampaikan pemerintah di awal pandemik.

Sulitnya mendapat informasi menciptakan kegaduhan, skeptisme, bahkan tak sedikit pro dan kontra yang muncul di tengah masyarakat menanggapi kasus ini. Dari situlah, Mutia dan Firdza berusaha menghubungkan data yang dibuat pemerintah kepada khalayak ramai. 

"Jadi, banyak keresahan-keresahan yang aku tahu harusnya gak kayak gitu. Jadi, aku mulai dari awal lagi mencoba edukasi, back to basic, sebenarnya ini apa, ini apa," kata Mutia.

Mutia turut menuturkan, informasi yang disampaikan melalui Pandemic Talks mayoritas berasal dari pertanyaan audiens. "Nah, dari situlah kita pilih. Beritanya juga kita menjawab pertanyaannya masyarakat aja sebenarnya. Ada yang (kirim) direct message ke kita, tanya apa, kita jawab dengan bentuk konten sambil mengedukasi yang lainnya," katanya.

2. Mutia sudah tertarik dengan dunia sains sejak sekolah, kini jadi ilmuwan di bidang kesehatan

Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'Mutiara Anissa, Co-Founder Pandemic Talks. (IDNTimes/Febriyanti Revitasari)

Mutia telah lama berkecimpung di bidang sains. Ketertarikannya dimulai sejak duduk di bangku sekolah hingga menamatkan pendidikan di University of Bradford Inggris dengan gelar Bachelor of Science, spesialisasi biomedis. Tak merasa puas, Mutia kembali menyabet gelar Master of Science dengan spesialisasi kanker dari University College London.

Mutia menuturkan awal mula ketertarikannya di bidang sains, "Aku memang dari dulu, dari zaman sekolah, kayaknya untuk yang bidang sosial itu rada kurang. Maksudnya, tipenya yang dulu SMA juga anak IPA. Kuliah juga, aku suka sama kesehatan sebenarnya. Tapi ingin yang bermanfaat untuk banyak orang, makanya dulu ambilnya (jurusan kuliah) biomedical science."

Mutia berharap ilmunya bisa dipergunakan sebaik mungkin dan dapat membantu masyarakat luas. Oleh karenanya, kini Mutia banyak mendalami komunikasi pubilk agar dapat menyampaikan bidang kepakarannya dengan lebih relevan bagi audiens Pandemic Talks.

"Setelah ada pandemik dan bikin Pandemic Talks, jadi belajar ilmu komunikasi tapi dipasangkan dengan sains. Jadi, ilmu komunikasi yang evidence based, sebenarnya mirip-mirip journalism kan, cuman angel-nya lebih karena ada background sains. Jadi, banyak data-data sainsnya," ujar ilmuwan muda tersebut.

Pandemic Talks hadir sebagai platform informasi sekaligus wadah untuk menghubungkan masyarakat dengan para ahli di bidangnya. Mutia juga mengungkapkan kebahagiaannya bahwa ilmu yang ditekuninya selama ini bisa lebih banyak mengedukasi orang lain. 

"Itu sebenarnya yang bikin senang karena, 'Oh ternyata bermanfaat ya sains,'. Aku bisa berkarya gak cuma dari di laboratorium aja, bikin paper, tapi ini bisa bermanfaat buat banyak orang dengan cara ilmu komunikasi itu," tambah Mutia. 

3. Mutia berharap lebih banyak ahli yang mengedukasi masyarakat melalui media sosial

dm-player
Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'Mutiara Anissa, Co-Founder Pandemic Talks. (instagram.com/mutiaranissa)

Tak semua orang memiliki pemahaman yang sama ketika menerima sebuah informasi. Interpretasi pesan bagi setiap orang, terutama di Indonesia sebagai negara dengan latar budaya yang beragam, sangat variatif.

Kegaduhan informasi yang dialami oleh masyarakat dapat diperparah oleh pengirim pesan yang berbicara di luar bidang kemampuannya, sebagaimana yang disampaikan Mutia, "Indonesia itu ironisnya orang-orang yang terkenal kadang-kadang mereka suka beropini yang gak kompeten."

Menilik dari latar belakang tersebut, Mutia mendorong agar Pandemic Talks dapat menjadi platform yang menyampaikan pemberitaan berdasarkan data dan fakta sesuai kepakaran di bidangnya. Besar harapan Mutia agar lebih banyak saintis, dokter, ataupun ilmuwan dalam suatu bidang yang membagikan konten edukasi sesuai kepakarannya.

"Makanya, sebenarnya dengan sosial media yang udah sebesar ini, harusnya lebih banyak representasi supaya orang-orang lebih mau dan willing belajar sosial media, belajar untuk speak up, belajar untuk berkomunikasi dengan public, ya sains komunikasi itu," ujar Mutia. 

Baca Juga: Bicara Fashion dengan Reza Rahadian-Dian Sastro, Muse Plaza Indonesia

4. Bicara sains dan keterlibatan perempuan

Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'Mutiara Anissa, Co-Founder Pandemic Talks. (instagram.com/mutiaranissa)

Semakin banyak pakar yang membagikan pengetahuannya, arus informasi akan menjadi lebih sehat karena adanya latar belakang pengetahuan dan ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan. Orang Indonesia juga semakin teredukasi dan berpikir lebih kritis.

Hal tersebut sejalan dengan dampak besar yang hendak dicapai oleh Pandemic Talks. "Kalau misalnya dari Pandemic Talks sendiri kan, kita sih sebenarnya cuma ingin supaya masyarakat itu membuat decision itu evidence based. Makanya kemarin pas di Pandemic Talks kita menyajikan banyak informasi, kita gak kasih tahu mereka harus melakukan apa," jelasnya.

Bagi Mutia, masyarakat bukan berarti harus mengikuti apa yang ia sampaikan. Masyarakat tetap berhak memilih atau keputusannya asalkan didasari oleh informasi yang benar-benar dipahami dan tidak sekadar mengikuti arus saja.

"Berharapnya, bisa mendemonstrasi sains itu, jangan takut melihat angka, jangan takut melihat sesuatu yang high tech, dan itu bisa dipelajari dan itu bisa dimengerti," tambah dia.

5. Bagaimana keterlibatan perempuan di dunia sains?

Cerita Seru Mutiara Anissa, Ilmuwan Muda di Balik 'Pandemic Talks'Mutiara Anissa, Co-Founder Pandemic Talks. (IDNTimes/Febriyanti Revitasari)

Keterlibatan perempuan di dunia sains semakin meningkat dan dapat terus bertambah dengan hadirnya representasi perempuan di bidang tersebut. Seperti Mutia sebagai salah satu ilmuwan Indonesia yang lantang bicara mengenai kesehatan melalui Pandemic Talks. 

Bicara soal perempuan di dunia sains, Mutia mengakui masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mendalami bidang tersebut. "Tantangannya sebenarnya jadi saintis di Indonesia, menurut aku, udah menantang banget karena memang sedikit, ruang lingkup gak besar, dan kadang gak saling terintegrasi, terkoneksi. Kadang saling gak kenal, saling komunikasi gak banyak dan jarang ada kolaborasi antar bidang," bebernya.

Padahal, Mutia yakin banyak perempuan hebat di bidang penelitian. Sayangnya, kurangnya representasi dan paparan terhadap prestasi perempuan di bidang ini, membuat banyak orang merasa bidang ini hanya diperuntukkan bagi laki-laki.

"Aku merasanya bahwa di Indonesia itu, banyak banget perempuan-perempuan hebat, tapi mungkin memang gak kelihatan, kurang representative juga. Aku kan bukan saintis pure dan yang aku lakukan ya di ranah science-communication, bukan bikin sesuatu yang bermanfaat buat banyak orang, maksudnya bikin produk baru, atau bikin paper. Aku sih berharapnya supaya lebih banyak lagi yang bisa speak up dan bicara karena dengan banyak yang kelihatan, kedengaran, itu anak-anak muda pasti lebih relate dan mereka juga ingin masuk ke dunia sains," tutur Mutia.

Demikian bincang-bincang seru IDN Times dengan Mutiara Anissa sebagai seorang saintis yang kini mendalami science-communication agar bisa berbagi lebih banyak kepada khalayak ramai. Semoga artikel di atas dapat menginspirasimu, ya!

Baca Juga: Bicara Kesehatan Mental Ibu Bersama Rinda Amalia, Founder 'Teman Ibu'

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya