Mengenal Social Loafing, Malas Berkontribusi dalam Tugas Kelompok

Sering cuma titip nama

Saat diberi tugas mandiri, kebanyakan orang akan langsung mengerjakannya dengan semaksimal mungkin. Namun, saat tugas tersebut dikerjakan secara berkelompok, ada beberapa orang yang cenderung malas mengerjakannya. Misalnya, alih-alih memikul tanggung jawab tertentu, kamu jadi malas mengerjakannya karena beranggapan anggota lain akan mengurusnya.

Hal ini disebut sebagai social loafing. Masalah ini cukup marak terjadi di lingkungan sekolah, kampus, bahkan kantor. Perilaku ini tentu saja dapat merugikan anggota lain dalam kelompok. Di sini, kita akan membahas lebih dalam seputar social loafing.

1. Apa itu social loafing

Mengenal Social Loafing, Malas Berkontribusi dalam Tugas Kelompokilustrasi kerja tim (pexels.com/fauxels)

Diterangkan laman Better Up, social loafing adalah istilah yang digunakan dalam psikologi sosial, yang terjadi ketika seseorang berusaha lebih sedikit saat berada sebagai bagian dari kelompok. Saat bekerja sendiri, seseorang cenderung mau berusaha lebih keras. Namun saat melibatkan tim, orang tersebut akan lebih santai.

Ketika melihat kinerja kelompok secara keseluruhan, social loafing mungkin tidak terlihat jelas. Namun, saat melihat kinerja individu setiap orang, maka social loafing akan tampak lebih jelas.

2. Penyebab social loafing

Mengenal Social Loafing, Malas Berkontribusi dalam Tugas Kelompokilustrasi social loafing (pexels.com/Fox)

Jika kamu pernah memimpin sebuah tim, kemungkinan besar kamu akan merasa frustrasi saat melihat anggota kelompok yang enggan berkontribusi. Akan tetapi, mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut beberapa kemungkinan penyebab social loafing dilansir laman Verywell Mind:

  • Ketiadaan motivasi. Orang yang kurang termotivasi oleh suatu tugas lebih cenderung terlibat dalam social loafing saat mereka menjadi bagian dari suatu kelompok.
  • Difusi tanggung jawab. Orang lebih mungkin terlibat dalam social loafing jika mereka merasa kurang bertanggung jawab secara pribadi atas suatu tugas. Atau, merasa bahwa upaya individu mereka berdampak kecil pada hasil keseluruhan.
  • Ukuran kelompok. Dalam kelompok kecil, orang berkontribusi lebih banyak karena merasa usaha mereka akan memberikan dampak signifikan. Sebaliknya, semakin banyak anggota kelompoknya, semakin sedikit upaya yang akan dilakukan tiap individu.
  • Harapan. Jika kamu berada dalam kelompok berisi orang-orang yang aktif dan tampaknya mengendalikan segalanya, kamu mungkin cenderung terlibat dalam social loafing dan membiarkan mereka menangani semua pekerjaan.

Baca Juga: 5 Strategi Menghindari Social Loafing dalam Kelompok, Praktikkan!

3. Contoh social loafing

Mengenal Social Loafing, Malas Berkontribusi dalam Tugas Kelompokilustrasi social loafing saat tarik tambang (pexels.com/Victor Freitas)

Menurut ulasan dalam Journal of Management Policy and Practice tahun 2014, social loafing pertama kali diamati pada tahun 1913 dalam eksperimen menarik tali. Eksperimen ini dilakukan oleh seorang insinyur pertanian Prancis bernama Max Ringelmann.

dm-player

Kala itu, Ringelmann meminta orang untuk menarik tali sebagai kelompok maupun individu. Selama percobaan, Ringelmann memperhatikan orang-orang melakukan lebih sedikit upaya menarik tali ketika mereka berada sebagai bagian dari kelompok. Sebaliknya, tiap orang melakukan upaya lebih besar saat mereka menarik tali sebagai individu. 

Eksperimen Ringelmann dilakukan lagi pada tahun 1974 dan dimuat dalam Journal of Experimental Social Psychology untuk mereplikasi efeknya. Para peneliti menemukan bahwa kemampuan menarik tali menurun secara signifikan ketika jumlah orang dalam satu kelompok bertambah dari satu menjadi dua orang, bukan dari dua menjadi tiga. Pengurangannya tidak signifikan ketika anggota keempat, kelima, dan keenam ditambahkan.

Social loafing juga terjadi pada jenis tugas lainnya. Misalnya, saat harus melakukan tugas kelompok di sekolah, mungkin tidak semua anggota kelompok melakukan upaya yang sama untuk mengerjakan tugas tersebut. Bahkan, beberapa orang mungkin tidak memberikan kontribusi sama sekali.

Hal yang sama dapat terjadi dalam tugas tim di tempat kerja. Saat kinerja dan metrik dinilai hanya pada tingkat tim, beberapa anggota mungkin tidak termotivasi untuk mengerahkan upaya terbaik mereka. Bahkan, tiap anggota mungkin tidak memiliki tanggung jawab yang jelas.

4. Dampak social loafing terhadap tim?

Mengenal Social Loafing, Malas Berkontribusi dalam Tugas Kelompokilustrasi memimpin rapat kerja (pexels.com/fauxels)

Ada beberapa konsekuensi dari social loafing. Berikut penjelasannya dilansir laman Better Up:

  • Anggota yang berusaha lebih sedikit akan menyebabkan produktivitas menurun. 
  • Rusaknya hubungan karyawan. Kebencian dapat menumpuk di antara anggota ketika merasa bahwa anggota lain tidak berusaha keras.
  • Kelelahan bagi anggota tim yang berkontribusi lebih banyak. Individu yang bekerja lebih keras mungkin tidak dapat mempertahankan upaya ini dalam waktu yang lebih lama.
  • Turn over rate yang lebih tinggi karena karyawan yang berusaha lebih keras berharap dapat menemukan tim yang lebih baik di kantor lain.

5. Cara mengurangi social loafing

Mengenal Social Loafing, Malas Berkontribusi dalam Tugas Kelompokilustrasi rapat bersama karyawan (pexels.com/Christina Morillo)

Social loafing memang dapat berdampak serius pada kinerja dan efisiensi kelompok. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampaknya. Berikut beberapa tipsnya dari Verywell Mind:

  • Membagi tugas kepada tiap individu
  • Membuat kelompok kecil dan membangun akuntabilitas individu
  • Menetapkan standar dan aturan yang jelas
  • Mengevaluasi kinerja individu dan kelompok
  • Menyoroti pencapaian anggota individu.

Mengurangi fenomena social loafing harus dimulai dari diri sendiri. Selain itu, membuat perencanaan dan manajemen tim yang lebih baik akan membantu memastikan setiap anggota tim memberikan upaya terbaiknya. Semua ini akan berkontribusi pada hasil kerja tim yang lebih baik.

Baca Juga: Jangan Diabaikan, 5 Kebiasaan yang Bikin Kamu Kehilangan Motivasi 

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya