Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19

Program SEJIWA untuk layanan kesehatan mental diluncurkan

Pada Rabu (29/4), Kantor Staf Presiden (KSP) bersama tujuh lembaga pemerintahan lain resmi meluncurkan layanan psikologi nasional untuk kesehatan jiwa yang diberi nama SEJIWA.

Beberapa narasumber, yang termasuk satu pasien pertama positif COVID di Indonesia, Sita Tyasutami, memaparkan urgensi program SEJIWA pada masa pandemik COVID-19. Berikut rangkuman konferensi pers yang dilakukan secara online melalui YouTube dari Gedung Bina Graha, Jakarta. 

1. Ancaman psikologis dialami banyak orang akibat pandemik COVID-19, mulai dari gejala psikologis ringan seperti cemas hingga masalah KDRT

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19Kantor Staf Presiden RI/Randy Putra

Pada peluncuran program SEJIWA, Dr. Moeldoko selaku Ketua Staf Khusus Kepresidenan menegaskan pentingnya kesehatan jiwa untuk melewati masa pandemik.

"Ancaman tekanan psikologi dibuktikan dengan banyaknya KDRT yang dilaporkan. Berdasarkan LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan selama 16 - 30 Maret 2020, terdapat 59 kasus kekerasan, perkosaan, pelecehan seksual, dan pornografi online yang terjadi. Di antara kasus tersebut, 17 di antaranya adalah kasus KDRT," paparnya. 

Selanjutnya, Moeldoko  menambahkan bahwa depresi bisa muncul karena berhentinya aktivitas produktif yang berdampak pada hilangnya pemasukan dan pekerjaan.

Apabila masyarakat tak bisa menjaga psikologis sendiri, ada kecenderungan imunitas tubuh akan menurun. Justru, inilah yang menyebabkan seseorang akan terkena COVID-19 karena pada akhirnya menjadi lemah. 

Pelayanan diberikan sebagai bentuk nyata negara hadir untuk menjaga warganya. Salah satunya, untuk menjaga kesehatan jiwa, melalui layanan konseling dan edukasi kepada masyarakat terdampak COVID-19.

2. Sita Tyasutami, penyintas kasus pertama COVID-19 Indonesia mengaku sempat alami syok setelah dinyatakan sebagai pasien positif kala itu

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19Kantor Staf Presiden RI/Randy Putra

Menilik dari beberapa pasien yang telah dinyatakan positif, dampak psikologis yang diberikan akibat COVID-19 ini cukup signifikan bagi mereka. 

"Saat itu, saya dan keluarga, terutama saya merasakan tekanan karena pertama ada rasa syok dan takut sebagai pasien yang positif. Kedua tekanan dari media dan rakyat Indonesia. Jadi saat itu, beberapa orang ada yang memutarbalikkan fakta sebenarnya. Saya mengalami tekanan batin yang luar biasa sampai gejala saya tinggal tersisa batuk kering saja," terang Sita.

Pada saat itu, foto dan identitasnya telah terkuak di media. Fisiknya drop lagi karena tekanan batin yang melemahkan imun.

Semua gejala yang sempat hilang, akhirnya kembali lagi selama seminggu. Setelah keluar dari rumah sakit, Sita juga mengalami breakdown karena tekanan dari luar. 

3. KemenPPPA terkait program SEJIWA, ikut serta melalui pendekatan tertentu pada kasus kelompok rentan seperti perempuan dan anak

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Penyebaran COVID-19 di Indonesia terus meningkat dari waktu ke waktu dan telah berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat. Perempuan dan anak adalah kelompok rentan yang terdampak paparan COVID19, baik aspek kesehatan, sosial dan ekonomi.

"Pada kesempatan ini, dapat kami sampaikan strategi dan pendekatan KemenPPPA pada fase darurat pandemik COVID19 dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi dengan koordinasi Kementerian Lembaga terkait Dinas PPPA, baik provinsi atau kabupaten di seluruh Indonesia dengan Gerakan Berjarak (Bersama Jaga Keluarga Kita)", pungkas I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri PPPA.

dm-player

Berdasarkan data SIMFONI dari LBH Komnas Perempuan dan data SIMFONI PPPA, terhitung dari 2 Maret-25 April 2020, ada 275 kasus kekerasan yang dialami perempuan dewasa dengan total korban 277 orang. Sementara anak, ada 368 kasus yang dialami dengan korban sebanyak 470 anak. 

"Mekanisme pelayanan bagi perempuan dan anak melalui rujukan UPTD Pemberdayaan Perempuan yang ada di Provinsi atau Kabupaten Kota. Untuk itu, mekanisme pelayanan mulai dari pelaporan, penerimaan pengaduan, penjangkauan, pengelolaan kasus, pelayanan hukum dan psikologis, mediasi, dan rumah shelter tentunya kami koordinasikan dengan Kemensos," tambahnya.

Baca Juga: Info Valid Seputar Virus Corona, Cek di Situs www.covid19.go.id

4. Dampak COVID-19 bukan hanya pasien positif, ODP, atau PDP. Namun juga, kelompok rentan dan tenaga kesehatan

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19Rapid test di terhadap ASN di Serang (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

"Sebetulnya, yang terdampak COVID-19 bukan hanya pasien positif, ODP, dan PDP. Tetapi orang sehat pun bisa berdampak. Termasuk pada kelompok rentan seperti tenaga kesehatan. Kemudian beberapa lansia, anak balita, dan juga remaja, serta Orang dengan Gangguan Jiwa (OGJ)", terang dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI.

dr. Bambang juga menyebutkan bahwa bukti penelitian terkait dampak psikologis dan kejiwaan terkait COVID-19 untuk saat ini belum ada. Tapi, belajar dari kasus SARS yang pernah terjadi, serta dampak bencana tsunami, terbukti ada peningkatan gangguan kejiwaan dan bahkan bisa dua kali lipat dibanding sebelumnya. Ini menunjukkan dampak bencana itu demikian besar.

5. Ketua HIMPSI, Dr. Seger Handoyo, Psikolog memastikan ada lebih dari 522 psikolog di hampir semua provinsi siap membantu pemerintah

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19Layanan SEJIWA pada Masa Pandemik COVID-19 di Gedung Bina Graha, Jakarta. 29 April 2020. IDN Times/ Fajar Laksmita

Dr. Seger Handoyo, Psikolog selaku Ketua HIMPSI (Himpunan Psikolog Indonesia) memaparkan bahwa selama masa pandemik ini, HIMPSI telah membantu pemerintah menjaga kesehatan jiwa masyarakat melalui pemberian edukasi psikologi seperti self care yang diberikan oleh lebih dari 522 psikolog di hampir semua provinsi di Indonesia.

Perpanjangan waktu untuk tetap di rumah dan dampak yang menyertainya, membuat sebagian besar masyarakat mengalami stres, baik terhadap COVID19 maupun kondisi ekonomi.

Sebagian masyarakat berhasil melewati masa ini dan mengalami resilien (kondisi di mana seseorang kembali bersemangat dan nyaman secara psikologis setelah sebelumnya merasakan stres).

Namun, sebagian masyarakat lainnya belum berhasil mencapai status resilien atau masih mengalami gangguan emosional pada tingkatan sedang maupun berat. 

"Bila dahulu kita diajarkan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat, berkat perkembangan psikoneuroimunologi, hal sebaliknya juga terjadi. Bahwa dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat pula. Relawan psikologi akan bekerja secara profesional dengan kode etik psikologi dan menghubungkan kepada pihak lain supaya permasalahan teratasi," tambahnya.

6. Berikut panduan akses pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial pada masa pandemik COVID-19

Pentingnya Menjaga Kesehatan Jiwa di Tengah Pandemik COVID-19Layanan SEJIWA pada Masa Pandemik COVID-19 di Gedung Bina Graha, Jakarta. 29 April 2020. IDN Times/ Fajar Laksmita

Apabila kamu membutuhkan pelayanan kesehatan psikologi dan kesehatan jiwa terkait pandemik COVID-19, berikut beberapa akses yang bisa kamu coba melalui program SEJIWA:

  • Puskesmas, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa
  • Call center melalui 119 ext 8
  • Website masing-masing organisasi Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS)
  • http://bit.ly/bantuanpsikologi
  • http://bit.ly/relaksasipsikologis
  • https://covid19.ipkindonesia.or.id

Itu tadi beberapa paparan terkait peluncuran program SEJIWA untuk menangani dampak psikologis dan kesehatan mental masyarakat akibat pandemik COVID-19. 

Baca Juga: Pemerintah Luncurkan Situs www.covid19.go.id untuk Info Virus Corona

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya