[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini

Ada pengaruh negatif dan juga keuntungan yang bisa didapat

Di era modern seperti sekarang ini, penggunaan media sosial sulit dilepaskan dengan kehidupan generasi muda (Millennials dan Gen Z). Ada berbagai konten menarik yang dapat diakses kapan saja serta kemudahan untuk berbagi dan terlibat dalam jaringan sosial.

Evolusi dan perkembangan internet tidak hanya mengubah layanan atau aplikasi daring, namun juga berbagai aspek kehidupan penggunanya. Penggunaan media sosial yang semakin masif ditandai dengan kuatnya peran media sosial terhadap kehidupan generasi muda.

Sejalan dengan fenomena tersebut, IDN Times melakukan survei dengan tema “Seberapa Besar Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini?” yang dilakukan selama bulan April-Juni 2022. Survei ini diikuti oleh 279 responden dengan berbagai pandangan dan pengalaman terhadap media sosial. Dalam artikel ini, kami memaparkan hasil dari temuan kami.

1. Ragam karakter penggunaan media sosial di Indonesia dari kalangan Millennials dan Gen Z

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniInfografis Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini. (IDN Times/Aditya Pratama)

IDN Times telah melakukan survei kepada generasi muda untuk mengetahui bagaimana pengaruh media sosial terhadap kehidupan mereka saat ini. Survei ini menunjukkan mayoritas responden berasal dari kelompok usia 17-25 tahun dengan persentase 50,54 persen dan kelompok usia 26-35 tahun dengan persentase 35,13 persen. 

Survei yang dilakukan kepada pengguna media sosial ini terdiri dari 64,8 persen responden perempuan dan 35,1 persen responden laki-laki. Mayoritas responden berdomisili di DKI Jakarta (25 persen), Jawa Timur (22 persen), dan Jawa Barat (19 persen). 

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniInfografis Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini. (IDN Times/Aditya Pratama)

Berdasarkan temuan IDN Times, pengguna media sosial dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni pengguna aktif dan pasif. Sebanyak 50,18 persen termasuk orang yang aktif menggunakan media sosial, yakni terlibat dalam interaksi online, serta kerap memperbarui status. Sementara 49,82 persen menjadi pengguna pasif yang sekadar menjelajah dan mengamati interaksi orang lain di media sosial.

Baik pengguna aktif maupun pasif, menghabiskan waktu yang berbeda-beda untuk mengakses media sosial. Berdasarkan data yang terhimpun, 41,9 persen penggunaan media sosial menghabiskan waktu untuk scrolling selama 1-3 jam dalam sehari. Sementara, sebanyak 29, 7 persen responden bergulir di media sosial selama 3-5 jam dan 11,83 persen lainnya menggunakan media sosial selama 5-7 jam dalam sehari. 

Saat ini, Instagram masih menempati posisi pertama sebagai media sosial yang paling banyak digunakan oleh responden. Setidaknya 97,49 persen responden menggunakan Instagram, disusul dengan Twitter sebanyak 63,80 persen dan TikTok sebanyak 47,73 persen.

2. Generasi muda menggunakan media sosial untuk mendapatkan update informasi serta terhubung dengan jaringan sosialnya

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniInfografis Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini. (IDN Times/Aditya Pratama)

Ada banyak alasan bagi seseorang untuk menggunakan media sosial. Berdasarkan hasil temuan IDN Times, mayoritas pengguna media sosial memanfaatkan aplikasi ini untuk mendapatkan update informasi atau berita (93,92 persen). Selain itu, mereka juga menjadikan media sosial sebagai sarana hiburan (83,15 persen) dan memanfaatkan laman ini untuk saling terkoneksi dengan orang lain (78,85 persen). 

Tak hanya itu, sebanyak 134 responden juga memanfaatkan media sosial ini untuk keperluan pekerjaan yang berhubungan dengan digitalisasi. Hal ini sejalan dengan tujuan WR, responden berusia 24 tahun yang bekerja di bidang marketing. Ia memanfaatkan media sosial untuk mengetahui tren yang tengah ramai saat ini. 

“Aku pakai media sosial lebih untuk dapat informasi, sih, dan untuk tahu juga tren sekarang apa karena berkaitan dengan pekerjaanku. Terus juga media sosial kasih banyak insight juga sih, kayak pengalaman di luar bidang yang lagi aku jalani sekarang atau perasaan yang lagi aku alami, kadang relate aja gitu,” ungkap WR.

Selain beberapa alasan di atas, banyak orang yang memanfaatkan media sosial untuk mengisi waktu luang (63,80 persen). Ada pula yang memanfaatkannya sebagai wadah aktualisasi diri, misalnya sebagai platform yang digunakan untuk berbagi foto, video, atau opini (63,08 persen), serta menggunakannya untuk kepentingan pekerjaan (48,03 persen).

Responden berinisial AS (22 tahun) yang bekerja sebagai copywriter juga memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan wawasan yang menunjang pekerjaannya. Aktivitas yang dilakukannya juga berhubungan dengan hal tersebut.

AS menjelaskan, “Aku kalau pakai media sosial untuk cari info-info penting dan menarik, tentang apa aja yang sedang terjadi saat ini. Terus, karena pekerjaanku juga banyak melibatkan media sosial, media sosial sering dijadikan sebagai sumber inspirasi untuk kebutuhan pekerjaan juga.”

Aktivitas pengguna media sosial juga menunjukan tren yang serupa. Mayoritas orang aktif mencari informasi menggunakan media sosial (90,32 persen), mereka juga melihat konten yang beragam di aplikasi tersebut (63,80 persen). Namun, banyak juga pengguna yang memanfaatkan fitur di media sosial untuk mengunggah gambar berupa foto atau video (44,80 persen) serta berbelanja (21,86 persen).

3. Media sosial dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan critical thinking bagi penggunanya

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniInfografis Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini. (IDN Times/Aditya Pratama)

Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan generasi muda yang sulit dipisahkan. Berbagai keuntungan didapat dari penggunaan aplikasi ini, namun tak sedikit pula dampak negatif yang muncul. 

Menurut Muharini Aulia, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog klinis dan psikolog associate APDC Indonesia, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari penggunaan media sosial. Keuntungan tersebut ditinjau dari sisi psikologis dan psikososial. 

“Keuntungannya secara psikologis hampir selalu ada peningkatan di setiap aspek psikologis, misalnya secara kognitif, pengetahuan jadi lebih luas, kemampuan critical thinking jadi lebih baik. Jadi, perkembangan kognitif jadi lebih baik karena banyaknya stimulus dari media sosial. Secara psikososial, kita makhluk sosial punya kebutuhan untuk berinteraksi sama orang lain, dan sosial media ini kayak support kebutuhan kita itu,” jelas Muharini.  

Hal positif dari kehadiran media sosial juga dirasakan oleh SF (24 tahun). Perempuan asal Samarinda, Kalimantan Timur ini merasa media sosial banyak membantu dirinya dalam memberikan dukungan mental serta memberi kemudahan untuk memperbarui informasi.

SF mengungkapkan, “Hal positif yang aku dapet dari media sosial tuh banyak sih, tulisan-tulisan dari orang yang gak pernah kita temui tapi benar-benar bisa jadi support di kala down dan no one beside me. Terus juga update info baru tanpa ribet dan cepat. Banyak hal positif dari media sosial yang bisa kita ambil kok, kalau kita juga punya diri yang positif.” 

Salah satu responden dalam survei IDN Times, berinisial DA turut membagikan pengalaman positifnya selama menggunakan media sosial. Perempuan yang berdomisili di Jawa Timur ini merasa media sosial memberi banyak keuntungan untuknya. 

DA menuturkan, “Media sosial bisa menjadi wadah untuk personal branding, mulai dari apa yang saya minati hingga pekerjaan. Sebenarnya kebutuhan lain dari media sosial adalah untuk menunjang pekerjaan. Karena saya harus mencari informasi terkini dari artis Indonesia hingga Hollywood. Dan cara paling efektif melalui sosial media.”

Respon positif lainnya juga dibagikan oleh ANF, salah satu responden yang bertempat tinggal di Jawa Tengah. Perempuan yang secara aktif menggunakan media sosial ini merasa terkoneksi dengan teman-temannya melalui aplikasi tersebut.

Networking, banyak bertemu teman baru, selalu ada informasi yang didapat. I strongly believe you are what you follow jadi Alhamdulillah banyak insight baru dari mutual di media sosial,” jelas ANF.

Pengalaman orang-orang di atas sejalan dengan hasil survei yang telah terhimpun oleh tim IDN Times. Mayoritas pengguna media sosial merasa memperoleh keuntungan dari media sosial, seperti mendapatkan informasi baru (94,27 persen), merasa terhibur (81 persen) terkoneksi dengan jaringan sosialnya (73,84 persen), dan sebagai sarana personal branding (37,99 persen). 

4. FOMO dan pola perilaku bermasalah menjadi salah satu dampak negatif dari penggunaan media sosial

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kiniilustrasi generasi milenial bermain sosial media (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di sisi lain, media sosial juga membawa dampak negatif bagi penggunanya yang turut berimbas pada kondisi psikologis responden. Sebanyak 69,53 persen responden merasa media sosial bersifat adiktif. Sementara,  46,95 persen responden merasa insecure saat menggunakan media sosial.

Banyak pula responden yang merasa terganggu karena terpapar konten negatif di media sosial, yakni sebanyak  41,22 persen responden. Ada pula yang merasa media sosial membuatnya mengalami kehawatiran ketinggalan tren atau FOMO (Fear Of Missing Out) yakni sebanyak 33,33 persen responden.

Hasil survei tersebut sesuai dengan beberapa pengalaman responden dalam survei IDN Times. Salah satunya, perempuan asal Sulawesi berinisial ATD yang pasif menggunakan media sosial. 

ATD menjelaskan, “Bermain media sosial terlalu sering bisa meningkatkan tingkat insecurity dan FOMO.”

Hal serupa juga dibagikan oleh salah satu responden berinisial B yang merasa stres karena penggunaan media sosial. Perempuan yang tinggal di DKI Jakarta ini turut membagikan pengalamannya ketika ditanya mengenai pengalaman buruk bermedia sosial.

B menjelaskan, “Jadi stres dan merasa tertinggal, (merasa) belum cukup kalau lihat orang-orang lain share pencapaian mereka.”

Menurut Cania Mutia, M.Psi., Psikolog, seorang psikolog klinis dan dosen Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), media sosial memiliki beberapa dampak negatif bagi penggunanya. Adapun dampak negatif tersebut  seperti pola perilaku bermasalah, adiksi, dan FOMO. 

“Pertama, media sosial yang digunakan dalam jumlah yang berlebihan pasti akan menimbulkan pola perilaku bermasalah. Misal adiksi internet, adiksi sosial media. Kemudian dampak negatif lain memunculkan kecemasan, Fear Of Missing Out. Jadi penggunaan media sosial yang berlebihan menimbulkan kehawatiran ketika kita satu atau dua hari gak membuka. Nah kehawatiran ini yang bisa berkembang ke gangguan psikologis yang lain,” ujar Cania.

Tak hanya perasaan kurang nyaman, muncul juga pengalaman kurang menyenangkan yang dialami oleh beberapa responden. Salah satunya adalah CI, responden survei IDN Times bercerita mengenai pengalaman buruk yang diterimanya. 

Perempuan yang berdomisili di DKI Jakarta ini mengungkapkan pengalaman tidak menyenangkan yang pernah Ia terima, “Orang lain menggunakan profil dan data saya di akunnya, dan memposting konten yang merugikan saya (konten yang mengandung unsur 18+).”

Pengalaman kurang menyenangkan dapat dialami siapa saja. Oleh karenanya, pengguna media sosial harus memiliki persiapan dalam menghadapi dampak negatif media sosial. Cania memberi beberapa tips mengenai hal tersebut.

“Jadi kita butuh beberapa kesiapain itu tadi untuk resiliensi, kita butuh untuk berpikir kritis, kita butuh untuk memahami perbedaan individu. Dan kita juga perlu menyiapakan diri mungkin salah satu caranya dengan self love, mencintai diri sendiri," kata Cania.

Baca Juga: 10 Status Medsos Kocak Asal Nyebut Ini Bikin Ngakak Sambil Mikir

dm-player

5. Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat menimbulkan adiksi dan turut berdampak pada rendahnya self esteem

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kiniilustrasi menggunakan media sosial dengan bijak (pixabay.com/users/firmbee)

Munculnya dampak negatif dari penggunaan media sosial salah satunya dipengaruhi oleh intensitas seseorang berada di laman tersebut. Menurut Muharini, intensitas yang tinggi, frekuensi tinggi, dan tujuan membangun persona dalam media sosial bisa berdampak pada rendahnya self esteem. 

Ada beberapa ciri-ciri yang bisa menjadi identifikasi awal bahwa seseorang mengalami kecanduan media sosial. Di antaranya ketika pengguna media sosial merasa lebih nyaman saat berinteraksi di dunia maya daripada dunia nyata, hal ini dijelaskan oleh Muharini. 

"Kemudian, kalau kita menghindari biasanya akan ada efek negatif yang dirasakan. Coba, deh, kalau sesekali kita menahan diri, gak pakai sosial media, ada gak dampak negatif yang terjadi sama kita? Misalnya kita jadi cemas, takut semua orang mencari kita, dan lain sebagainya. Cemas, takut ketinggalan, takut tidak update, itu dampak yang paling umum kalau kita mau mengidentifikasi kita mengalami adiksi atau enggak," tambah Muharini.

Berdasarkan hasil survei yang telah terhimpun, responden dengan intensitas tinggi terhadap penggunaan media sosial adalah sebanyak 20,1 persen. Sementara, mayoritas responden memiliki intensitas sedang terhadap penggunaan media sosial, yakni sebanyak 56,3 persen dan pengguna dengan intensitas rendah sebanyak 23,7 persen. 

Melalui hasil survei tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki intensitas sedang dalam menggunakan media sosial. Sebab, tingginya intensitas penggunaan media sosial bisa memberikan dapat buruk seperti yang disampaikan oleh Cania. 

“Risiko jangka panjang yang patut kita waspadai adalah adiksi media sosial. Adiksi media sosial adalah perhatian yang berlebihan terhadap media sosial yang dirasakan oleh individu sehingga mendorong dia untuk terus menggunakan media sosial secara berkepanjangan dan mengganggu,” ujar Cania saat ditanya dampak jangka panjang dari penggunaan media sosial.

Apabila seseorang mengalami adiksi atau ketergantungan terhadap media sosial, salah satu langkah yang efektif yang dapat diambil adalah dengan social media detox. Detoks ini diperlukan untuk memberi jarak dari kehidupan yang tidak nyata. 

Cania menjelaskan beberapa tanda seseorang butuh detoks media sosial, yakni, “Yang pertama, (ketika) temen-temen jadi terobsesi untuk sering  membuka sosial media. Atau yang kedua teman-teman buka sosial media dan temen-temen udah merasa jenuh banget. Atau yang ketiga, (ketika) temen-teman lihat posting-an atau membaca sesuatu, kemudian muncul rasa gak nyaman di dalam diri, entah rasa iri, rasa marah, atau rasa khawatir.”

Menurut survei yang dilakukan oleh IDN Times, 65,9 persen responden pernah melakukan social media detox. Sementara 34,1 persen responden belum pernah melakukan rehat dari media sosial. 

6. Memiliki self awareness yang baik dapat membantu mengoptimalkan dampak positif dari media sosial

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniInfografis Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini. (IDN Times/Aditya Pratama)

Ketersediaan konten yang melimpah dengan fitur yang beragam di media sosial memungkinkan seseorang terpapar berbagai informasi yang dapat memengaruhi cara menjalani hidup. Tim IDN Times menanyakan bagaimana self awareness yang dimiliki responden sebagai pengguna media sosial.

Kami menggunakan skala likert, di mana skala 1 menunjukkan responden tidak setuju pada pernyataan yang dibuat. Sementara skala 5 menunjukan responden sangat setuju terhadap pernyataan yang dipaparkan. 

Sesuai dengan hasil survei, pengguna media sosial merasa malu melihat prestasi orang-orang di media sosial (3,5). Hal tersebut sejalan dengan perasaan yang dialami pengguna media sosial yang merasa sedih ketika melihat orang-orang jauh lebih baik daripada saya di media sosial (3,4). 

Namun, banyak orang yang tidak setuju atau enggan menyalurkan emosi yang mereka alami ketika merasa sedih atau senang di media sosial (2,3). Banyak juga yang tidak terpengaruh dengan kehidupan orang lain yang dilihat dari media sosial (3,4). 

Berdasarkan data survei, mayoritas responden (74,2 persen) memiliki tingkat self awareness sedang terhadap penggunaan media sosial. Hasil ini menunjukkan bahwa responden mampu mengenali emosi positif dan negatif, menyadari kemampuan diri, dan peka terhadap keadaan dirinya sendiri.

Muharini menjelaskan bahwa self awareness menjadi hal penting untuk dimiliki agar dapat membangun batasan dengan informasi yang disajikan oleh media sosial. Pengguna dengan self awareness yang kurang baik akan menampilkan persona diri agar diterima dan menjadi bagian dari kelompok sosialnya di media sosial. 

“Self awareness yang bisa bantu kita membangun boundaries, mengoptimalkan dampak positif dari penggunaan media sosial, dan itu menjadi semacam pra syarat untuk akhirnya kita jadi punya self control,” jelas Muharini.

Hal ini sejalan dengan pengakuan FA, laki-laki yang berpofesi sebagai karyawan swasta di Jawa Barat. FA (23 tahun) mengungkapkan meski Ia terpapar informasi di media sosial, namun tidak memengaruhi keputusan pribadi. 

Ditanya apakah media sosial mempengaruhi pandangan atau cara hidupnya, FA menuturkan, “Iya, memengaruhi karena aku beberapa kali melakukan hal yang termotivasi dari informasi di media sosial. Selain itu, informasinya aku dapat dari media sosial, tapi tindakan yang aku lakukan itu berdasarkan keputusan secara pribadi.”

7. Bagaimana pengaruh media sosial terhadap gaya hidup Millennials dan Gen Z?

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniInfografis Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa Kini. (IDN Times/Aditya Pratama)

Media sosial memberi kemudahan penggunanya untuk terpapar iklan dan mengakses konten gratis yang berlimpah. Kemudahan akses di media sosial, memungkinkan untuk mengubah cara berpikir, cara berkomunikasi, dan cara berinteraksi para penggunanya. 

Hal tersebut disampaikan oleh Muharini ketika ditanya apakah media sosial memiliki pengaruh terhadap kehidupan, “Berpengaruh dan hampir berpengaruh ke semua aspek kehidupan anak muda. Aspek kehidupan termasuk di dalamnya aspek kehidupan sosial, emosional, finansial, dan sebagainya.”

Lebih jauh Muharini menjelaskan bahwa media sosial membentuk standar sosial bagi penggunanya seperti gaya hidup atau tren yang berlaku. Secara psikologis, bagaimana orang mempersepsi dunia juga turut dipengaruhi oleh paparan media sosial. Tak hanya itu, media sosial turut memengaruhi self esteem seseorang, seperti konsep diri, identitas, dan kenyaman seseorang. 

Konten gratis yang mudah diperoleh membuka akses bagi siapa saja untuk melihat gaya hidup orang lain. Namun, berdasarkan survei mayoritas responden beranggapan bahwa mereka tidak setuju atau enggan mengikuti gaya hidup orang lain yang ada di media sosial. 

Mayoritas responden merasa tidak perlu mengikuti tren yang ada di media sosial (169 responden). Hal ini sejalan dengan yang dialami oleh perempuan yang berdomisili di DKI Jakarta, berinisial WR (25 tahun).

Saat ditanya apakah penting untuk mengikuti tren di media sosial, WR menjelaskan, “Enggak sih. Misalnya orang-orang berlomba-lomba menjadi selebgram, aku ya bodo amat. Aku tetap fokus menjalankan role aku aja.”

Berdasarkan survei yang terhimpun, mayoritas responden (184 respondengn) juga kurang setuju bahwa iklan di media sosial mendorong mereka untuk sering membeli sesuatu. Hal ini sejalan dengan pengalaman FA yang merasa media sosial tidak membuat dirinya bersikap konsumtif. 

FA menjelaskan, “Iya, media sosial juga mendorong aku untuk membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan. Tapi, media sosial fungsinya lebih mencerahkan bahwa hal ini perlu untuk dimiliki, dan gak mendorong aku untuk membeli secara berlebihan atau konsumtif.”

Kehadiran media sosial tak hanya mempermudah penggunanya, namun sebanyak 125 responden menyatakan setuju bahwa mereka merasa bahagia dengan kehadiran media sosial. Respon positif juga didapatkan dari mayoritas responden yang menyatakan setuju bila media sosial mendorong atau memotivasi mereka untuk melakukan hal positif. 

Tidak selalu merugikan, nyatanya mayoritas responden setuju bahwa kehadiran media sosial mempermudah hidup mereka. Tak hanya itu, media sosial juga memiliki pengaruh terhadap cara mereka berpikir dan menjalani hidup. 

8. Memiliki self control dan self awareness yang baik menjadi hal penting untuk terhindar dari pengaruh negatif media sosial

[INFOGRAFIS] Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Masa KiniIlustrasi media sosial (Pexels/Tobias Dziuba)

Di Indonesia, generasi muda memiliki kedekatan yang erat dengan media sosial. Sehingga, penggunaan media sosial bisa memengaruhi seluruh aspek kehidupan generasi muda. Apabila memiliki self awareness yang baik, media sosial dapat memberi keuntungan.

Sementara, dampak negatif dapat muncul jika intensitas, frekuensi, dan tujuan penggunaan media sosial yang keliru. Berhubungan dengan hal tersebut, Muharini memberi beberapa tips untuk anak muda dalam memanfaatkan media sosial.

Pertama, kembangkan soft skill berupa self control dan self awareness. Kedua, memiliki emotional regulation yang baik atau dapat mengelola emosi dengan baik. Terakhir, meningkatkan digital literasi yakni memahami etika dan kultur agar pengguna media sosial lebih kritis dalam bersosial media. 

Ternyata, ada banyak fenomena menarik mengenai media sosial yang memengaruhi kehidupan generasi muda saat ini. Semoga artikel ini bisa memberikan insight dan pandangan baru mengenai penggunaan media sosial, ya!

 

Tim Penyusun :

Dina Fadillah Salma

Adyaning Raras Anggita Kumara

Febriyanti Revitasari

Pinka Wima

Baca Juga: 40 Kata-kata Lucu Tentang Mantan, Bisa Buat Status Medsos, nih!

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Pinka Wima
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya