Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal

Salah satunya fokus pada Revolusi Industri 4.0

Webinar oleh Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) dan PPI Tiongkok bertajuk 'Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal Indonesia' telah diselenggarakan pada Sabtu (22/8/2020) pukul 19.00 WIB. Acara ini mengundang DR Mochtar Riady, Dino R. Kusnadi, dan Adi Harsono sebagai narasumber. 

Dihadiri oleh kurang lebih 170 peserta, webinar dipandu langsung oleh Interim President of THUISA, Ruth Kirana. Berikut beberapa hasil diskusi yang telah dirangkum oleh IDN Times.

1. Adanya pandemik tak menyurutkan semangat mahasiswa Indonesia di Tiongkok untuk terus berkarya dan produktif

Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New NormalNikko, Ketua PPI Tiongkok pada Webinar oleh Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) dan PPI Tiongkok 'Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal Indonesia'. 22 Agustus 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Nikkolai Ali Akbar Velayati, Ketua PPI Tiongkok, memberi apresiasi pada mahasiswa yang menyelenggarakan acara webinar. Dengan adanya webinar ini, mahasiswa dapat memahami apa saja yang masih bisa dilakukan pada masa pandemik seperti sekarang.

"Webinar ini menjadi titik kunci dengan mendapatkan banyak referensi pandangan dan ilmu dari narasumber. Kita yang mungkin terpencar, bisa berkontribusi nyata sebagai mahasiswa," tambah Nikko, sapaan akrab Nikkolai Ali Akbari Velayati tersebut.

Selain itu, ia menuturkan bahwa pihaknya dari PPI Tiongkok, sudah membuka berbagai macam diskusi untuk tetap menekankan karya dan produktivitas dalam kondisi COVID-19. Ia berharap setiap elemen mampu bersinergi bersama dan membuat program atau proyek bersama dalam membantu anggota dari seluruh elemen. 

2. Hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok yang awalnya dari strategic partnership, telah meningkat menjadi comprehensive partnership

Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New NormalWebinar oleh Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) dan PPI Tiongkok 'Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal Indonesia'. 22 Agustus 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Tepat pada tanggal 13 April 2020, hubungan bilateral Indonesia dan Tiongkok telah berlangsung hingga 70 tahun. Sebelum itu pun, Indonesia sebenarnya telah mengirim sekitar 16 jenis rempah pada abad ke-8. Hubungan antar bangsa ini sudah berlangsung sangat lama hingga melahirkan komitmen hubungan jangka panjang yang dinamakan strategic partnership.

Hubungan bilateral ini meningkat dari yang hanya membahas politik, kemudian merambah bidang lain seperti strategi ekonomi, sosial, budaya, dan instansi yang relevan. Kemudian, strategic partnership yang tadinya hanya mencakup bidang tertentu, berubah lebih luas menjadi comprehensive partnership.

"Berbagai macam perkiraan perekonomian Indonesia membaik. Nah, untuk membaiknya ini, perlu diawasi oleh orang yang mengenal dan mumpuni sehingga menjadi jangkar hubungan bilateral antara negara," tambah Dino R. Kusnadi, Wakil Dubes RI untuk RRT dan Mongolia.

3. Titik konsentrasi yang perlu diperhatikan pada masa pandemik ini adalah bagaimana Indonesia ikut serta dalam Revolusi Industri 4.0

Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New NormalDR. Mochtar Riady, Founder & Chairman Lippo pada Webinar oleh Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) dan PPI Tiongkok 'Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal Indonesia'. 22 Agustus 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

DR. Mochtar Riady, Founder & Chairman Lippo, membagikan suka dukanya membangun bisnis, khususnya dalam hal perbankan mulai dari nol. Beliau memulai kariernya dalam memprakarsai dan membangun Bank Buana, Panin, BCA, dan Lippo.

dm-player

"Setelah itu, saya membangun bank di Hongkong, Macau, dan Manila. Saya menjelaskan hal ini untuk memberikan encourage pada kalian. Saya mulai membangun dengan modal dengkul. Ini adalah filosifi dari Lao Tse bahwa segala sesuatu itu, dari tidak ada menjadi ada dan dari kecil menjadi besar," ujar beliau.

Pria yang pernah masuk daftar orang terkaya versi Forbes pada tahun 2011 ini, memaparkan bahwa ada banyak hal yang perlu diperhatikan pada masa pandemik.

"Saya ingin sharing bahwa dunia dihadapkan pada empat masalah besar. Pertama, masalah COVID-19. Kedua, dunia akan mengalami ekonomi stagnan. Ketiga adalah konflik antara Tiongkok dan Amerika dan keempat adalah dengan adanya COVID-19, manusia dipercepat masuk Revolusi Industri 4.0. Ini topik yang signifikan. Kita harus siap menghadapi empat topik ini dengan serius," terang pengusaha asal Kota Malang itu.

Baca Juga: UGM Wajibkan Mahasiswa dan Dosen Tes Kesehatan saat Kuliah Tatap Muka 

4. Bangsa yang kuat bermula dari teknologi dan ilmu pengetahuan

Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New NormalWebinar oleh Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) dan PPI Tiongkok 'Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal Indonesia'. 22 Agustus 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Adi Harsono, Ketua Harian PERHATI, mengatakan bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan adalah dasar menjadi bangsa yang kuat. "Semua infrastruktur sudah siap. Pertanyaannya, apakah kita sungguh melaksanakan make Indonesia great again? Saya tidak tahu, tapi RRT menjadi negara paling kuat sekarang. Saya ingin adik-adik belajar dari segala bidang terutama teknologi, pertanian, dan infrastruktur," lanjutnya. 

Beliau menambahkan bahwa seharusnya kita perlu membuka pikiran dalam segala kemungkinan. "Open mind, open heart, and open will. Anda harus melakukannya dan punya keinginan untuk melaksanakan hal-hal yang positif," terangnya.

5. Apabila terjadi resesi, roda ekonomi Indonesia dapat digerakkan mulai dari kebutuhan primer terlebih dahulu

Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New NormalDino R. Kusnadi, Wakil Dubes RI untuk RRT dan Mongolia pada Webinar oleh Tsinghua University Indonesian Student Association (THUISA) dan PPI Tiongkok 'Potensi Mahasiswa Indonesia di Tiongkok dalam Membangun the New Normal Indonesia'. 22 Agustus 2020. IDN Times/Fajar Laksmita

Ketika ditanya bagaimana jika terjadi resesi atau ekonomi yang stagnan selama enam tahun ke depan, Dino R. Kusnadi, Wakil Dubes RI untuk RRT dan Mongolia, memaparkan bahwa perwakilan KBRI atau Kementerian Luar Negeri akan menomorsatukan keselamatan bangsa, kepentingan nasional, dan kemaslahatan dunia.

"Kita harus menjalankan kembali roda ekonomi, bukan hanya di dalam negeri, namun juga hubungan antar negara. Perekonomian nasional harus tetap berjalan," tambahnya. 

Apabila terjadi resesi, ia menyarankan bahwa kita sebagai negara yang memiliki kekayaan demografis, mampu mengembangkan kebutuhan primer, kemudian baru ikut serta pada roda ekonomi. Sehingga mata rantai ekonomi dunia ikut bergerak. 

The new normal seharusnya mampu menjadi potensi besar dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi agar ekspor terus bertumbuh. Melalui hubungan bilateral ini, kita sebagai bangsa yang ikut andil dalam kompetensi global perlu meneladani disiplin dan karakter negara Tiongkok serta terus menjalankan Revolusi Industri 4.0.

Baca Juga: New Normal, Ini Keuntungan Kuliah Online bagi Mahasiswa

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya