Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu Lingkungan

Darina banyak lakukan inovasi di bidang lingkungan

Permasalahan sampah di Indonesia tampaknya masih belum menemukan titik terang. Gunung sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang buktinya, setidaknya menerima pasokan sampah sebanyak 8 ribu ton per hari, padahal kapasitasnya hanya 2 ribu ton sehari. 

Kondisi sampah di Indonesia, terutama di Ibu Kota DKI Jakarta kelihatan miris, bukan? Oleh karenanya, dibutuhkan kerja kolektif dan kesadaran individu untuk melakukan perubahan yang lebih positif di masyarakat. 

Salah satu tokoh yang aktif menyuarakan perubahan gaya hidup ramah lingkungan adalah Darina Maulana. Perempuan muda ini aktif menyuarakan keresahan dan inovasinya terhadap lingkungan sebagai Indonesia Program Lead Zero Waste Living Lab by Enviu. 

Untuk tahu kisah inspiratif dan keterlibatan Darina pada permasalahan sampah di Indonesia, IDN Times berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif pada Jumat (10/3/23). Yuk, simak lebih mendalam profil Darina melalui artikel ini!

1. Peduli dengan isu lingkungan, sampah, dan mikroplastik di Indonesia, Darina bergabung dengan Enviu

Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu LingkunganDarina Maulana, Indonesia Program Lead Zero Waste Living Lab by Enviu. (dok.istimewa)

Penggunaan kemasan sekali pakai menjadi salah satu penyumbang krisis sampah di Indonesia. Tak menampik hal ini, Darina bergabung dengan Enviu, venture building studio asal Belanda yang memilihnya sebagai project lead di Indonesia. 

Darina bersama Enviu melihat permasalahan sampah membawa dampak nyata terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurutnya, kerusakan yang diakibatkan oleh sampah dan mikroplastik memengaruhi kesehatan tubuh manusia hingga kualitas hidup masyarakat.

"Enivu ini NGO (Non-Governmental Organisation_red) yang berfokus di social value, environment impact. Jadi, kita sebenarnya perusahaan dari Belanda, tapi memang kami di tiap negara. Kami global karena ada di tiap negara, sangat kontekstual sama masalah di negara itu dan masalahnya itu harus masalah yang sistematis. Maksudnya apa? Yang memang that complicated, that need a lot of support," jelas Darina dalam interview daring siang itu. 

Melalui tiga startup yang bergerak di bawah binaan Enviu, Darina yakin langkahnya dapat  memberi dampak positif terhadap lingkungan dan masalah sosial di Indonesia. Startup tersebut adalah Alner yang mengoperasikan sistem kemasan guna ulang untuk kebutuhan rumah tangga. 

Kemudian ada Allas, penyedia wadah makanan dan minuman yang bekerja sama dengan restoran dan kafe untuk pemesanan daring. Terakhir ada QYOS, startup yang melayani sistem isi ulang untuk produk rumah tangga. 

"Concern-nya memang kami (Enviu) di plastik. Saat ini, memang dari awal kami fokus di plastik karena kita ini plastic emergency-nya udah dalam tahap darurat banget," ungkap Darina saat ditanya terkait perhatian Enviu di Indonesia.

2. Mengubah gaya hidup ramah lingkungan bukan pekerjaan mudah, banyak tantangan dan butuh strategi yang sistematis

Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu Lingkunganmedia gathering 'Gerakan Guna Ulang Jakarta'. (23/2/23) (IDNTimes/Dina Fadillah Salma)

Meski masalah sampah dan dampaknya terhadap hajat hidup manusia terlihat nyata, mengomunikasikan kepada masyarakat mengenai urgensinya tak lantas jadi mudah. Hal ini dirasakan Darina, salah satunya saat mengomunikasikan kampanye 'Gerakan Guna Ulang Jakarta'. 

Konsep yang ditawarkan dalam Gerakan Guna Ulang Sampah adalah mendorong perubahan perilaku orang-orang dari kebiasaan menggunakan kemasan sekali pakai, untuk beralih ke kemasan yang dapat digunakan kembali. Mengomunikasikan dan meyakinkan orang untuk mengubah kebiasaan guna ulang, diakui Darina membutuhkan pemaparan berkali-kali. 

Ditanya tantangan yang dihadapi untuk menggerakkan project ini, Darina mengaku, "Jadi ada tiga sebenarnya challenge utamanya dari kami, convenience, price point, sama satu lagi adalah option. Karena kan ngomongin produk harian, di mana produk harian kan sabun, detergen, beras, minyak, semua orang punya preference masing-masing."

Sejumlah langkah strategis telah diambil oleh Darina dan tim guna mendorong gaya hidup yang lebih pro lingkungan. Dampak besar yang ingin dicapai, menuntut komitmen besar terhadap Gerakan Guna Ulang Sampah.

"Jadi sebenarnya, dampak yang ingin diberikan adalah kayak kita pengin masyarakat luas Indonesia ini, gaya hidup ramah lingkungan itu bukan sebatas aktivisme adalah general aja, seamless aja," ujarnya dengan optimis. 

Baca Juga: Darurat Sampah Plastik, Yuk Lakukan Gerakan Guna Ulang Jakarta!

3. Gaya hidup ramah lingkungan diharapkan bisa diterapkan lebih masif dan menjadi kebiasaan normal bagi masyarakat

Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu Lingkunganmedia gathering 'Gerakan Guna Ulang Jakarta'. (23/2/23) (IDNTimes/Dina Fadillah Salma)

Tujuan besar yang hendak dicapai tentu saja menyelamatkan bumi. Berbagai inisiatif serta langkah-langkah cerdas diambil untuk menyukseskan keberlangsungan planet ini. Misalnya, siklus bisnis yang lebih responsible hingga penerapan economic circular yang kian masif.

"Our vision that decision change can be something yang bisa membuat dampak lingkungan dan sosial yang secara seamless gitu di masyarakat. Inclusivity is something that we also want to convey juga," terang Darina. 

dm-player

Darina berharap gaya hidup yang ramah lingkungan menjadi kebiasaan yang normal dan umum terjadi di masyarakat kita. Misalnya, dengan tidak membuang sampah, bijak mengolah sampah, dan terbiasa menggunakan kemasan yang dapat digunakan ulang. Maka nantinya, kegiatan sehari-hari kita akan membawa efek positif untuk lingkungan. 

Mimpi ini bukan tanpa dasar. Darina optimis masyarakat Indonesia berpeluang mengubah gaya hidupnya menjadi lebih acuh terhadap lingkungan. Langkah konkret yang diambil adalah dengan menyediakan akses kepada masyarakat untuk menumbuhkan zero waste lifestyle.

"Kalau behavior change, harus ada tiga faktor baru bisa jadi. Pertama itu adalah internal motivation, kedua akses, dan ketiga external motivation. Ini kan sebenarnya, masing-masing orang kan beda-beda ya konteksnya. Kalau internal motivation itu sesuatu yang gak bisa kita kontrol, sesuatu yang gak bisa kita paksa orang melakukan. Terus external motivation kita bisa membentuk ekosistem, kita bisa jadi agent of change, tapi gak bisa sendirian. Tapi yang paling penting kalau sebagai entrepreneur atau sebagai kami di Enviu, venture builder kami harus (memberikan) aksesnya itu lho, aksesibilitasnya itu untuk orang bisa melakukan perubahan itu," ujarnya. 

4. Rasa ingin tahu yang tinggi sebagai peneliti, mengantarkan Darina pada isu-isu lingkungan

Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu LingkunganDarina Maulana, Indonesia Program Lead Zero Waste Living Lab by Enviu. (dok.istimewa)

Awal mula ketertarikan Darina terhadap isu lingkungan, didorong dari latar belakang kompetensinya sebagai peneliti. Banyak penelitian Darina menyinggung polemik lingkungan hingga climate change.

"Dan akhirnya, isu lingkungan itu udah jadi bukan pekerjaan, tapi buat aku kayak 'It is a personal issue for me and I'm interested in understanding why and how. And how I can contribute to this field as much as I can,' karena jujur, kita gak bisa menyelesaikan semua sendiri, in this short our lifetime. Jadi, as much as I can do, this is what I want to contribute," kata Darina di awal Maret lalu kepada IDN Times. 

Rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi, sukses mengantarkan Darina kepada isu lingkungan. Sayangnya, perjalanan Darina tak selalu mulus. Ia harus beradaptasi dengan sistem kerja barunya sebagai entrepreneur dengan banyak hal terduga di luar kendali dibanding pola pikir peneliti yang lebih sistematik menghadapi masalah. 

"Aku sekarang harus mengerti cara pola pikir, cara project management-nya berbeda sekali. Adaptasinya itu memang sangat cepat dan memang challenge-nya adalah beradaptasi. Not just the knowledge part, skill part, tapi juga changes of perception," katanya.

5. Gagal dan ditolak membuatnya lelah, namun enggan menyerah

Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu Lingkunganmedia gathering 'Gerakan Guna Ulang Jakarta'. (23/2/23) (IDNTimes/Dina Fadillah Salma)

Memimpin berbagai project menuntut Darina siap menghadapi banyak ketidakpastian dan kegagalan. Berbeda dengan karier sebelumnya sebagai peneliti, bidang yang digelutinya saat ini sebagai project lead diakui lebih akrab terhadap penolakan. 

"Getting rejected is so tiring," Darina berbagi pengalaman saat berada di titik terendah kariernya kepada IDN Times.

Gagal dan ditolak dalam perjalanan mendapatkan pendanaan, sempat membuat Darina berpikir untuk menyerah dan kembali ke karier sebelumnya. Meski putus asa sebab usahanya menemui jalan buntu dan kegagalan, toh Darina tak berhenti.

Melewati masa-masa berat dengan menerima bahwa startup yang digerakkannya mengalami kegagalan dalam pendanaan, justru menguatkan Darina. "Keep trying and if it fail ya udah gak papa, gak masalah," sebutnya.

6. Perempuan hebat adalah mereka yang berani mencoba meski tahu akan ada kemungkinan gagal

Darina Maulana, Peneliti yang Kini Tekuni Bisnis dan Isu Lingkunganmedia gathering 'Gerakan Guna Ulang Jakarta'. (23/2/23) (IDNTimes/Dina Fadillah Salma)

Bicara soal perempuan dan kepemimpinan, Darina berpandangan bahwa perempuan harus bisa mengidentifikasi potensi dirinya. Bila ingin terus bergerak ke depan, refleksi diri menjadi hal yang esensial untuk menentukan langkah selanjutnya.

"Menurut aku, yang paling sulit itu berdamai dulu, sih. Yang tadi aku bilang, ya, berdamai kalau kapasitas kita beda sama orang. Berdamai kalau kita beda sama orang. Kapasitas, kemampuan, background, terus juga opportunity kita beda sama yang lain. Jadi, memang harus accepting itu terjadi," ujarnya.

Ditanya mengenai sosok perempuan hebat di mata Darina, ia menjelaskan bahwa perempuan hebat adalah mereka yang berani mencoba. Sebab, berani mengambil risiko akan sesuatu yang tidak pasti merupakan keberanian yang tak dimiliki setiap orang. 

"Kayak mencoba itu kan, berarti dia sudah tahu ada 90 persen dia akan gagal, tapi tetap dilakukan. So, I love it and it is very powerful to see women that try, that want to do it, dan ketika gagal accept lagi ‘Oh, ya udah saya gagal,’. Have grieving dulu, terus habis itu dia kayak ‘Saya mau coba lagi'," tambahnya.

Pada perbincangan siang itu, Darina turut menyampaikan pesan untuk perempuan Indonesia. Ia menekankan pentingnya empati sebagai sebuah ketrampilan dan keuntungan yang dimiliki perempuan.

Terakhir, Darina sampaikan pesan untuk sesama perempuan Indonesia, "Jadi, empati yang jadi nilai tambahnya dari wanita itu, justru very powerful skill karena dengan empati itu kita bisa paham diri sendiri, tapi juga bisa paham orang lain. Ketika pemahaman (terbentuk), connection itu bisa ke-build. Itu bisa jadi sesuatu yang very powerful to have karena with empathy, you can have better communication and you can connect, you can listen better, and you can work better. Tapi dengan empati juga, you can make better negotiate in a way that working with complicated problems."

Itulah kisah Darina Maulana, peneliti yang kini menekuni isu lingkungan. Dari pemaparannya di atas, kamu sudah siap belum hidup ramah lingkungan?

Baca Juga: Cerita Safira Amalia, Aktivis Sosial yang Peduli Pendidikan

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya