Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun Kumara

Menyambung tren berkebun di kalangan kaum urban

Beberapa orang memanfaatkan masa pandemik untuk lebih dekat dengan dirinya. Agaknya, itu yang dilakukan untuk bertahan saat swakarantina mandiri. Mereka beralih mengeksplorasi berbagai hal dari rumah. Mulai dari dekorasi kamar, memasak, melukis, hingga hobi yang sekarang menjadi tren seperti berkebun.

Menurut studi oleh Leon A. Simons yang berjudul "Lifestyle factors and risk of dementia: Dubbo Study of the elderly", peneliti dari Australia menyebutkan bahwa orang di usia 60-an yang secara rutin berkebun, memiliki kemungkinan 36 persen lebih rendah mengidap penyakit kognitif seperti demensia. Sejalan dengan ini, kami mengulas lebih jauh perihal berkebun bersama pendiri platform edukasi Kebun Kumara, Siti Soraya Cassandra.

Apa yang menginisiasi Soraya membangun Kebun Kumara di tengah masyarakat urban yang semakin jauh dari alam? Berikut ulasan perbincangan kami dengan Soraya pada Jumat (11/9/2020) lalu.  

1. Berawal dari kegelisahan pada isu lingkungan, Kebun Kumara hadir sebagai wadah untuk menerapkan gaya hidup yang lebih sustainable

Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun KumaraKebun Kumara Gardening Workshop. 5 Februari 2019. (Dok. Istimewa)

Membangun bisnis permakultur di daerah urban, menjadi keputusan yang terkesan kontradiktif di tengah realita yang menunjukkan minimnya lahan hijau di perkotaan. Namun, Kebun Kumara membuktikan bahwa sesuatu yang sepertinya tidak mungkin, menjadi mungkin dilakukan.

Kegelisahan Soraya, suami, dan saudaranya perihal isu lingkungan seperti polusi, depolarisasi, banjir, hingga erosi, memprakarsai berdirinya Kebun Kumara pada tahun 2016. Ia memutuskan keluar dari pekerjaan kantoran dan ingin membuat bisnis.

Namun saat itu, belum terbentuk payung besarnya seperti apa. Setelah studi banding dengan Iskandar Waworuntu, pengelola Bumi Langit di daerah Jogja, ia memutuskan membawa gaya hidup yang lebih sustainable dan lestari ke daerah urban.

"Oh, ternyata hidup di kota jauh sekali dengan kehidupan yang selaras dengan alam. Bagaimana kita membawa prinsip alam dan membawa dalam kehidupan kita yang terputus di perkotaan? Akhirnya, kita ke Bumi Langit dan melihat bagaimana Pak Iskandar hidup. Dia punya kebun dan tempat kompos di mana semua kehidupan terintegrasi dengan baik bersama alam. Akhirnya, kita ingin membawa hal itu ke Jakarta," terang Soraya. 

2. Kebun menjadi pintu masuk yang tepat dan sangat mudah, serta bisa dimiliki siapa pun di perkotaan

Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun KumaraSoraya Cassandra, founder Kebun Kumara dan Ara. (Dok. Istimewa)

Layaknya cangkang telur yang tak mampu terbentuk tanpa adanya protein dari ovarium ayam, sebelum penelitian tentang ayam dan telur ini ditemukan, masih banyak orang yang percaya bahwa telur datang lebih dahulu dari ayam. Studi ini justru menunjukkan bahwa baik telur maupun ayam ternyata saling mempengaruhi satu dengan yang lain.  

Begitu pula dengan landscape dan perilaku manusia, Soraya percaya bahwa landscape atau alam di mana kita tinggal, akan membentuk perilaku. Ia ingin mengenalkan orang, bagaimana tanaman pangan seperti pisang, cabai, jahe, kunyit, dan lainnya tumbuh serta menghidupi manusia. Sadar bahwa kearifan lokal perlu dibawa ke daerah urban, ia membawa kebun yang sebenarnya bisa diakses siapa ini ke kota. 

"Kebun itu pintu masuk yang tepat sekali dan sangat mudah dimiliki siapa pun di perkotaan. Sebab, yang dibutuhkan oleh kebun itu cuma matahari sama akses air. Jadi kalau orang gak punya pekarangan, pun dia cuma punya balkon atau atap, asal ada cahaya sebenarnya bisa dari situ," tambah perempuan kelahiran Jakarta, 31 Juli 1988 ini. 

Selain sebagai sumber belajar, integrasi antara landscape dan kehidupan manusia terlihat nyata dari pemenuhan kebutuhan sumber primer seperti makanan, obat, hingga sumber skincare. "Itu sendiri tempat sekolah buat kita, buat anak-anak kita, jadi kita pikir kebun itu tempat pintu masuk yang tepat untuk kita mengenal kembali gaya hidup yang lebih lestari," ujarnya. 

3. Paradigma field trip yang memusatkan alam sebagai objek, diubah menjadi tempat belajar untuk sesuatu yang lebih bermakna

Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun KumaraSoraya Cassandra, founder Kebun Kumara sedang memanen cabai. (Dok. Istimewa)

Saat ditanya dari mana asal kata "kumara", Soraya menjelaskan bahwa kata itu berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti generasi akan datang, bisa juga lelaki atau pemimpin di masa depan. Namun di New Zealand, kumara merupakan semacam umbi.

Ia menyimpulkan bahwa kumara merupakan kebun yang ditumbuhkan untuk generasi ke depan. Layaknya sebuah bisnis, konsep sustainability yang ditekankan pada Kebun Kumara bukan tanpa sebab. 

"Sustainability adalah bagaimana kita meraih keseimbangan antara self care, social care, dan earth care. Nah, ketika kita mendapat keseimbangan itu, baru sustainable karena gak mungkin membangun sesuatu tapi alamnya sekarat. Gak mungkin juga kita membangun sesuatu, manusianya berlimpah kaya raya, tapi alamnya gak sustainable. Jadi sebenarnya dalam membangun Kebun Kumara, kita mencari keseimbangan biar orang bisa hidup sejahtera," jelas perempuan yang menyelesaikan studi Bachelor of Arts in Psychology di University of Queensland ini.

dm-player

Kebun Kumara menyediakan berbagai program edukasi, workshop, pelatihan, hingga kelas webinar di masa pandemi. Setelah beberapa kali trial error, tercipta kurikulum sesuai tingkatan TK hingga SMA. Soraya ingin memberi warna baru pada paradigma field trip yang selama ini terpusat pada bagaimana anak menikmati alam sebagai objek, menjadi sesuatu yang bisa dimasuki dan belajar langsung dari sana. 

"Itu kenapa kurikulum kita berguru pada alam, karena dia harus pegang tanah, kenal cacing, cari belalang. Dia harus paham kenapa bunga matahari seperti ini dan bagaimana itu prosesnya dari menanam benih," tambahnya. 

Kebun Kumara juga mewadahi relawan melalui program volunteering sejak tahun 2017. Terakhir kali, relawan tahun 2019 mengelola Kebun Kumara Urban Forest.

Tahun 2018, program edible landscaping yang merupakan jasa desain dan penggarapan lahan untuk kebun pangan, hadir. Program ini menyediakan edukasi tentang pembuatan pupuk kompos yang pas, tanaman sayuran yang cocok, hingga lahan seperti apa yang sesuai untuk kebun di rumah.

Baca Juga: 10 Kebun Bunga Matahari di Indonesia yang Memesona dan Instagramable

4. Menyadari bahwa Kebun Kumara tak menghasilkan apa-apa di awal, apa yang membuat Soraya bertahan hingga sekarang?

Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun KumaraSoraya Cassandra, founder Kebun Kumara sedang menyangkul. (Dok. Istimewa)

Mengutip dari Vincent Van Gogh, "The beginning is perhaps more difficult than anything else, but keep heart, it will turn out all right", bahwasanya sesuatu di awal yang terlihat sulit, suatu saat akan membuahkan hasil dengan keteguhan hati. Kata-kata ini barangkali selaras dengan apa yang dialami Soraya di awal berdirinya Kebun Kumara. 

Mulai dari bagaimana ia harus menghadapi kekhawatiran orangtua, hingga melewati masa sulit Kebun Kumara yang pada awalnya tak menghasilkan apa-apa. 

"Orangtua aku sangat bisa dimaklumi ya, mereka melihat ini anak gua dapat kerjaan oke, lalu dia mau keluar bikin kebun, dia gak ngerti bertani, dia gak ngerti bisnis, dia mau ngapain itu sebenarnya. Jadi mereka sangat khawatir di awal, cuma sebenarnya aku pikir, kita kalau sama orangtua itu kan kita show ya, bukan tell," terang Soraya.

Dari Kebun Kumara, Soraya sempat melewati fase jadi OB dengan mengepel kantor sendiri sambil memikirkan program. Sampai akhirnya, ia sampai di titik sekarang dengan resilien dan konsisten. 

"Seiring berjalannya waktu, orangtua aku mendukung sekali sekarang, apalagi bundaku. Sekarang mereka sudah fase fans. Itu kan proses. Yang penting, kita memperlihatkan kalau kita resilien dan konsisten, serta kita mengerjakan sungguh-sungguh. Aku rasa kalau jodoh gak ke mana, pasti ada berkah tersendiri dari kebaikan yang kita berikan dan energi positif ini," paparnya. 

5. Melalui berkebun, energi dan stimulus alam akan menyeimbangan kesehatan jiwa dan raga

Cerita Soraya Cassandra Merawat Alam Melalui Kebun KumaraSoraya Cassandra, founder Kebun Kumara sedang menyiram. (Dok. Istimewa)

Manfaat berkebun secara raga jelas, orang berkebun di siang atau sore hari mendapatkan sinar matahari yang bagus. Mereka menghirup udara luar dan berkeringat, bermain tanah dan elemen alam lain seperti air yang terbukti akan menguatkan imunitas secara fisik. 

"Kalau aku percaya kita ini spiritual being. Manusia memiliki ruh, tapi kita itu ada casing yang terdiri dari jiwa dan raga, jadi our mind sama our body. Kalau kita mau merawat tubuh, kita secara gak langsung harus merawat jiwa raga. Kayak ibaratnya buah yang penting dalamnya dia manis atau gak, tapi kalau buah itu gak punya kulit yang dalamnya gak terlindungi akan busuk dengan cepat. Nah sama pentingnya kita merawat jiwa dan raga kita, kalau raga sudah semakin kuat maka jiwa akan semakin terasah," imbuh perempuan lulusan S1 Psikologi di Universitas Indonesia ini. 

Bagi Soraya, iklim mikro yang terdekat, tergantung dengan tanaman dan udara yang ada di sekitar. Jadi ketika berkebun, iklim mikro yang segar mempengaruhi psikis.

Harum tanaman seperti kenikir, serai, kemangi dan mint, memberikan sensasi menyejukkan sebagai stimulus yang mempengaruhi individu. Menyentuh tanah langsung, memegang bibit atau benih merupakan proses healing nyata yang mudah diakses. 

Terakhir, ia berpesan pada anak muda sekarang untuk tidak menunda-nunda dalam memegang tanah dan mengenal tanaman. "Rawat satu pot tanaman, terus nanti lihat saja dari situ deh! Pasti ada ilmu yang didapat," tuturnya. 

Baca Juga: Kebun Binatang Washington Rayakan Kelahiran Bayi Panda

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya